22. Beach House

10.5K 756 44
                                    

Nora pov
And then Sacha ngajak kami ke Trans Mart. Kebetulan banget gue belum pernah kesini dan dari kemaren-kemaren pengen kesini tapi ga sempet-sempet. Aaaaak memang idaman kakak satu ini.

"Kyaaa gue emang pengen banget ke sini" Pekik gue ketika keluar dari mobil.

"Hehe mumpung baru buka kita cobain dulu" Ujar Sacha.

Kami pun masuk ke dalam Trans Mart dan naik ke lantai atas dimana wahana permainan berada. Gak serame di Trans Studio sih, berhubung ini cuman Trans Mart dan Trans Studio di Kalimantan malah bakalan di bangun di Samarinda tapi belum jadi-jadi juga (lah curhat), tapi lumayan memghibur lah permainannya. Setidaknya ada roller coaster.

"Mau main apa dulu nih?" Tanya Sacha.

"Bumper car yuk" Jawab Clarissa.

"Setujuu" Kata gue kegirangan. Entah kenapa gue girang mulu.

"Yadah yuk" Kata Sacha menggandeng kami menuju wahana bumper car.

Jika mengendarai mobil asli Sacha adalah pengendara yang baik, maka bumper car adalah kebalikannya. Dia seperti melampiaskan apa yang dia tidak bisa lakukan saat mengendara normal. Tidak hanya menabrak gue dan Clarissa, dia juga menyetir menabrak orang lain dan dinding pembatas. Pokoknya ugal-ugalan banget deh. Kelar main bumper car kami langsung main roller coaster. Gue cuma bisa berasa jadi obat nyamuk ngeliat Clarissa tereak kayak anak tk mau di sunat begitu roller coasternya melaju sambil memeluk lengan Sacha. Okeeeeh okeeeeh gue tabah.

"Duh pusiiiinggg" keluh Clarissa saat turun dari roller coaster.

"Iya nih sama kita belum makan siang sih" Kata Sacha berjalan sempoyongan.

"Tapi di sini ga ada jual makan adanya cemilan doang" Ujar gue memberi info.

"Yadah kita makan es krim dulu di bawah buat hilangin puyeng, terus gue ajak makan, gimana?" Ajak Sacha yang pastinya menggembirakan telinga gue.

"Yeeeay setujuu lagiii" Seru gue dan Clarissa serempak dengan riang kayak anak paud.

Entah kemana dia membawa kami tapi ini terasa jauh dan kami melewati bandara lagi menyusuri jalan yang menampilkan pantai di sepanjang sisinya. Setelah beberapa lama berkendara Sacha masuk ke jalanan yang muat hanya untuk satu mobil, ini seperti lorong yang sisinya di tumbuhi pohon-pohon besar yang membuat tempat ini sangat sejuk seolah kami tak di Balikpapan. Ketika lika-liku lorong itu berakhir, kami sampai di restoran yang menyajikan pemandangan tepi pantai tetapi dengan suasana teduh karena dominasi pepohonan. Satu kata untuk tempat ini, romantis.

Sacha pov
Gue mengajak mereka makan siang di Beach House. Agak kesorean sih mengingat ini udah jam setengah 4 sore. Gue berjalan menuju tempat tidur yang menghadap pantai. Ya, konsep restoran ini memang agak romantis. Selain bangku dan sofa, mereka juga menyediakan tempat tidur yang menghadap pantai buat bersantai dan makan. Gue berbaring bersandar di kepala tempat tidur di ikuti oleh Nora yang langsung merebahkan diri di tempat tidur yang empuk tersebut.

"Silahkan dilihat menunya" Seorang waitress menyerahkan menu kepada kami bertiga.

"Saya sirloin brown sauce" Kata Nora.

"Saya tenderloin blackpepper" Kata gue udah membayangkan rasa blackpepper didalam mulut gue pasti gemesin.

"Saya chicken cordon bleu" Sahut Clarissa mengetuk-ngetuk menu bergambar ayam dengan keju meleleh di dalamnya.

"Minumnya apa mbak?" Tanya di waitress.

"Es teh" Sahut kami bertiga serempak, tegas dan jelas.

"Oh ok ok, ditunggu 15 menit ya pesanannya" Kata si waitress dengan ekspresi bingung.

"Kok dia mukanya bingung sih ya" tanya Clarissa.

"Mungkin kita terlalu kompak" Jawab Nora.

"Kayaknya karna kita pasti banget minum es tehnya, ga cocok kali ya sama makanannya" Jawab gue.

"Ah orang indonesia ini, mana enak ga minum es teh" Komentar Clarissa.

"Iye kita makan di kantin sampe di resto teteup aja es teh ye hehehe" Nora terkekeh.

"Enak yah disini makannya bisa sambil baring-baring" Ujar Clarissa saat makanan pesanan kami datang.

"Iya tapi lo duduk aja ngapa, males bener sambil baring, kan bisa duduk, menuh-menuhin aja lo" Sahut Nora.

"Yee suka-suka gue, sewot aja lo Ra, kalo ga mau penuh lo aja noh bobo di kolong ranjang" Balas Clarissa.

"Duh berantem mulu perabotan lenong, udah makan aja terserah mau sambil kayang juga gak apa" Nasehat gue kebisingan.

"Iya deeh iyaa" Kata Clarissa menyenggol gue manja. Ada gitu senggol manja? Ok abaikan.

Lalu kami semua konsen makan. Bener-bener konsen sampe ga pake ngobrol. Mungkin bener-bener kelaparan kali ya.

"Sa foto-foto yok" ajak Nora setelah kelar makan.

"Yuk deh pemandangannya bagus, mau ikut?" Ajak Clarissa ke gue.

"Hmm gak deh, mau bobo aja disini sekalian istrahat, kalian jangan lama yah, jam 5 kita cus pulang" pesan gue kepada mereka.

"Okedeh, bentar yaa" jawab Clarissa.

Mereka lalu berlari-lari riang ke pinggir pantai sambil fotoan ala abege labil. Ya emang mereka masih abege sih gue yang udah ketuaan. Gue lalu memutuskan untuk memejamkan mata dan gue resmi ketiduran. Mungkin setengah jam, mungkin lebih hingga gue merasakan pelukan hangat dari seseorang. Pasti Clarissa kan kalo Nora pasti Clarissa bakal rusuh liatnya. Gue tetap memejamkan mata karna gue masih ngantuk dan nanggung banget kalo di bangunin pas lagi nyaman-nyamannya.

Gue membiarkan Clarissa memeluk gue hingga gue merasakan dia menduduki pinggul gue. Yup, beneran menduduki. Lalu terasa kecupan di bibir gue. Ini terlalu agresif untuk ukuran Clarissa, gue membuka mata dan yang gue lihat sangatlah mengejutkan.

Febian. Dengan senyum yang dulu meluluhkan gue dan membuat gue gila duduk dengan manisnya. Gue langsung melihat sekitar, sepi dan untungnya ga ada Clarissa dan Nora.

"Gila lo, minggir" Kata gue mengusirnya dari atas tubuh gue.

"Sampai kapan lo mau marah sama gue?" Tanya Febi menyelidik mata gue.

"Terserah gue" Jawab gue dingin.

"Astaga masih aja" Ujar Febi frustasi.

"Kita udah selesai" Suara Clarissa mengagetkan gue.

"Ok yuk" Jawab gue beranjak meninggalkan Febian yang masih duduk di depan gue.

"Lo mau pergi gitu aja?" Febi menahan gue.

"Please don't" Ujar gue melirik Clarissa yang memasang wajah kesal, apa dia udah tau soal febian?

"Oh gituu" Kata Febian menoleh ke arah Clarissa dan Nora.

"Kenalin, Febian" Katanya menjabat tangan Clarissa dan Nora.

"Gue pacarnya Sacha" Sambung Febian.

To be continued

Swagger TeacherWhere stories live. Discover now