Persahabatan Sejati

14.2K 708 0
                                    

Sesampainya di rumah, gadis itu segera berjalan memasuki rumah, namun langkahnya terhenti saat tidak sengaja matanya melihat sebuah motor mahal terparkir dengan rapih di garasi yang saat ini sedang di lap oleh salah satu pelayan di rumah ini.

Dengan segera Auraline menghampiri motor itu dengan raut wajah berbinar, sungguh motor itu adalah motor impiannya selama ini, akhirnya dia bisa melihat secara langsung motor itu saat ini.

"Motor siapa ini pak?" Tanya Auraline kepada pelayan yang sedang mengelap motor ini.

"Motor tuan Dante, Non" ucap pelayan itu ramah.

Auraline berfikir sebentar, lalu setelahnya dia mengangguk paham, ternyata itu motor milik kaka Caralya yang bernama Aldante Raditya Marquel, saat ini lelaki itu sedang berkuliah diluar negri.

Lelaki itu hanya muncul sebentar diakhir cerita novel ini, itu juga saat pemakaman adik tercintanya yaitu Caralya, aduh miris sekali saat mengingat hal itu.

"Boleh saya memakainya?" Izin Auraline dengan ramah kepada sipelayan.

Pelayan itu terkejut mendengarnya, dengan bingung palayan itu berkata "Nona bisa mengendarai motor?"

"Bisa dong" bangga Auraline tanpa sadar.

"Sejak kapan?" Tanya pelayan itu yang masih terkejut. Hal itu membuat Auraline sadar dan mengutuk dirinya sendiri yang selalu keceplosan.

"Sudah lama, cuman aku baru berani sekarang" ucap Auraline berusaha mengelak.

"Tapi......... Maaf nona ini motor kesayangan tuan Dante" ucap palayan itu dengan takut.

"Tenang aja pak, saya lebih disayang dia dibandingkan motor ini" ucap Auraline sedikit menyombong, jujur saja dia sangat menyukai sosok Dante saat membaca novel ini bahkan hanya Dante lah pemeran yang membuat Auraline jatuh cinta walau lelaki itu terlihat hanya di akhir cerita.

"Baik nona" ucap pelayan itu pasrah lalu setelahnya Auraline berjalan memasuki rumah dengan riang gembira.

Dirinya berjalan menuju kamarnya dengan senyum merekah diwajahnya, jujur saat ini dia sangat senang bahkan rasa cape yang dia rasakan tadi hilang begitu saja setelah melihat motor impiannya, dari dulu Auraline sangat menginginkan motor itu namun harga motor itu yang mampu memupuskan semua harapan untuk memilikinya, harga motor itu saja mungkin seharga ginjalnya jika dijual. Auraline meringis jika mengingatnya.

Dengan cepat gadis itu mandi lalu berganti baju, dia sudah tidak sabar untuk mencoba motor mahal itu. Gadis itu memilih baju secara asal, yang penting baju itu tidak mengganggunya dalam bermotor nanti.

Setelah semuanya siap Auraline segera keluar dari kamarnya dan berjalan turun dari tangga dengan terburu - buru menuju garasi, sesampainya dia di garasi, gadis itu segera menghampiri pelayan untuk minta kunci dan helm.

"Ini non, nona yakin ingin naik motor sendiri?" Tanya pelayan itu nampak ragu.

"Iya pak, makasih ya" ucap Auraline ramah lalu gadis itu dengan cepat sudah duduk dimotor mahal itu.

"Gila keren banget nih motor" kagum Auraline sambil merapa - raba body motor itu, sungguh Auraline masih merasa ini mimpi, satu persatu barang - barang yang dia inginkan bisa terwujud didalam dunia ini.

"Oke ayo kita pergi ganteng" ucap Auraline kepada motor itu lalu mulai menyalakan gas motor itu yang setekita membuat Auraline tersenyum senang saat mendengar suara mesin motor itu yang lembut namun sangat gagah.

"Gila keren banget" ucap Auraline heboh sendiri lalu segera memakai helmnya.

Setelah dirasa cukup untuk memanasi motor ini, dengan segera Auraline menancapkan gas motornya membelah jalanan di sore hari ini, dia mengendarai motor ini dengan kecepatan standar dia membiarkan angin menerpa tubuhnya. Sungguh dia merasa sangat bahagia saat ini.

Explore The Novel World Where stories live. Discover now