23. Not a Good Teacher

9.8K 783 96
                                    

Nora pov
Awkward. Totally awkward. Cewek bening yang tempo hari kami kepoin sosmednya, Bian atau Febian dalam versi Sacha memperkenalkan diri sebagai pacar Sacha. Gue kaget, apalagi Clarissa.

"No, you are not!" Tegas Sacha menatap Febian tajam.

"Oh ya? Kita ga pernah putusan kan?" Ujar Febian lalu melirik ke arah Clarissa yang sejak tadi diam saja.

"Kita ga pernah ada apa-apa, jadi apa yang mau diputusin? Udah, gue males liat lo, bye!" Kata Sacha memberi kode kepada kami untuk balik ke mobil. Untung aja Sacha inget bayar ke kasir kalo gak adegan selanjutnya ga bakal gue bayangin.

Selanjutnya moment of silence sepanjang perjalanan pulang. Beda banget dengan waktu berangkat dimana kami semua ceria, sekarang Sacha menyetir dalam diam, Clarissa terus menatap jendela dan gue cuma membisu di bangku belakang. Setelah 3 jam berkendara, kami sampai di rumah Clarissa. Clarissa keluar tanpa berkata apa-apa.

"Would you mind to move here" Kata Sacha menunjuk bangku penumpang di sebelahnya.

"Okay" Jawab gue lalu pindah duduk di sampingnya.

"What should I do Ra?" Tanya Sacha lemas di balik kemudinya.

"Aduh gue juga bingung kak tapi ntar kalo udah di rumah coba hubungi dia tapi kalo jutek jangan di bahas sekarang deh" Saran gue sok bijak aslinya gue juga bingung harus gimana.

"Iya deh, eh lo mau makan malem dulu apa langsung pulang?" Tanya Sacha membuat gue melirik jam tangan, hmm emang udah jam 8an, laper tapi gue ga enak ngerepotin seharian.

"Ga usah kak, ntar kemaleman sampe rumah lagian belum laper kok.... KRUUUKKK" Suara perut gue mementahkan tolakan halus gue.

"HAHAHA tuh lo laper, yadah kita beli drivethru aja yah terus lo gue anter pulang" Sacha mengarahkan mobil ke drivethru satu-satunya di kota kami yang tercinta ini.

Sacha pov
Karena kejadian di Beach House tadi sore, Clarissa diemin gue sepanjang perjalanan pulang. Setelah sampai rumah gue merebahkan tubuh di tempat tidur gue yang tidak seberapa empuk tapi pewenya udah menyatu dengan jiwa gue (paan sih). Gue lalu meraih handphone gue dan membuka kontak Clarissa, gue lalu menekan logo telepon pada kontaknya.

"Tuuuut.... Tuuuut... Nomor yang anda tuju sedang sibuk"

Oke, di reject. Gue lalu membenamkan kepala di bantal, dia beneran marah apa ya telpon gue di reject? Gue lalu memutuskan buat ngirim sms, karna kalo kirim chat gue males buka sosmed, takutnya doi ngomel-ngomel di sosmed kan bikin baper.

Gue: Kamu kenapa diemin aku

Eh hapus-hapus, kesannya terlalu to the point, jatohnya gue nyari persoalan.

Gue: Kamu udah makan?

Gue kembali menghapus pertanyaan konyol gue, orang marah di tanya udah makan apa belum, mending kalo udah, kalo belum kan bahaya. Cewek marah + cewek lapar = pembunuh bayaran.

Gue: Good night.

Send.

Gue lalu melototin hape gue hampir sepuluh menitan, balasan sms dari Clarissa tak kunjung muncul juga. Gue memutuskan untuk cuci muka dan sikat gigi sebelum tidur. Kelar cuci muka, gue ngecek hape tetap nihil, dia ga bales. Mungkin dia udah tidur, besok kan sekolah. Ada baiknya gue juga tidur, besok kan ngajar anak sekolah.

Sampai gue bangun pagi ini dia masih ga bales-bales. Dengan hati yang terluka gue berangkat kerja praktek dimana gue akan bertemu dengan dia. Yaiyalah, dia sekolah disana. Yaiyalah, gue masuk kelasnya. Setelah upacara yang melelahkan, kepala sekolah rupanya lagi mood buat berorasi hari ini, gue melangkah menuju kelas XII IPA 1.

Clarissa pov
Gue sebenernya maleeeeeeeees banget turun sekolah hari ini. Mood gue masih berantakan, gue ga ngerti kenapa gue diemin Sacha karna gue kesel sama Bian or Febian or that bitch, yang pasti sejak kejadian kemaren gue memilih bungkam.

"Lo masih diem-dieman?" Tanya Nora, sahabat keriting gue.

"Tadi malem dia sms sih, cuman gue masih ga mood buat bales" Jawab gue lemah.

"Kenapa gitu? Kan yang bikin masalah Bian, lagian dia udah membantah statement Bian di depan kita, kalo dia emang ada apa-apa sama Bian pasti dia bakal kelabakan waktu Bian ngomong gitu" Tutur Nora kepada gue.

"Iya juga sih Ra, gue masih shock aja karna omongan Bian" Jawab gue jujur.

"Menurut gue lo ga harus ikutan menghukum Sacha dengan sikap lo yang kayak gini, baikan gih" Ujar Nora.

"Iya ntar deh baikan, thank Ra" Gue memeluk Nora.

"Anytime buddy" Nora balas memeluk gue.

"Good morning" Suara yang gue rindukan menyapa seantero kelas.

"Good morning miss" Jawab kami semua serempak.

Dia menatap gue sekilas lalu duduk di kursinya. Dia terdiam sejenak, terliha sedang berpikir lalu mengangkat kepalanya menatap kami.

"Siapkan alat tulis kalian, kita ulangan harian hari ini" Ujarnya datar.

"Son of a bitch" Gumam gue pelan dan tentu ga terdengar oleh Sacha.

"Gara-gara lo nih ah"  Nora menatap gue bete.

"Waktu ulangannya satu jam mata pelajaran, setelahnya kita lanjut materi" Ujar Sacha sambil membagikan kertas soal.

Kami mengerjakan soal yang diberi Sacha, agak sulit sih tapi kan dia udah jelasin dari minggu-minggu kemaren, tapi ini ulangan mendadak banget ga ada pemberitahuan pasti yang lain pada kesusahan juga. Gue menoleh ke  arah Nora, diluar dugaan gue dia mengerjakan dengan sangat lancar, cuma butuh waktu 30 menit Nora udah maju ke meja Sacha mengumpulkan kertas ulangannya dan kembali dengan senyum cemerlang ala pepsodent.

"Dapet 88 dong" Pamer Nora ketika kembali duduk.

"Eh liat dong" Bisik gue ke Nora.

"Ingat, menyontek adalah perbuatan yang tidak terpuji dan akan dikurang poinnya jika ketahuan" Kata Sacha seolah berkata secara general, tapi matanya menatap gue.

Gue kembali mengerjakan semampu gue, hasilnya gue tetep kebingungan. Setelah 45 menit Sacha memberi kode untuk mengumpulkan semua lembar jawaban.

"Sekarang kita lanjut materi kita, cermati teks di slide ini, saya beri waktu membaca 15 menit" Ujar Sacha menampilkan slide materi minggu ini lalu duduk memeriksa kertas ulangan kami.

Sambil menunggu kami selesai membaca teks yang lumayan panjang, Sacha berkeliling membagikan kertas jawaban dan dia sengaja membagikan kertas jawaban gue paling terakhir. Tebak gue dapet berapa? 50. Sial, ga bisa dibiarin nih. Gue lalu menulis beberapa kata di lembar jawaban gue I'll forgive you  lalu pergi ke meja guru dan mengangsurkan lembar jawaban gue ke Sacha dan kembali duduk di bangku gue. Dia mencermati kertas ulangan gue dan menyengitkan dahi, lalu gue lihat dia mengganti nilai ulangan gue dan menuliskan sesuatu. Sacha memberi kode kepada gue untuk mengambil kembali kertas ulangan gue, dengan deg deg an gue melihat nilai gue. Terlihat angka 50 disilang dan diganti dengan angka 69 (See me after class).

"Pelit" Dengus gue disambut senyum licik Sacha dan tatapan heran teman sekelas gue.

To be continued

Swagger TeacherWhere stories live. Discover now