Bab 9

8.7K 251 7
                                    

Di sebuah ruangan bernuansa putih terdapat seorang penghulu, remaja perempuan dan laki-laki serta kedua orang tuanya yang akan melangsungkan pernikahan hari ini.

Mereka adalah mahen dan humaira hari ini adalah hari pernikahan mereka, dimana harusnya ini adalah hari yang istimewa namun, bagi mereka hari ini adalah hari paling menyakitkan, dan tak diinginkan apalagi oleh humaira.

"Qobiltu nikaha ha watazwijaha bil mahril madzkuur haalan." ucap mahen dengan lantang, mulus tanpa terbata, Akhirnya mereka sudah sah menjadi suami istri baik di mata negara maupun di mata agama.

Mereka tak mengundang banyak tamu cukup ayah, ibu, abi, umma dan bang husein Serta kedua mempelai pengantin tentunya.

Cairan bening pun langsung menyerbu turun menimpa pipi humaira. Humaira tak tahu ini tangisan kebahagian apa tangisan kesedihan. Sekarang dirinya sudah sah menjadi seorang istri dari kakak kelasnya yaitu mahen.

Mereka tak menggelar pesta hanya di kua saja. Karena, humaira yang menginginkannya Dan maharnya pun hanya sepasang cincin serta seperangkat alat solat.

Tadinya humaira ingin dibacakan surat ar-rahman sebagai maharnya tapi itu tak mungkin, Mahen keberatan dengan itu semua karena mahen tidak bisa membaca Al-quran dengan lancar.

Humaira sengaja tidak memberitahu aulia tentang pernikahannya nya ini, Karena tak ingin di publish. Ia malu, jika teman-teman nya harus tau pernikahan yang dirinya tak inginkan ini. Setelah selesai acara pernikahan umma dan abi berlalu begitu saja. Mereka tak menyampaikan sepatah kata pun pada humaira maupun mahen.

"Dek jadi istri yang baik ya, Kamu kuat. Abang tau kamu gak salah. " ucap husein pada adiknya itu, Kemudian ia mengacak hijab nya dengan lembut lalu ia pun pamit pergi dari sana.

"Sekarang aku sudah menjadi seorang istri, semoga aku bisa berbakti kepada suamiku dan semoga ini jalan terbaik untuk ku kedepannya, bismillah."

🐰

Mahen masuk kedalam kamarnya lalu ia berbaring di kasur king size nya yang empuk itu. Hari ini adalah hari yang sangat melelahkan dan membosankan untuk nya Jadi ia memutuskan istirahat lebih awal dengan memainkan hp nya.

Seorang perempuan keluar dari balik kamar mandi dengan handuk selututnya, Memperlihatkan paha nya yang putih dan kulitnya yang mulus dan bersih, Humaira bumil itu baru saja beres mandi.

Sontak mahen langsung melirik ke arahnya. Ia terpaku untuk beberapa saat, apakah itu benar-benar humaira? Gadis bercadar itu yang dirinya nikahi tadi? Dengan susah payah ia menelan salivanya.

Humaira nampak sangat cantik Kulit nya yang seputih susu. Matanya indah, Bulu mata yang lentik, hidung yang sedikit mancung serta Rambutnya yang hitam. Sungguh kata cantik saja tak cukup untuk seorang humaira Dia kelewat cantik, pantas saja ditutupi cadar.

Mahen terdiam apakah ia harus melakukan malam pertama seperti pengantin pada umunya? Tidak ia tak ingin menyentuh gadis itu lagi Sudah cukup waktu itu saja.

"Astagfirullah kak mahen tutup matanya aku malu, ini aurat humaira." ucapnya lalu masuk kembali ke kamar mandi untuk memakai baju dengan pipinya yang memerah.

Mahen tersenyum smirik ada saja kelakuan istrinya ini, Kemudian humaira keluar dengan pakaian santainya menuju ranjang mereka, ada sedikit rasa canggung di hati keduanya apa yang harus mereka lakukan sekarang.

"Kak mahen udah solat?" humaira membuka suara, Seraya berdiri lalu dirinya menggelar sebuah sejadah dan memakai mukena.

"Belum." Jawab mahen, karena selama ini dirinya tak pernah solat, hudzu saja dirinya tak bisa, mungkin mahen hanya islam KTP saja.

"Yaudah ayok solat bareng humaira,Kak mahen jadi imam." ucap humaira, namun mahen hanya menggeleng membuat humaira mengerutkan alisnya.

"Emm Anu itu, Mendingan lo aja yang jadi imam." ucap mahen.

"Humaira perempuan, Kak mahen aja kan seorang imam."

"Tapi di Al-zaitun bisa."

"Ihkk itu mah sesat kak. Buruan nanti keburu adzan isya. "

Dan dengan terpaksa mahen pun solat mengimami humaira, Setelah selesai solat humaira pun salim pada mahen, ternyata begini rasanya solat dengan suami?

Setelah solat humaira langsung membereskan alat solatnya Lalu, ia pun beranjak menaiki ranjang nya, dan tidur membelakangi mahen.

"Buruan tidur besok sekolah. " ucap mahen lalu ia menutup matanya mencoba untuk tidur, dan setelah itu hanya ada keheningan diantara mereka berdua karena sibuk dengan dunia mimpinya masing-masing.

🐰

Humaira bangun dari tidurnya, namun ia tak mendapati mahen di tempat tidur, Setelah nya ia langsung beranjak dari kasur dan mandi lalu memakai seragam SMA-nya.

Kini, humaira sudah tampil rapih dengan pakaian smanya, Tak lupa dengan cadar yang selalu menutupi separuh wajahnya, Humaira melangkahkan kakinya menuju ruang makan. Disana terdapat mahen yang sedang memasak, dan di meja makan sudah terdapat dua piring nasi goreng yang di siapkan mahen untuk dan satu gelas susu ibu hamil rasa stoberi.

Humaira pun langsung mendudukan bokongnya di kursi dengan menatap nasi goreng yang berada di sana dan terlihat sangat menghugah selera makan nya.

"Cepet makan, Nanti keburu dingin tu nasi" ucap mahen masih setia dengan alat masak di tangan nya, Humaira mengangguk Lalu ia pun memakan nasi goreng tersebut dengan lahap seperti tidak makan berhari-hari, maklum saja tadi malam ia tak makan.

"Enak."

"Kalo makan jangan sambil bicara." tegur mahen padanya, Lalu ia duduk di samping kanan humaira Dan ikut makan bersama nya.

"Mamah sama papah kemana kak?" tanyanya, karena biasanya ibu mertuanya itu selalu berada di dapur untuk memasak.

"Dinas keluar kota." ucap mahen. Ya memang begini lah jika mempunyai orang tua yang sibuk dan jarang ada di rumah, membuat mahen merasa kesepian.

Dengan humaira yang hanya mengangguk dan ber 'oh' ria saja.

"Buruan habisin makananya sama minum tuh susu, gue tinggal kalo lama." ucap mahen berlalu pergi meninggalkan humaira sendirian di meja makan.

"Tunggu kak." ucapnya, kemudian bergegas menyusul mahen yang sepertinya akan pergi meninggalkan dirinya.





Jangan lupa paket lengkap nya, vote+ komen nya.

"Bayi Sang Ketua Geng Motor" (Tahap Revisi) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang