Kenyataan Yang Begitu Menyakitkan

13.3K 625 3
                                    

Auraline menatap lehernya yang sangat terlihat cetakan tangan Chakra disana  berwarna merah kebiruan saking kencangnya cengkraman lelaki itu pada lehernya tadi malam, saat ini Auraline sudah rapih dengan seragam sekolahnya, bersiap untuk pergi.

"Ayo sarapan" ajak Tiffany yang berada diambang pintu kamar Auraline.

Auraline segera bersiap lalu berjalan mengikuti Tiffany dibelakangnya menuju ruang makan, saat ini kedua orang tuanya sedang ada perjalanan bisnis yang cukup lama jadinya Auraline bebas membawa Tiffany ke rumahnya untuk menginap dan menghindari ayah gadis itu tentunya.

"Tangan lu masih sakit? Leher lu juga masih sakit?" Tanya Tiffany sedikit meringis saat melihat kondisi leher Auraline.

"Udah gak sesakit kemarin sih tangan gue, kalau leher masih sedikit linu" ucap Auraline sambil meringis saat memegang lehernya.

"Mau ditutupin pake bedak?" Tanya Tiffany menawarkan takut nanti gadis itu malu saat dilihat oleh banyak orang.

"Iya nanti habis makan gue minta pelayan buat nutupin" ucap Auraline lalu dia segera memakan makanannya.

Setelah selesai makan Auraline dibantu dengan para pelayan mulai menutup luka dilehernya itu dengan bedak dan foundation make up, setelah dirasa sudah cukup tertutup gadis itu segera berangkat menuju sekolahnya bersama dengan Tiffany dan sang supir.

"Gimana rasanya bolos fan?" Tanya Auraline asal setelah mereka berada didalam mobil.

"Kenapa lu nanya gue? Lu kan pernah bolos tuh pas ngintilin si Geo di warung belakang sekolah" ucap Tiffany mengingat tingkah gila Caralya dulu yang begitu mengejar sosok Geovano.

"Oooh iya juga ya" ucap Auraline mengiyakan saja, jujur itu kan bukan dirinya tapi Caralya yang bolos sedangkan dirinya sih belum pernah tuh bolos dari dulu saat masih sekolah di dunianya.

"Aneh, lu kaya seolah amnesia mendadak heran gue" ucap Tiffany yang langsung membuat Auraline terdiam beribu bahasa, dia tidak ingin berbicara lagi agar tidak membuat Tiffany curiga.

Mobil mereka pun tiba disebuah parkiran milik sekolahnya yang cukup luas, Auraline dan Tiffany pun turun dari mobil lalu berjalan menuju kelasnya, ada pikiran untuk bolos hari ini dibenak Auraline karena jujur dia tidak mau belajar lagi, cape.

"Gue ke toilet dulu ya, titip tas" ucap Auraline lalu menyerahkan tasnya kepada Tiffany dan berjalan menuju toilet.

Setelah dirasa Tiffany sudah memasuki kelas, dengan cepat Auraline berjalan menuju gerbang sekolahnya, untungnya gadis itu sudah membawa dompet dan ponselnya jadi aksi bolosnya ini lumayan berjalan lancar.

"Bang" Auraline memberhentikan sebuah angkutan umum yang melewati gerbang sekolahnya.

Angkutan umum itu berhenti tepat dihadapan Auraline, dengan senang gadis itu menaikinya lalu duduk diantara beberapa murid dari sekolah lain yang menatapnya cukup terkejut, baru kali ini anak dari sekolah terkenal akan biayanya yang mahal itu menaiki angkutan umum, melihat tatapan itu membuat Auraline mengibaskan rambutnya tidak perduli toh memang dulunya dia sering menaiki angkutan umum, sejak dirinya menjadi Caralya saja dia jadi rakyat menengah ke atas.

Tujuan Auraline saat ini ke perpustakaan untuk mencari sesuatu jujur saja dia ingin mencari jalan keluar untuk dirinya agar bisa kembali ke dunianya, dia sudah mulai takut berada didunia ini sejak semalam dirinya yang hampir mati dibuat oleh salah satu pemeran dicerita ini.

"Kiri pak" ucap Auraline lalu turun dari angkutan umum itu dan memberikan selembar uang 50.000 ke sang supir.

"Gak ada uang kecil neng?" Tanya supir itu.

Explore The Novel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang