20. Incident

10.5K 726 9
                                    

Sacha pov
Weekend again, setelah melewati hari-hari sibuk akhirnya gue bisa bersantai lagi. Tapi kayaknya harapan gue buat nyantai harus pupus setelah mendengar rengekan Shasenka.

"Jalan yuuuuuuk, gue besok udah harus balik nih, lo belum ada bawa gue hang out loh" Rengeknya di samping kuping gue yang lagi asik baring-baring manja sembari chattingan dengan Clarissa.

"Kemarin kan udah ke lapangan bola" Jawab gue cuek.

"Hang out apaan itu cuman duduk nonton lo yang ga seberapa jago meliuk-liuk sama bola" Protesnya.

"Ah lo ga pandai bersyukur ah" Ujar gue masih cuek.

"Lo mau gue aduin ke Clarissa apa gimana?" Ancam Shasenka.

"Huu kuno ah pake ngancem, gue ntar mau jalan sama Clarissa, lo mau ikut kita jadi obat nyamuk?" Tanya gue.

"Ajak Nora kek biar gue ga sendirian" Jawab Shasenka.

"Yaudah ntar gue bilang ke Clarissa buat ngajak Nora"

***

And here we are. Di sebuah Mall terbesar di kota ini, bersandar dengan cantiknya di bangku masing-masing menatap layar lebar yang masih menayangkan iklan-iklan. Kami berempat duduk di barisan kedua dari belakang. Gue menyetel sandaran kursi pada posisi setengah berbaring.

"Psst, Kak" panggil Shasenka setengah berbisik.

"Apa?" Gue menoleh padanya.

"Nyetel kursinya gimana?" Tanyanya berbisik.

"BWAHAHAHA DASAR KATRO" Tawa gue pecah tak tertahan hingga beberapa orang dalam studio menoleh ke gue, untung filmnya belum mulai.

Nora memberi isyarat kepada Shasenka untuk meraba sisi kursinya untuk menemukan tombol pengatur kursi. Shasenka merebahkan sandaran kursinya, terlalu rebah sebenarnya tapi gue rasa dia ga bakal mau repot-repot bertanya lagi gimana cara naikinnya.

Gue lalu menarik selimut dari bagian bawah kursi gue dan mulai menyelimuti diri gue sementara studio mulai gelap karna film akan segera di mulai. Kami memilih menonton film horor, as usual, karna gue emang agak doyan nonton horor. Rasanya ga seru aja kalo ke bioskop nonton film drama. Film horor soal mati lampu ini memang agak ngejutin tapi ga serem-serem amat, tapi yang bikin gue puas adalah gue tau banget Shasenka takut gelap. Kalo mati lampu tengah malem aja gue pasti dengar dia histeris dari kamarnya. Selama nonton muka Shasenka bener-bener tegang.

Akhirnya setelah hampir 2 jam filmnya kelar juga. Setelah gemes-gemes sama hantu yang doyan gelap, akhirnya kami bisa bernafas lega. Iya kan kalo pemerannya di kejar hantu kita tegang jadi ikut ngos-ngosan juga (abaikan). 

"Mau kemana nih?" Tanya gue ke Clarissa.

"Yee malah nanya, kan kakak yang ngajak, jadi aku ikut kemana kakak mau pergi deh, I go wherever you will go" Jawab Clarissa centil.

"Gaya bener lo Sa pake bahasa inggris segala, kayak ulangan lo ga remidi aja" Ujar Nora datar.

"Protes mulu lo Ra" Sungut Clarissa sebal.

"You jump, I jump" Timpal Shasenka meniru ucapan dalam Film Titanic.

"Loncat aja lo ke dalam pangkuan hantu yang tadi" Saran gue ke Shasenka.

"Ih gak ye lo aja, eh makan yuk laper" Ajak Shasenka.

"Setuju, gue juga laper nih" Ujar Nora.

"Okedeh kalo gitu, italian yuk, lagi pengen yang asem-asem" Ajak gue.

"Tuh ketek lo asem, hirup aja" Tukas Shasenka minta di tampol.

"Yaudaah, yuk Ra, Sa, kita tinggalin Shasenka, dia mau ngirup ketek aja" Kata Gue menggandeng Clarissa dan Nora.

"Aaaaah kakak tiri jahaaat" Teriak Shasenka mengejar kami.


Clarissa pov

Jadi udah diputuskan kami bakal makan italian food yang berada di lantai paling dasar Mall ini, which is cuma ada dua hal yang bisa di kunjungi di lantai paling dasar tersebut yaitu restoran italia dan restoran yang menjual pancake dan waffle. Ketika sampai di lantai paling dasar tersebut, perasaan gue gak enak dan bener aja ada Yogi dan dua orang temennya baru keluar dari restoran pancake. Sialnya dia juga melihat gue dan segera menghampiri gue. Gue mempercepat langkah gue hingga Sacha yang gue gandengan jadi bingung dengan tingkah gue.

"Kenapa menghindar terus sih Sa?" Yogi menangkap pergelangan tangan kiri gue, Sacha tetap menggenggam tangan kanan gue.

"Apa-apaan sih lo Yog, udah ditolak juga masih rese" Ujar Nora kesal namun Yogi tetap menahan tangan gue.

"Gue mau dia balik sama gue aja, boleh kan Miss?" Kali ini Yogi bicara dengan nada songong ke arah Sacha yang menatapnya dengan tatapan yang susah gue artikan.

"Kalau dia sudah menolak kamu, saya kira harusnya kamu cukup tahu diri untuk tidak datang dan memaksa seperti ini" Jawab Sacha tenang.

"Ooh yaa yaa tapi gue ga peduli pendapat lo!" Seru Yogi ke Sacha.

"Shall we?" Tanya Shasenka ke arah kakaknya.

Sacha memperhatikan sekelilingnya. Gue ga tau apa yang mereka maksudkan tapi mereka seperti merencanakan sesuatu. Sacha lalu menoleh ke arah adiknya dan mengangkat alisnya. Hal yang gue lihat selanjutnya adalah Yogi terjatuh karna dagunya terkena tendangan Shasenka. Kejadian itu begitu cepat hingga gue, Nora dan kedua teman Yogi cuma bisa bengong.

"Yog, bangun Yog" Salah satu teman Yogi berusaha menyadarkan temannya yang sedang terkapar.

"Yuk makan, katanya tadi laper" Ajak Sacha dengan riang tanpa beban.

Kami mengikuti langkahnya menuju restoran itali, dimana seharusnya kami berada daritadi. Setelah duduk dan memesan makanan gue menatap ke arah Sacha yang terlihat sangat tenang sedangkan Shasenka terus-terusan menyeringai ke arah kakaknya.

"Lo kenapa sih?" Sacha akhirnya bertanya pada Shasenka.

"Gue minta upah dong" Jawab Shasenka tanpa basa-basi.

"Yaudah mau apa?" Tanya Sacha.

"Malam ini temenin tidur yah, gue parno abis nonton yang tadi" Jawab Shasenka lugu.

"Hahaha parah lo, nendang cowok gede bisa, tidur sendiri takut" Nora tergelak.

"Idih, kalo orang mah bisa diatasi, kalo hantu mana mempan pake taekwondo" Ujar Shasenka sambil manyun.

"Males ah tidur bedua sama lo" Kata Sacha.

"Ih kamu jahat banget sama adek sendiri juga" Kata gue membela Shasenka.

"Kecuali kalian mau nemenin baru gue mau" Ujar sacha.

"Yah kalo aku ga bisa, lagi ada mama di rumah" Jawab gue.

"Lo bisa ga Ra?" Tanya Sacha pada Nora.

"Bisa aja kok, ntar gampang ijinnya" Jawab Nora.

"Nah kalo gitu sekalian besoknya temenin gue ke Balikpapan yuk nganter Shasenka ke bandara" Ajak Sacha.

"Eh jam berapaaa? Ikuuuut" Kata gue tiba-tiba pengen ikut.

"Katanya tadi lagi ada mama di rumah" Ujar Nora ngeledek.

"Iya ga bisa nginep tapi kalo besoknya di jemput ke Balikpapan bisa" Jelas gue.

"Okedeh, kalo gitu jam 9an kita jemput yah" Ujar Sacha.

"Siap bos" Jawab gue.

"Yang pasti malem ini kita pajamas partyyyy" Kata Shasenka dengan nada terlalu ceria.

"Gak ah mau langsung tidur" Kata Sacha menghancurkan statement Shasenka.

"Aaaah kakak tiri jahaaaat" Ujar Shasenka (lagi-lagi).

Dan pesanan kami yang datang pun mengakhiri pertikaian antar saudara tersebut.

To be continued

Swagger TeacherDonde viven las historias. Descúbrelo ahora