01

10.8K 786 14
                                        

Tangisannya berhenti sejenak ketika ia menyadari seseorang tengah mengusap punggungnya pelan. Seorang lelaki paruh baya dengan perawakan tinggi dengan jas dan menggunakan kacamata hitamnya. Ia tahu siapa itu, Paman Kim.

"Berdirilah!" Paman Kim mencoba membantu gadis itu untuk berdiri. Namun dirinya enggan berpindah dari posisi semulanya.

Gadis itu bernama Choi Jisoo, gadis malang berusia 17 tahun yang hidupnya kini tak jauh dari kata menyedihkan. Kemarin adalah hari bahagianya, karena ia baru saja berulang tahun yang ke 17.

Namun sekaligus hari yang menyesakkan, dihari itu juga kedua orangtua beserta kakek dan neneknya tewas. Kecelakaan mobil yang sungguh tragis dijalanan Sydney. Tentu, gadis itu kini telah menjadi seorang yatim piatu.

"Kau puas?! Kau membuat semua keluargamu mati kau puas?!" Bibinya meneriaki dirinya terus-menerus.

"Semua ini karena dirimu!" Pamannya juga terus menyalahkan dirinya.

"Hey parasit! Pergi jauh kau!" Sepupunya bahkan kini memanggilnya seorang parasit.

Ini masih dimakam, orang-orang bahkan masih berkumpul di tempat ini. Memberikan penghormatan terakhir kepada keluarganya. Semua orang memandangnya, seakan menatapnya dengan rasa benci. Seakan-akan mereka telah percaya akan ucapan keluarga pamannya.

Jisoo hanya bisa menangis sambil menggenggam tanah basah didepannya. Kenapa hari ini begitu gelap? Kenapa Tuhan tidak membawanya juga?

Bahkan didahi gadis itu masih terlihat perban putih yang menutupi lukanya. Sambil bersimpuh diantara kedua gundukan tanah basah yang membuat bajunya kotor. Sesekali ia juga menatap kedua gundukan tanah basah dibelakangnya. Makam kakek dan neneknya.

Luka didahinya pasti akan cepat kering dan menghilang bekasnya. Namun luka dihatinya tidak akan mudah hilang walaupun dengan seiring berjalannya waktu.

Mana bisa ia melupakan kisah tragis ini, ayah dan ibunya meninggal secara mengenaskan didepan matanya. Tidak ketinggalan kakek dan neneknya yang juga sama-sama merenggang nyawa. Ia menyaksikan setiap detik perpisahan mereka. Hal yang sangat dirinya sesali ialah, jika dirinya tidak mengajak orangtua beserta kakek dan neneknya merayakan ulangtahun. Maka semua ini tidak akan pernah terjadi.

Pandangannya masih kosong, apa yang sedang ia pikirkan? Apakah ia memikirkan kehidupan yang selanjutnya? Apakah dia menyesal karena tidak ikut mati saja bersama ayah dan ibunya? benar, dirinya berpikir kenapa Tuhan tidak mengambilnya saja dan membiarkan orangtua beserta kakek dan neneknya yang hidup. Untuk apa dirinya hidup jika hanya sendirian saja?

"Aku mohon berdirilah." Paman Kim mengulangi ucapannya tadi. Kini Jisoo menurut.

"Semua akan aku urus, saat kau besar nanti. Aku akan menjamin semuanya akan kembali padamu. Yang harus kau lakukan sekarang adalah ikut aku dan belajar."

Jisoo menatap Paman Kim dengan tatapan sendunya. Namun apa yang bisa ia perbuat saat ini? Tidak ada. Kecuali ia menuruti apa kata Paman Kim. Siapa Paman Kim sebenarnya? Bahkan mereka tidak memiliki hubungan darah apapun. Dia hanyalah satu-satunya orang yang peduli padanya. Sahabat masa kecil ayahnya dan ibunya dulu.

Bahkan paman kandungannya mencampakkan dirinya. Menuduhnya bersalah dalam kecelakaan ini. Karena dirinyalah yang memaksa kedua orangtuanya beserta kakek dan neneknya untuk pergi, hanya untuk merayakan ulangtahunnya. Namun naas, pesta ulangtahunnya kini tergantikan oleh pesta pemakaman.

Dirinya pun diusir dari rumah besar keluarga Choi. Alasannya karena rumah ini akan dijual dan hasilnya akan dibagi rata. Bahkan semua saham kakek dan neneknya. Jisoo yang manja dan tidak pernah mengenal bisnis tidak mengerti apapun. Namun Tuhan mengirimkan seseorang seperti malaikat padanya, Paman Kim.

Memang, ia baru mengenal paman Kim belum lama ini. Ketika ayah mengenalkan paman Kim saat pesta ulangtahun perusahaan Choi di Sydney beberapa bulan yang lalu. Itu pun mereka tidak mengobrol banyak. Hanya sedikit bercanda dan mengobrol ringan.

Choi Jisoo merupakan anak satu-satunya, dia tidak memiliki saudara. Kecuali saudara dari pamannya itu, adik dari ayahnya. Namun mereka tidak pernah akur. Dan keluarga dari ibunya, bahkan Jisoo tidak pernah mengenal kakek dan nenek dari keluarga ibu. Ibunya dulu seorang gadis kecil yang sama malangnya seperti dirinya kini, seorang anak yatim piatu.

Kini semuanya telah lenyap, ia akan pergi ke Seoul dan membangun kehidupan barunya. Sendiri? Benar hanya sendiri. Ia akan menghapus segala kesedihan dan penyesalannya. Ia akan meninggalkan tempat ini, jauh dari ayah, ibu, kakek dan neneknya. Meninggalkan Australia.

TBC...

S O R R Y 🔹 khb • kjsWhere stories live. Discover now