18. Introgation

9.7K 810 26
                                    

Clarissa pov
And here I am. Menonton pacar gue latihan bola di stadion bola terbesar di kota gue. Di samping gue juga duduk seseorang yang sama tengilnya dengan Sacha.

"Adik ipar, snack?" Tawar Shasenka.

"Thanks" Jawab gue lalu mengunyah snack rasa rumput laut tersebut.

"Jadi udah berapa lama?" Tanya Shasenka.

"Baru aja kok" Jawab gue.

"Some advice for you, always think positive" sahut Shasenka membingungkanku.

"Maksudnya?" Tanya gue bingung.

"Yaa jangan mikir macem-macem, dia orangnya simpel dan ga bakal macem-macem. Dia itu komitmennya kuat, selalu pegang omongannya, dia lebih setia dari anjing" Shasenka menatap gue tajam.

"Hmm terus terus" Ujar gue penasaran.

"And don't make her mad, seriously don't. Itu hal terakhir yg ingin kamu lihat" Shasenka berkata dengan serius.

"Why?" Tanya gue penasaran.

"Just trust me, don't make that monster come out" Shasenka tersenyum misterius.

"By the way, kamu kenal Bian?" Tanya gue ke Shasenka, boleh dong kepoin adenya.

"Bian?" Shasenka malah bertanya balik.

"Iya Bian, kayaknya temen SMAnya" Jawab gue udah gatel keponya.

"Oh Febian, mereka sempet satu band pas SMA" Jawab Shasenka santai.

"Mereka deket?" Tanya gue semakin kepo.

"Deket banget sih, waktu kami kehilangan ortu, Febian selalu support dia tapi pas lulus SMA kayaknya ada masalah antara mereka berdua terus ga pernah saling bicara sampe sekarang" Terang Shasenka, duh ga salah gue nyari info.

"Mereka dulu pacaran?" Kepo gue tembus batas maksimal.

"Nah kalo itu ga tau deh" Jawab Shasenka.

"Yah kirain tau" Ujar gue.

"Hey you not supposed to be worry by the way" Shasenka mengerling ke gue.

"Bukannya curiga atau apa sih, cuman pengen tau dia aja gimana" Kata gue setengah jujur.

"Pada ngomongin apaan?" Sacha menghampiri kami di bangku penonton.

"Iwh jauh-jauh gih asem amat keringet" Shasenka menutup hidung dan memasang wajah jijik.

"Sorry ye ini keringat aroma terapi" Sacha menduduki Shasenka yang langsung panik mendorong-dorong tubuh Sacha.

"Aaaaarrrghhh gila basah semua kamu keringetan apa mandi siiiiiih aaah bau juga deh gue" Shasenka panik mengelap sekujur tubuhnya yang terkena keringet Sacha yang malah tersenyum penuh kemenangan melihat adiknya kesel.

"Biarin, siapa suruh bawel" Sacha cengengesan.

"Nih minum" Gue menyodorkan air mineral pada Sacha.

"Oww thanks, tau aja aus" Sacha menenggak isi botol sampai habis.

"Nih handuk" Kali ini gue nyodorin handuk buat dia keringin keringatnya.

"Plis habis ini bilang 'nih duit'" Sanda Sacha.

"Hih maunya" Shasenka sewot.

"Mau kena keringat lagi?" Tawar Sacha kepada adiknya.

"No thanks, lagi males jadi kimchi" Jawab Shasenka lalu menjulurkan lidah.

Sacha pov
"Eh tadi Clarissa nanya soal Febian" Ujar Shasenka saat gue lagi asik memindah-mindah channel televisi buat nyari siaran bagus.

"Hah? Lo jawab apa ke dia?" Ujar gue kaget.

"Lo bikinin gue ramyeon dulu ntar gue ceritain" Shasenka tersenyum licik.

"Ah apaan pake gitu-gitu" Sungut gue tapi tetep menuju dapur buat bikin ramyeon.

Gue bikin dua porsi ramyeon. Satu buat gue, satunya buat adik gue yang maha rese tapi gue sayang karna dia satu-satunya yang gue punya sekarang. Selagi gue bikin ramyeon, dia menyiapkan meja makan dan nyiapin minum buat kita berdua. Anak ini nyebelin tapi dia rajin dan well organized banget orangnya. Itu salah satu nilai plusnya dia.

"Udah jadi nih, jadi lo jawab apa?" Tanya gue setelah menghidangkan ramyeon.

"Bentar gue makan dulu" Jawabnya langsung meraih sendok dan garpu buat makan. Yup, di balik wajah orientalnya dia ga bisa makan pake sumpit.

"Nyebelin banget sih lo udah dibuatin juga" Kata gue kesel

"Hahaha sabar kakak, dia tadi nanya gue kenal Bian ga gitu" Ujar Shasenka lalu kembali menyendok ramyeon ke dalam mulutnya.

"Terus lo jawab apa?" Tanya gue penasaran.

"Gue bilang temen band lo, ga bohong kan gue" Ucap Shasenka tengil.

"Terus?" Tanya gue lagi.

"Lo bedua sama keponya deh, dia tanya pacaran ga gue bilang ga tau tapi emang deket, dia kayaknya kepoin lo deh" Terang Shasenka.

"Wew serem juga, tapi gak apa sih itu kan udah bertahun-tahun yang lalu" Ujar gue.

"Ho'oh gue bilang kok kalo lo sejak lulus sma ga ada kontak ama febian" Sahut Shasenka.

"Thanks dude" Kata gue dengan tulus.

"Anytime buddy" Shasenka menepuk pundak gue.

Gue sama sekali ga khawatir jika Clarissa mencari tau soal Febian. Hanya aja, setiap mengingat Febian dada gue terasa sesak. Bahkan saat gue sedang bahagia-bahagianya bersama Clarissa.

Shasenka membiarkan gue masuk kamar tanpa membereskan mangkuk ramyeon gue. Dia tau gue butuh istrahat karena lelah fisik dan lelah pikiran. Tidak perlu waktu lama hingga gue terlelap.

***

Sedari pagi hingga sebelum jam istrahat sekolah, pembelajaran gak terlalu aktif. Ini di karenakan sekolah lagi memasuki pekan HUT sekolah tertua di Samarinda ini. Dari pagi anak-anak osis, panitia acara dan guru-guru kebanyakan sibuk mengurus persiapan acara. Dulu waktu gue sekolah disini, gue tiap tahun ikut festival band dan selalu masuk 5 besar.

Sambil bernostalgia gue memperhatikan suasana sekolah yang mulai memperlihatkan perubahan di mana berbagai ornamen dan perlengkapan sudah di pasang di seantero sekolah. Panggung juga sudah mulai berdiri. Kebanyakan kelas kosong dan anak-anak nongkrong di depan kelas atau kantin. Gue memilih duduk di pendopo yang terletak di samping masjid. Lagian deket pendopo ada koperasi jadi enak kalo mau sambil ngemil hehehe.

Dari kejauhan gue melihat Clarissa dan Nora berjalan menuju gue. Pasti mereka mau nimbrung duduk di sini. Gue tersenyum tipis kepada mereka, namun senyum gue pudar ketika tangan Clarissa di tahan oleh seorang siswa yang langsung menyodorkan bunga mawar padanya.

"Please balikan sama aku" Ucap cowok itu berlutut di depan Clarissa yang terlihat sangat terkejut.

Hal yang selanjutnya gue lakukan hanya beranjak dari tempat gue dan memilih untuk tidak melihat lanjutan adegan tersebut.

To be continued

Swagger TeacherWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu