46. What The Heck?!

6K 584 72
                                    

Sacha pov
Kejadian di kantin tadi pagi masih terbayang di kepala gue. Gimana gak, tau aja kan yang namanya kantin pasti ga sepi. Yah walaupun itu belum jam istrahat tetep aja ada warga sekolah yang menghiasi kantin. Pas gue keluar kantin dengan perut kenyang dan hati senang eh ada Clarissa ngehalangi jalan gue.

Gue mau berusaha mengabaikan dia karna gue masih kesel karna kejadian hari sebelumnya. Tapi, gue ga bisa berhenti menatap mata indah itu, terlebih mata itu memohon untuk gue lihat. Untuk beberapa detik gue terlena akan pesona matanya, suara seraknya yang terdengar seperti keju meleleh di kuping gue... Eh gue ga boleh lemah. Gue menatapnya dengan datar.

"Aku mau ngomong sama kamu" Katanya dengan wajah serius, bukan wajah cengok kayak biasanya.

"Congratulation, you already did" Sahut gue berusaha ga grogi, berusaha menyembunyikan perasaan gue dengan bersikap sebiasa mungkin.

"Kamu salah paham" Katanya masih dengan wajah serius yang bikin dia menggemaskan.

"I just stick to the fact kiddo" Jawab gue sambil pergi dari hadapannya, gue ga tahan deg-deg'an lebih lama terlebih kantin mulai banyak anak yang istrahat.

"Kita butuh ngomong!" Katanya dengan keras mengagetkan gue, dia memegang tangan gue dengan kuat. Kalo aja ini bukan sekolahan dan kita ga lagi marahan gue pengen joget india dengan posisi tangan di tahan gini.

"Alright alright, mau ngomong apa? Kamu jangan drama dong ini sekolah" Bisik gue sambil liat sekitar, ga enak kan diliat banyak orang tapi syukurnya ga ada yang merhatiin.

"Ntar sore aku ke rumah kamu. Kamu jangan kemana-mana. Kalo kamu menghindar besok aku bikin drama yang lebih drama dari sekarang" Ancam Clarissa.

"Ok ok, let me go now, ok?" Kata gue menarik tangan gue dari cengkramannya dan pergi.

Gue menjalani sepanjang hari ini dengan perasaan tidak tenang. Di kelas juga gue ga semangat buat ngasih materi. Fyuh padahal bentar lagi bakal diuji dosen nih.

"Kusut amat tu muka kayak kanebo kering" Tegur Revana pas gue lagi bersiap pulang.

"Semerdeka lo deh" Sahut gue dan cabut dari ruang guru.

Gue pulang dengan perasaan gontai. Gak jelas antara gelisah, risau dan gundah. Mungkin gue kesel. Mungkin gue kangen tapi kesel.

Sampe rumah gue ganti baju dan langsung nongkrong depan tipi. Setelah beberapa kali mengganti channel gue putuskan buat nonton serial detektif yang sebenernya udah berkali-kali gue tonton. Gue berbaring di sofa dan ketiduran.

TOK TOK TOK.
Suara ketukan mengangetkan gue yang lagi larut dalam mimpi gaje. Gue mimpi Shasenka jadi mutan, pas doi bersin keluar paku. Tuh kan gaje, antara Shasenka mengalami mutasi genetik atau doi kena santet ala indonesia.

Ok cukup soal mimpi. Gue beranjak dari sofa dan menuju pintu rumah. Hmm Clarissa mungkin sudah siap dengan argumennya dibalik pintu ini. Dengan sok cool gue membuka pintu.

"Bro pinjem wc gue kebelet" Seru Arvin dari balik pintu dan ngeloyor masuk ke dalam rumah gue.

Gue masih bengong ngeliatin Arvin yang berlari kecil ke wc. Gue balik ke ruang tengah dan nonton tipi lagi. Arvin keluar dari wc dengan wajah lega.

"Eh bro gue disuruh Bu Anna ngasih tau lo kalo minggu depan lo bisa keluar kota ga buat promo?" Tanya Arvin.

"Kalo hari biasa gue masih praktek ngajar Arv, gimana tuh?" Jawab gue.

"Kalo weekend gimana?" Tawar Arvin.

"Pas weekend gue ada latihan Arv, kecuali lo mau omongin ke managemen" Jawab gue ke Arvin.

Swagger TeacherWhere stories live. Discover now