Bab 63 {END}

7.7K 205 82
                                    


"Dok tolongin istri saya! Dia mau melahirkan air ketuban nya pecah!" ucap mahen saat sudah sampai di rumah sakit, kemudian perawat pun membantu mahen membawa humaira kedalam ruangan.

Mahen pun duduk di kursi tunggu, fikiran nya kini hanya tentang humaira dan bayinya, tak lama kemudian datanglah devan sahabatnya, mertua sekaligus orang tuanya.

"Hen gimana?" ucap devan khawatir dengan keadaan humaira.

"Dia di dalam, bang gue takut. " ucap mahen lalu memeluk devan, dan menangis sejadinya.

"Apaan sih lo jangan nangis, adik ipar dan keponakan gue pasti selamat. " ucap devan, menguatkan adiknya itu.

Sementara di dalam humaira sedang bertaruh nyawa antara hidup dan mati hanya untuk melahirkan anaknya itu.

"Ayok bu, tarik nafas, buang, kepala bayinya udah keliatan. " ucap dokter tersebut, humaira pun melakukan istruksi yang di katakan dokter.

Ia mengcengkram sprei rumah sakit, sembari mengejan dengan air mata yang terus mengalir. "Aahhh." teriak humaira tak berselang lama tangisan bayi pun terdengar.

"Selamat bu, bayinya perempuan cantik sekali. " ucap dokter tersebut, humaira hanya tersenyum bahagia melihat putri kecilnya itu.

Begitupun mereka yang berada di luar mereka sangat bahagia, karena akhirnya humaira dan bayinya selamat walaupun prematur mereka sangat bersyukur terutama mahen.

"Selamat bos lo jadi ayah!" ucap Bima dengan terharu, memeluk sahabatnya di susul dengan yang lainnya.

"Gue jadi ayah." ucap nya dengan tersenyum bahagia, namun kebahagiaan itu tidak berselang lama karena setelah itu mahen jatuh tak sadarkan diri.

"" 🌹""

Humaira tak hentinya menangis saat melihat suaminya yang terkapar lemah di brankar, dokter bilang mahen kritis dan kehilangan banyak darah akibat beberapa lukanya yang cukup serius di bagian punggung dan perut.

"Kak bangun, liat bayi kita kak. Kamu belum adzani dia dan kasih nama dia, liat kak dia cantik banget kayak aku. " ucap humaira menggucang tubuh suaminya yang tak merespon apapun.

Devan pun datang menghampiri humaira, lalu memberikan sebuah surat kepadanya humaira pun menerimanya dan membaca surat tersebut.

Isi surat:

Hai humaira maaf mungkin gue gak bisa nemenin lo lagi, jangan kangen ya sayang hehehe maaf selama ini gue selalu bikin lo nangis dan sakitin hati lo.

Dan untuk anak kita gue berharap dia cewek karena gue udah nyiapin nama buat dia Karina Zeline Aditama, bagus kan? Kalo cowok lo sendiri yang kasih nama, gue males mikir.

Oh ya, dan maaf gue udah nuduh bahwa lo yang bunuh bang devan, dia udah cerita semuanya maafin gue humaira.

Gue udah gak kuat, maaf kalo misalkan gue gak bisa menemani lo ngurus anak kita. Dan buat bang devan, gue tau lo cinta sama humaira gue ikhlas jika kalian bersatu.

•Mahen Aditama Wijaya.

Humaira menangis sejadinya, ia tak menyangka jika hal ini akan terjadi padanya, humaira tidak bisa hidup tanpa mahen ia akan kesepian jika mahen meninggalkan nya.

"Kak mahen, kamu bakalan sembuh waktu itu kamu janji mau temenin aku selamanya plis bangun demi karina, dia butuh sosok ayah!" ucap humaira dengan terisak, lalu perlahan tangan mahen bergerak dan matanya pun terbuka.

Humaira terpekik heboh, lalu memeluk suaminya itu, sudah dirinya duga bahwa mahen tidak akan meninggalkan dirinya dan karina.

"Humaira itu karina?" ucap mahen, humaira hanya tersenyum dan menangis haru.

"Iya kak, ini karina mau coba peluk?" ucap humaira, kemudian meletakkan karina di samping ayahnya itu, mahen tersenyum dan mengecup putrinya itu.

Kemudian lantunan adzan terucap dari mulut mahen, ia mengadzani karina dengan suara merdunya lalu mengecup putrinya itu.

"Maasih humaira i love you." ucap mahen, kemudian matanya tertutup bertepatan dengan itu, alat monitor pun berhenti berbunyi dengan mahen yang berhenti bernafas membuat humaira cemas.

"Kak, bangun dokter! dokter!" teriak nya, kemudian dokter pun datang dan memeriksa mahen.

Dokter itu menghela nafasnya, dengan berat hati ia harus mengatakan hal menyakitkan ini. "Maaf, kami sudah berusaha semaksimal mungkin tapi, pasien tidak bisa di selamat kan. " ucap dokter tersebut.

Humaira tertuduk di lantai kakinya lemas serasa tidak ada tulang, dadanya sesak hatinya sakit bak di sambar petir di siang bolong ia menangis tersedu, sambil memeluk jasad suaminya itu.

"Kak mahen bangun kak, hikss.. Hiks.. Enggak, kak bangun kamu pasti ngeprank aku kan? Kak bicara! Jangan diem aja!" ucap humaira, ia tak menyangka mahen akan meninggalkan dirinya secepat ini, bagaimana dengan nasib anaknya nanti.

"Ra, lo harus sabar ini takdir dari Tuhan mahen udah gak ada." ucap devan berusaha menenangkan humaira yang meraung seperti kesetanan.

"Kamu harus sabar nak, demi anak kamu." ucap umma hafsoh dengan menenangkan putrinya itu, membuat humaira semakin sedih.

Humaira menatap gundukan tanah itu dengan tatapan kosong, ia masih sangat sedih dan merasa kehilangan akan kepergian suaminya itu, ia masih tidak percaya bahwa mahen telah tiada.

Air matanya tak henti mengalir, humaira terus memeluk batu nisan yang terukir nama suaminya itu, dengan sesekali mencium dan mengajak nya berbicara.

"Nak iklhas kan mahen jangan gini sayang, kamu pasti kuat." ucap umma hafsoh dengan mengelus pundak putrinya itu agar membuat nya tenang.

"Humaira harus gimana umma? Salah satu penyemangat hidup humaira udah gak ada,   kenapa allah gak ambil humaira juga, kak mahen meninggal karena humaira." ucap nya berusaha menyakiti dirinya sendiri, namun ditahan oleh devan.

"Humaira kamu jangan gini, kasian mahen kamu masih punya karina, kita, atlas dan tiger jadi kamu jangan gini. " ucap devan, mampu membuat humaira diam.

lalu humaira mengambil anaknya memeluk nya dengan penuh kasih sayang, ia tak boleh begini mahen benci perempuan cengeng, seharusnya humaira ikhlas dengan kepergian nya.

"Jangan sedih ra, gue akan nemenin lo jaga karina, dan membesarkan karina ikhlasin mahen walau pun berat." ucap Aulia tersenyum dengan mengelus pundak humaira.

"Nak, maafin umma ya umma janji akan lindungi karina selamanya, dan mencurahkan seluruh kasih sayang umma hanya untuk karina." ucap humaira mencium anaknya, lalu tersenyum kembali.

Saat humaira mengalihkan pandangannya, ia melihat dari kejauhan ada mahen yang melihat ke arahnya dan tersenyum, lalu setelah itu menghilang ntah kemana.

Humaira sadar ia terlalu merasa dirinya yang paling kehilangan sosok mahen, padahal semua orang juga merasa kehilangan, Tuhan tidak akan menguji hambanya di luar kemampuannya, maka dari itu kita harus ikhlas dan sabar, karena Tuhan lebih tau yang terbaik untuk hambanya.

"Kak, walaupun kamu udah gak ada cinta aku hanya untuk kamu, aku janji bakalan jaga karina dengan baik, terimakasih atas semua kebahagiaan yang telah kamu berikan untuk aku, semoga kamu di Terima di sisi allah. " batin humaira, lalu pergi dari pemakanan tersebut.

END


Akhirnya end gayss, maaf ya kalo endingnya gak sesuai ekspektasi kalian 😭mau extra part gak? spam next kalo mau🙌💐💗.

Makasih buat yang udah baca dari awal aku bikin cerita ini, in sya allah aku bakalan bikin cerita kedua.

🎉 Kamu telah selesai membaca "Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) 🎉
"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang