28. We Need To Talk

7.6K 658 41
                                    

Sacha pov
"Gue harap lo ga lupa kalo kita cuman temenan" Seru gue menatapnya tajam.

"Apaan lo ngomong gitu?" Balasnya mendorong gue.

"Gue denger lo ngomong ke geng gaul lo kalo lo sama gue cuman temen doang dan kalo keliatan deket itu bukan apa apa, lo mau bohong apa lagi Feb?" Tanya gue frustasi.

"Lo pikir gue harus ngomong apa?" Dia bertanya balik.

"Ga harus ngomong apa-apa, lo bener lebih baik ga ada apa-apa" Jawab gue seraya meraih ransel gue dan beranjak pergi menyusuri koridor sekolah yang sudah sepi.

"Where you go?" Tanyanya agak panik.

"I'm leaving you" Jawab gue tanpa menghentikan langkah gue.

"No, you ain't!" Febian mencengkram bahu gue dengan keras. Gue tetap melangkah menjauhi dia.

"COME BACK!" Teriaknya tepat dibelakang kepala gue.

Gue tersentak di tempat tidur gue. Sial, mimpi buruk. Gue meraih handphone gue, jam 5 pagi dan beberapa chat dari Clarissa. Rupanya gue ketiduran cepat semalam.

Sejak ketemu Febian di Beach House, gue agak terganggu secara psikis. Gak, gue ga gila. Gue berusaha ga mikirin soal insiden itu, gue ga ngebiarin hal itu melintas di pikiran gue. Kenapa sampe kemimpi, mungkin karna alam bawah sadar gue menolak buat mengabaikan hal yang memang membuat gue agak terguncang.

Gimana ga terguncang, lagi asik nyantai di pinggir pantai, Febian muncul dan gara-gara dia Clarissa sempet ngambek ke gue. Dan barusan gara-gara dia gue terbangun dengan perasaan yang sangat tidak nyaman. Ah mending gue siap-siap biar ga kesiangan ke sekolah.

Clarissa pov
Sejak ada Sacha, sekolah jadi salah satu hal favorite gue. Hari ini ga ada jam pelajaran dia sih, tapi gue hapal jadwal pelajaran bahasa inggris angkatan gue jadi lebih gampang kalo gue mau tepe-tepe lewat kelas yang lagi dia ajar.

"Gue mau ke wc, lo mau ikut?" Tawar Nora, yup cewek paling anti ke wc sendirian.

"Ok ikut, tapi lewat IA5 yah" Pinta gue.

"Huh ganjen, Sacha bisa bosen kalo keseringan liat lo nyetorin muka dimana pun dia ngajar" Ujar Nora.

"Biarin yee. Buruan ijin gih" Nora lalu meminta ijin ke Pak Ali yang lagi ngoreksi tugas kimia kami.

Setelah diberi ijin oleh Pak Ali, gue dan Nora berjalan dengan riang melewati XII IA 5, dan bener aja Sacha lagi ngajar disitu tapi ga seperti biasanya, dia terlihat murung. Dia bahkan ga sadar gue lewat depan pintu kelasnya. Dia hanya duduk melamun dengan tangan menopang dagunya dengan tatapan menerawang.

"Sacha kenapa si Sa?" Tanya Nora setelah kami melewati kelas XII IA 5.

"Gak tau juga Ra, keliatannya lagi bingung gitu" Jawab gue kurang yakin.

"Wajah bingungnya bikin dia cantik kayak lukisan yah" Tukas Nora sambil ngeloyor masuk wc.

Iya juga sih, ngelamunnya dia terlihat terlalu elegan untuk ukuran melamun di meja guru kelas ujung yang lokasinya deket wc siswa. Dia lebih cocok berpose begitu di kursi empuk bangsawan dengan gaun abad pertengahan ala-ala lukisan yang kalo dijual mahal. Mungkin dia lagi banyak pikiran, gue pun sebagai pacar yang baik berusaha memastikan keadaannya dengan menghubunginya.

Gue: Are you ok?

Sacha: Of course, why?

Gue: Never mind, tadi lewat  kamu lagi ngelamun gitu, ga kayak biasanya

Sacha: Gak apa kok, rada puyeng aja

Gue: Yaudah ntar pulang langsung istrahat ya, aku ntar sama Nora soalnya mau ke studio latihan.

Sacha: Ok take care babe.

Resiko pacaran sama guru (walaupun dia guru praktek) adalah lo ga bisa mesra-mesraan di area sekolah, padahal sebagian hari lo di habisin di sekolah. Jadi sampe waktu pulang sekolah gue cuma bisa melambai saat melihatnya pulang dan jajan bentar di elpe (baca: lapangan pemuda, tempat jajan anak bhayangkara nih) sebelum pergi ke studio dengan Nora. Selagi gue ngegosip dengan Nora sambil jajan sebuah suara mengagetkan gue.

"Hey kid, bisa bicara?" Tanya seorang cewek canti bersunglasses yang sangat tidak sinkron dengan keadaan elpe yang penuh jajanan ringan ala anak sekolah.

"Eh Sa itu Bian" Bisik Nora dikuping gue. Gue tau banget siapa dia.

"Mau ngomong apa?" Tanya gue dingin, aslinya sih gue grogi ini cewek beneran bening banget, pasti dulu dia idola sekolah.

"Ngomongnya di tempat lain aja, lo bisa ikut gue?" Tanya Bian  menatap gue dari balik sunglassesnya.

"Dia biar gue yang anter" Sela Nora sebelum gue menjawab.

"Ok, ga masalah, ikutin mobil gue" Sebuah mobil menepi di depan elpe dan seorang pria membukakan pintu untuk Bian.

"Mereka berangkat sendiri" Kata Bian di balas anggukan patuh dari pria yang membukakan pintu mobilnya.

"Gile Sa, Rolls Royce" Desis Nora saat kami mengikuti mobil Bian.

"Iye tau, ini orang kaya ngapain sih pake mau ngomong sama gue segala kayak ga ada urusan penting aja" Gerutu gue.

Akhirnya mobil Bian menepi di sebuah restoran yang agak sepi. Bian terlihat memasuki restoran tersebut sedangkan pria patuh yang merupakan supir Bian menunggu di depan pintu restoran. Gue dan Nora dengan langkah ragu menuju pintu restoran tersebut.

"Anda sudah ditunggu didalam oleh nona muda, silahkan mari saya antar" Supir Bian dengan sopan mengantar kami hingga meja di mana nona mudanya duduk dengan ekspresi tegang.

"Silahkan pesan dulu" Ujar Bian ketika kami duduk.

"Banana Shake" Ujar gue pendek, gue terlalu penasaran soal apa yang akan di bicarakan oleh Bian hingga nafsu makan gue menurun drastis.

"Saya pesen sirloin blackpepper steak sama Cola Float yah" Nora memesan dengan cueknya ke waitress dan langsung gue pelototin.

"Maaf Sa, gue laper" Bisik Nora malu-malu

"Pesen aja gak apa gue yang ajak, gue yang bayarin" Ujar Bian menatap kami berdua.

"Itu aja, jadi apa yang mau diomongin?" Tanya gue to the point.

"Sebaiknya kita makan dulu, ga sopan bahas keperluan sebelum jamuan makan" Jawab Bian datar mau ga mau harus gue turutin.

Gak lama kemudian, pesanan kami datang. Nora dengan semangatnya menghabisi steaknya dengan ganas sedangkan gue menyesap banana shake gue. Thanks to Nora yang makannya kesurupan, acara makan ini jadi ga terlalu lama karna makanannya sudah tandas. 

"Jadi apa yang mau diomongin?" Tanya gue sekali lagi.

"Kamu pacaran sama Sacha?" Tanya Bian dengan tatapan tajam.

"Yeah, kenapa emang?" Tanya gue balik dengan perasaan agak terganggu, mungkin karna pertanyaannya.

"Udah lama?" Tanya Bian lagi.

"Apa urusan lo?" Gue ga menjawab pertanyaannya.

"Dia sebelumnya pacaran sama gue, kita belum putus dan dia sekarang pacaran sama lo" Jawab Bian membuat gue bagai disambar gledek.

"Kemaren di Beach House dia jelas-jelas bilang ga ada hubungan apa-apa sama lo" Bantah gue.

"Ya namanya pacar lagi marahan wajar kan dia bersikap gitu, gue cuma mau lo tau aja, dia pacar gue juga" Tegas Bian.

"We're done talking here" Kata gue beranjak dari kursi gue di ikutin Nora.

"Thanks for the meals btw" Sahut Nora sebelum pergi.

Gue dan Nora balik ke mobil, begitu masuk ke dalam gue langsung menghubungi Sacha. Ga peduli dengan Sacha lagi puyeng katanya atau Nora yang nanya jadi latihan apa gak. Yang gue tau gue mau ngomong sama Sacha.

"Hello.." Sahut suara diujung sana.

"We need to talk" Balas gue.

To be continued

Swagger TeacherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang