68. The Support

4.2K 413 84
                                    

Sacha pov
Dengan langkah pelan gue memasuki ruang makan. Gue ngintip dulu. Oh si Shasenka yang masak, bukan Clarissa. Aman nih buat di makan. Shasenka yang menyadari kehadiran gue memberi isyarat agar gue segera duduk.

"Makan dulu, ntar ada yang mau gue omongin" Ujar Shasenka sekali lagi bikin gue penasaran.

Gue duduk di ujung meja makan sementara Clarissa di bagian sebelah kanan gue. Shasenka duduk di ujung yang berseberangan dengan gue. Jangan bayangin meja makan rumah gue panjang kayak di dongeng disney. Ini meja yang cuman buat 6 orang doang kok.

Kami melahap hidangan dengan cepat. Sudah pasti gue makan dengan cepet karna penasaran sama apa yang bakal diomongin sama Shasenka. Clarissa juga ga kalah buru-burunya, mungkin dia laper abis beberes kamar. Shasenka? Entah kenapa dia sekarang makan dalam mode beast. Gue menarik piring gue mendekat ke arah gue, takut aja Shasenka loncat dari sisi seberang dan menyerang makanan gue.

"Mau ngomongin apa sih?" Tanya gue setelah kami sudah selesai dengan makanan masing-masing.

"Kita omongin di ruang tengah ya" Ajak Shasenka.

Dengan penasaran gue dan Clarissa mengikutinya ke ruang tengah. Gue duduk di sofa yang berhadapan dengan tipi ruang tengah. Shasenka duduk di sofa tunggal yang berada di sisi kiri dan Clarissa duduk lesehan. Gue dan Shasenka menatap heran ke Clarissa yang dengan polos menatap kami berdua bergantian seolah bertanya apa yang salah.

"Eh kenapa duduk di bawah Cla?" Tanya Shasenka heran.

"Iya juga yah, kenapa gue duduk di bawah" Clarissa beranjak dan duduk di sebelah gue dengan sikap awkward.

"Elaah gak apa kali Cla deket-deket duduknya, kan calon" Shasenka menunjuk gue pake dagunya.

"Sini deket-deket, kalo perlu senderan" Gue menepuk-nepuk bahu gue.

"Males, aku baru ingat ada yang pengen aku tanyain juga ke kamu" Tiba-tiba Clarissa jadi jutek dan muka Shasenka kayak nahan boker.

"Jadi apa yang mau lo omongin?" Tanya gue ke Shasenka mencoba tidak memperdulikan perubahan mood Clarissa.

"Gue pengen serius sama si Febian" Jawab Shasenka.

"Serius gimana?" Tanya gue lagi.

"Gue mau menjalin hubungan serius yang bertujuan jelas" Tegas Shasenka.

"Maksudnya nikah?" Tanya Clarissa ikutan kepo.

"Iya kalo bisa" Jawab Shasenka.

Gue terdiam beberapa saat. Shasenka menatap gue dengan wajah menyelidik. Clarissa apa lagi. Dia menyengitkan dahi atas kebungkaman gue.

"Kenapa kamu ga rela dia mau nikah sama Febian?" Tanya Clarissa.

"Bukan itu" Jawab gue.

"Terus apa?" Tanya Shasenka.

"Emang lo udah pacaran sama Febian?" Tanya gue ke Shasenka.

"Belum" Jawabnya polos tapi nyebelin kayak kapas kecantikan eceran.

"Yeee pacaran dulu kali" Celetuk Clarissa.

"Iya pacaran dulu, penjajakan dulu lah. Lo harus pastiin dulu, apakah lo bener-bener cocok hidup bareng dia? Apakah dia orang yang pengen lo liat setiap lo bangun pagi? Yang gitu-gitu lah, lo bisa cari sendiri tips-tips ginian di lain tudai, akun bijak ai ji, apapun di internet, yang pasti, lo yakin dulu" Nasehat Gue.

Shasenka menatap gue dengan tatapan khas gadis desa. Polos. Tak berdosa.

"Sebaiknya besok gue ajak dia ketemu kali yah" Ujar Shasenka.

Swagger TeacherWhere stories live. Discover now