33. Promise

7.7K 676 44
                                    

Sacha pov
"Nak Sacha bisa bantu saya ga" Ma'am Ida membuyarkan lamunan gue yang sedang duduk cantik di sofa ruang guru yang sedang sepi.

"Soal apa Ma'am?" Tanya gue ke Ma'am Ida.

"Jadi gini, kan sekolah kita mau ngadain lomba English Debate, terus saya ga sempet ngasih surat ke SMA 48, kamu bisa ga sampein ke sana tapi kamu hubungi dulu via telepon ngomong ke pembina English Club mereka atau ke pembinanya" Ma'am Ida memberikan perintah yang panjangnya kayak wacana soal Ujian Nasional.

"Bisa aja kok Ma'am, punya nomernya ga?" Tanya gue, karna pasti ribet nyari-nyari nomernya.

"Nah itu saya ga ada, kamu tolong sekalian cari ya" Pinta Ma'am Ida.

"Okedeh Ma'am" Sahut gue tak ingin mengecewakan guru pamong gue, takutnya aja ntar nilai gue di sunat.

"Makasih banyak loh yah sebelumnya, ini suratnya" Ma'am Ida menyerahkan surat tersebut pada gue dan berlalu.

Sekarang gue harus cari nomer SMA 48 nih. Sebenernya gue mager banget sih kudu kesana nganter, pertama jaraknya lumayan jauh, kedua kudu pake nelpon segala dulu. Ribet. Untungnya ada perabotan lenong nongol di dekat pintu ruang guru. Yup, Clarissa dan Nora berdiri dengan membawa tas, udah jam pulang ternyata.

"Ngapain pada di pinggir pintu gitu udah kayak sapu kelas" Ujar gue di sambut dengusan kesal keduanya.

"Sombong banget kalo di sekolah ga temenan sama kita" Kata Nora dengan ekspresi ngambek ala-ala abege unyu.

"Yaudah sini temenan" Sahut gue.

"Yee ini ruang guru yang ada kita di semprot kalo main-main disini" Ujar Clarissa.

"Kagak, guru pada rapat, makanya kalian pulang cepet" Kata gue meyakinkan mereka.

Mereka berdua lalu melangkah masuk ruang guru dan duduk di sofa menemani gue. Gue tersenyum manis pada mereka berdua yang memasang wajah heran ke gue. Okedeh mending langsung aja.

"Gini, aku di suruh anter surat ke SMA 48, kalian temenin aku gih, males kesana sendirian" Gue menyampaikan tujuan gue.

"Dapet apa kalo nemenin?" Tanya Nora dengan wajah licik-licik cabe keriting.

"Makan siang mau?" Tawar gue.

"Deal!" Sahut mereka berdua serempak.

"Oke yuk mumpung sekolah mereka belum bubaran" Ajak gue beranjak dari sofa dan melangkah keluar ruang guru diikuti duo rese.

"Eh pake mobil aku aja" Kata Nora ketika kami sampai parkiran.

"Lah kenapa? Jauh loh itu, tidak ramah bahan bakar deh jaraknya" Ujar gue heran.

"Aku males ninggal mobil di sini kalo sekolah sepi ntar kenapa-kenapa, kalo mobil kakak kan di parkiran guru ada satpamnya" Jelas Nora.

"Eh iya juga sih ya, tapi gimana ya" Timbang gue ragu buat ngomong ke Nora.

"Gimana apanya?" Tanya Nora.

"Aku ga bisa disetirin orang lain, pusing" Jawab gue malu-malu.

"Hahahahaha jiwa supir banget" Nora tergelak dengan puasnya.

"Yee mau gimana lagi, dari pada mabok perjalanan" Ujar gue sedih.

"Yadah nih setir, lagian aku capek nyetir jauh-jauh mau bobo aja di bangku belakang" Nora menyerahkan kunci mobilnya ke gue.

"Eh btw cariin info nomer telpon SMA 48 dong, tadi disuruh telpon dulu sebelum kesana" Gue teringat ucapan Ma'am Ida.

"Cari lewat?" Tanya Clarissa.

Swagger TeacherWhere stories live. Discover now