Sadar

4.1K 293 27
                                    

"Lu harus makan sekarang, cepet buka mulutnya" ucap Tiffany dengan paksa sambil mengarahkan sendok yang berisi nasi tepat dihadapan Auraline.

"Gue gak laper, Fan" ucap Auraline dengan pelan, gadis itu seperti tidak bernyawa saat ini.

Agam berhasil melewati masa kritis dan saat ini dia sudah dua hari mengalami koma, selama itu pula Auraline menemaninya dengan tatapan hampa, bahkan gadis itu hanya memakan satu roti selama dua hari, itu pun dengan paksaan dari seluruh orang yang mengkhawatirkan keadaannya.

"Buka mulut lu" paksa Tiffany sambil menekan kedua pipi Auraline untuk membuka mulutnya.

Dengan pasrah akhirnya Auraline membuka mulut, lalu dengan cepat Tiffany mulai menyuapi makan. Tiffany pun khawatir dengan kondisi sahabatnya itu yang seperti manusia tanpa nyawa, sudah dua hari bahkan temannya itu tidak pulang dan terus berdiam diri dirumah sakit.

"Udah mau makan dia?" Tanya Aditia yang baru saja datang bersama Chakra.

"Udah, tapi gini nih harus disuapin" jawab Tiffany.

"Udah, Fan" ucap Auraline yang baru saja makan dua suap.

"Lu gila ya, ini baru dua suap" ucap Tiffany dengan jengkel.

"Udah kenyang" jawab Auraline dengan pelan.

"Bohong, mau sampai kapan sih lu kaya gini? Dengan lu gak makan itu gak akan buat Darius bangun jadi stop bersikap kaya gini, lu tuh buat semua orang khawatir tau" ucap Tiffany dengan kesal, pasalnya sudah dua hari Auraline terus seperti ini.

"Makan lagi sini" ucap Tiffany lagi lalu nampak kembali menyuapi Auraline makan, gadis itu pun hanya pasrah.

Selama dua hari Auraline terus memikirkan kejadian yang seperti mimpi buruk itu, dia terus menyesali perbuatannya, dia terus terbayang dan berandai-andai jika saat itu dia tidak mengejar Agam, mungkin tidak terjadi hal seperti saat ini.

"Ini semua salah gue, Fan" ucap Auraline dengan nada lemah.

"Bukan salah lu, ini udah takdir" ucap Tiffany terus meyakinkan Auraline jika ini semua bukanlah kesalahannya.

Auraline menatap tubuh Agam yang saat ini berbaring lemah di ranjang rumah sakit, kepala lelaki itu penuh dengan perban dan beberapa luka jahitan, melihat itu membuat Auraline kembali meneteskan air matanya.

Tiffany membulatkan kedua matanya terkejut saat melihat jari - jari tangan Darius bergerak, begitu juga dengan Auraline gadis itu segera bangkit dari duduknya dan berlari keluar untuk memanggil dokter.

Tidak lama dokter beserta perawat pun datang untuk memeriksa keadaan Darius, selama itu Auraline terus berdoa didalam hati agar Agam kembali sadar dan benar saja, doanya terkabul karena setelahnya sang dokter mengatakan bahwa Darius telah melewati masa komanya.

Dengan senang Auraline memeluk tubuh Tiffany, dia menumpahkan seluruh rasa syukurnya, bahkan setelah itu nampak terlihat Agam yang mulai membuka kedua matanya secara perlahan.

Setelah membuka kedua matanya dengan sempurna, barulah Agam diberikan beberapa pertanyaan umum oleh dokter, dan Agam mampu menjawab semua pertanyaan itu dengan lemah, karena keadaan tubuhnya belum kembali sempurna. Setelah dirasa sudah aman sang dokter dan perawat itu pun pamit pergi.

Auraline tidak hentinya tersenyum senang sambil memandang Agam yang saat ini masih berusaha mengumpulkan nyawanya, dengan antusias Auraline berjalan menghampirinya.

"Akhirnya lu bangun juga" ucap Auraline dengan senang saat telah berada disebelah ranjang Agam.

Lelaki itu nampak mengerutkan keningnya bingung saat melihat keberadaan Auraline, bahkan lelaki itu terdiam lama sambil memandang Auraline.

Explore The Novel World Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang