Bab 5

9.5K 215 0
                                    

Happy reading 📖.

Bel istirahat berbunyi, sehingga para siswa dan siswi berhamburan pergi ke luar kelas. Ada yang pergi ke perpustakaan, ke kantin dan ke belakang sekolah, atau tempat yang lainnya. Riuh dan ricuh terdengar di setiap koridor sekolah itu.

Dengan beberapa siswa maupun siswi yang berada di sana, ntah itu berpacaran atau sekedar mengobrol saja.

Aulia dan humaira berjalan melewati koridor dengan bergandengan tangan, semua mata menatap kagum dan memuja mereka, bagaimana tidak humaira di kenal dengan kepintarannya, sedangkan Aulia dengan parasnya.

Di setiap koridor yang mereka lewati tak hentinya decakan kagum, maupun kebencian terucap dari mulut para siswa dan siswi tersebut.

Aulia dan humaira tak peduli dan memilih untuk mengacuhkan mereka semua, tidak penting juga mereka lebih tertarik pergi ke kantin untuk makan lebih pada harus meladeni para manusia itu, hanya Buang-buang tenaga dan waktu saja.

Kruyuk..

Dari tadi perut humaira sudah berteriak ingin di isi, tandanya lapar mungkin karena perut humaira belum di isi apapun hari ini.

Aulia dan humaira duduk di bangku paling ujung dan sedikit sepi, sengaja karena mereka tak ingin tempat yang terlalu ramai dan bising, karena sangat menggagu.

Tak lama kemudian datanglah bi nina dengan senampan makanan, disana terdapat baso dan nasi goreng serta dua buah es teh yang tadi di pesan mereka.

"Silakan neng di makan." ucap bi nina ramah dengan tersenyum Lalu meletakkan makanan di meja tersebut.

Aulia dan humaira hanya mengulas senyum. "Makasih bi." ucap keduanya bergantian.

"Sama-sama." ucap bi nina berlalu pergi dari hadapan mereka.

Sebelum menyantap makanan tersebut, Aulia dan humaira berdoa terlebih dahulu. Setelah itu mereka menyantap senang makanan nya dengan sesekali mengobrol.

"Maa sya Allah, makanan bi nina itu enak banget!" puji humaira pada masakan bi nina, memang skill memasak nya tak bisa di ragukan lagi.

"Lo mah, Alay kayak baru pertama kali aja!" cibir Aulia, pada sahabat nya itu.

Dari kejauhan humaira melihat sekelompok pemuda sedang berjalan muju kantin, kemudian mereka duduk di sebuah bangku yang tak jauh dari tempat yang ia duduki.

Tak sengaja manik humaira dan manik salah satu anggota tiger tersebut bertabrakan, sehingga mereka saling menatap satu sama lain.

Humaira langsung memalingkan wajahnya lalu menunduk, muncul semburat merah di pipi cabi humaira yang terhalang cadar, ntahlah mata itu terlihat familiar.

Humaira tahu Itu adalah geng motor tiger, jadi humaira hanya melirik nya sekilas lalu memakan makanan nya lagi tanpa memperdulikan laki-laki itu.

Sebenarnya humaira kagum dengan ketampanan laki-laki tersebut. Ia merasa pernah melihat manik itu, tapi di mana? Tunggu apakah dia? Atau hanya perasaannya?

"Ara yuk ke kelas udah selesai kan?" ajak aulia, setelah selesai menyantap makanan dirinya.

"Euh Duluan aja aku mau ke toilet dulu lia." ucap humaira sambil tersenyum di balik cadar nya pada aulia, sambil memegang kedua tangan aulia.

"Yaudah aku antar aja." ucap aulia.

Humaira terlihat gugup, dan bertingkah aneh. "Ehh gak papa aku sendiri aja." tolak humaira.

"Yakin?" ucap Aulia pada sahabat nya itu.

Humaira hanya mengangguk. Kemudian aulia pergi meninggalkan dirinya sendirian.

"Yaudah aku duluan papai." ucapnya sambil melambaikan tangannya, dan berlalu pergi meninggalkan humaira sendiri di sana. Humaira pun bangkit dari duduknya, kemudian pergi ketempat yang ditujunya.

"" 🌹""

Humaira duduk di salah satu kursi di taman belakang sekolah seorang diri. Ada seseorang yang mengirim pesan, dan menyuruh dirinya kesana, Dengan berat hati humaira menurutinya dan pergi ke tempat tersebut.

Seorang laki-laki berseragam sma, berjalan kearah humaira. Berdiri di dekat kursi yang di duduki olehnya, Humaira pun langsung menundukkan pandangan nya.

"Apa yang mau kaka bicarakan?" tanya humaira to the point. Ia tak ingin orang orang melihat dirinya, yang berduan dengan laki-laki yang bukan mahramnya, Takut terjadi mereka salah faham dan fitnah.

"Lupakan kejadian kemarin malam." ucapnya dingin dengan menatap remeh ke arah humaira.

Setelah mahen cari tau lebih dalam ternyata perempuan yang ia renggut kesuciannya Bernama humaira Kelas 10 ipa, untung saja gadis itu satu sekolah dengan nya, Jadi ia tak perlu pusing mencarinya.

Sebenarnya ada rasa bersalah dari diri mahen jika melihat humaira. Ia tak bisa membayangkan begitu hancurnya seorang humaira.

Namun, seperti kata pepatah nasi sudah menjadi bubur, sekarang apa yang harus ia lakukan selain meminta maaf, atau sekedar memberi sesuatu kepada perempuan itu.

"Baiklah kak, Humaira akan mencoba nya." ucapnya seraya berdiri hendak pergi dari tempat itu.

"Ini." laki-laki menyodorkan kertas berwarna cokelat dengan uang di dalamnya.

Itu adalah uang hasil dirinya balapan, ia berharap humaira menerimanya agar rasa bersalah tidak terlalu menghantui dirinya.

Namun, Humaira hanya manatap bingung kertas tersebut ia tak berniat untuk mengambilnya, humaira rasa ia tidak butuh uang dari laki-laki itu.

"Untuk?" ucap nya merasa kebingungan.

"Terima saja bentuk rasa permintaan maaf gue ke lo dan bersikap lah seolah-olah kita tak saling mengenal!" tegas laki-laki itu kembali, merasa jengkel dengan humaira.

"Maaf, tapi saya gak butuh uang kakak, Saya pamit wasalam mualaikum." ucap humaira, kemudian berlalu pergi meninggalkan laki-laki yang mematung disana.

Mahen menatap datar, kepergian perempuan yang sudah ia renggut kesuciannya Ia memutar bola matanya malas, tangannya mengepal serta rahangnya mengeras.

"Ck! Sok alim banget tu cewek." gerutu mahen lalu berlalu pergi meninggalkan tempat itu.

"" 🌹""

Humaira membaringkan tubuhnya, di kasur empuk sing size nya, Ia merasa lelah dengan hari ini Humaira menghela nafas berat, Matanya menatap ke arah langit-langit kamarnya.

Ia pun mulai menutup matanya. Membiarkan angin menerpa kulit nya yang terhalang baju gamisnya. Perlahan matanya mulai terlelap Masuk ke alam mimpi.

"Mas apa yang kamu lakukan? "

"Berhenti."

"Lo harus puasin gue malam ini!"

Humaira terbangun kembali Kejadian itu selalu terngiang di pikiran humaira, Membuat nya sedikit strees. Kenapa harus dia yang mengalami hal ini?

Ia mersa dirinya sudah hancur sehancur hancurnya, kini ia sudah berada di titik lemah di bagian kehidupan nya? Apa kah kedepannya ia akan bisa melewati semua ini.

Ini begitu menyakitkan, namun humaira selalu yakin ini adalah takdir terbaik dari allah. Jadi bagaimana pun ia akan menerimanya dengan ikhlas dan lapang dada.

Yang harus ia lakukan adalah fokus pada hari-hari yang akan ia kalau nanti kedepannya, serta bangkit dari keterpurukan nya dan mengembalikan mentalnya itu.

Humaira beranjak dari tidurnya, kemudian ia mengadahkan tangannya seraya berdoa, meminta petunjuk kepada Allah.

"Ya allah ini adalah takdir mu untuk ku, maka kuatkanlah diriku dalam menjalankan nya, karena aku yakin engkau tidak akan membebani hambanya di luar batas kemampuannya." doa humaira, kemudian ia beranjak ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.



Jangan lupa vote komen sharenya!! Aku tampar kamu kalo gak paket lengkap!! Minimal vote lah, susah amatt.

VOTE
👇


"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang