70. Personal Problem

4.6K 423 86
                                    

Sacha pov
"Emang gak apa kamu tiap pagi nganter aku gini?" Tanya Clarissa. Gue suka banget kalo dia ngomong dengan ekspresi innocent gitu, matanya keliatan membulat indah menunggu respon gue.

"Emang ga boleh?" Gue balik bertanya.

"Gak, gitu sih. Kamu ga takut telat ke sekolah kalo nganter aku dulu?" Tanya Clarissa.

"Gak dong" Jawab gue pendek.

"Aku bisa minta jemput Nora kok" Clarissa masih menatap gue dengan mata indahnya.

"Khusus selama ujian aku yang anterin kamu, aku mau memastikan kamu ga telat dateng ujian" Jelas gue. Dia menyunggingkan senyum tipis.

"Okedeh kalo gitu, aku masuk dulu yah" Pamitnya.

"Jangan lupa doa" Gue mengingatkan.

"Pasti" Jawabnya dengan senyum super manis yang mengawali hari gue dengan sempurna.

Gue menyetir dengan santai menuju sekolah. Masih ada 10 menit sebelum bel masuk berbunyi. Dengan santai gue melangkah memasuki gedung sekolah, menempelkan jari gue di mesin absen yang suaranya annoying banget. Selanjutnya gue bersiul-siul dengan langkah ringan menuju kelas IX A. Kelas yang diam-diam bikin gue sangat tertarik buat mengenal mereka satu per satu karena sejauh ini, yang gue temukan mereka sama sekali ga seperti yang diceritakan sama guru-guru lain.

Oke, kadang ada yang bandel tapi menurut gue diumur mereka yang sekarang ini kebandelan mereka masih dibatas yang wajar kok. Selain ada yang bandel, ada yang sangat dingin ke gurunya. Dia yang selalu ngasih gue tatapan tajam tiap gue kunjungan kelas tiap pagi sebelum pelajaran dimulai.

"Selamat pagi semuaaaa" Sapa gue mencoba menebar aura positif.

"Pagi Misssss" Jawab mereka ga kalah kenceng. Cuman ada satu yang ga merespon selebay yang lain, tau kan siapa.

"Senang gak hari ini?" Tanya gue ke seluruh anggota kelas.

Jawabannya beragam. Ada yang bilang iya, ada yang bilang biasa aja, ada yang bilang laper (gak nyambung amat). Diam-diam gue mengamati dia.

"Pertanyaan apa sih, ga guna banget" Gumamnya terdengar oleh gue.

Hmm, anak ini bener-bener bikin gue merasa tertantang. Sebelumnya gue udah denger dari anak-anak kalo dia pernah deket sama seorang guru yang ternyata cuman manfaatin dia biar jadi guru tetap di yayasan sekolah ini. Gue pengen buktiin kalo ga semua guru berlaku baik ke dia cuma karena manfaatin dia.

"Grandis" Panggil gue. Dia tidak menjawab tapi dia menatap gue.

"Nanti sehabis kelas tambahan temui saya" Lanjut gue sebelum keluar dari kelas IX A.

Grandis pov
Entah kenapa anak-anak kelas suka banget sama dia. Menurut gue, dia guru paling gaje yang paling gue temui. Guru macam apa yang hobi main sama murid-muridnya coba. Ga berwibawa banget. Kalo aja dia ngajarnya ga bagus, udah gue laporin ke kakek gue. Menurut gue semua guru itu sama aja buruknya, ga peduli gimana pun Miss Sacha sok akrab ke anak-anak kelas. Ujungnya pasti bakal sama aja. Mana ada sih guru yang bener-bener peduli sama muridnya.

Tadi pagi dia minta gue buat nemuin dia sehabis kelas tambahan yang dia adakan khusus kelas IX A. Jadi sehabis kelas, gue pergi ke ruang guru. Dia ada disana, keliatannya bersiap-siap mau pulang. Gue menghampiri mejanya.

"Ada apa?" Tanya gue males basa-basi.

"Malem ini kamu ada di rumah?" Tanyanya bikin gue bingung.

"Emang kenapa?" Tanya gue.

"Yee nanya balik, ada ga?" Tanyanya lebih ngotot.

"Ada, kenapa?" Tanya gue penasaran.

"Kunjungan rumah" Jawabnya cuek.

Swagger TeacherWhere stories live. Discover now