Seoul
Mobil itu kini telah berhenti tepat di sebuah rumah yang tidak terlalu besar namun terkesan mewah. Nampak tanaman hijau menghiasi taman didepan rumah itu. Air mancur juga tidak absen dari tengah taman, ditengahnya terdapat patung Angel.
"Kediaman Kim."
Begitulah tulisan besar yang tertempel di dinding dekat gerbang. Yang Choi Jisoo tahu, Paman Kim adalah seorang pengacara yang cukup sukses di Korea Selatan. Ia juga mempunyai bisnis kuliner yang telah mempunyai beberapa cabang.
Setelah turun dari mobil, Paman Kim meminta sopir membawakan koper Jisoo, dan Jisoo diperbolehkan untuk masuk. Rumah Paman Kim memang cukup besar. Namun kenapa sepi sekali?
"Jisoo, biar bibi Hae Ra yang mengantarmu. Dia adalah kepala pelayan disini, dia telah bekerja selama 20 tahun lebih di rumah ini."
Paman Kim mengenalkan Jisoo pada bibi Hae Ra. Perempuan berusia kurang lebih 50 tahunan, kemudian bibi Hae Ra mengangguk dan segera meminta Jisoo untuk mengikutinya.
"Tuan mengatakan jika nona bebas mendesain kamar ini."
Bibi Hae Ra lembut sekali dalam berbicara. Jisoo jadi teringat pada neneknya yang cara bicaranya mirip sekali dengan bibi Hae Ra. Jisoo pun dengan tersenyum dan mengangguk menjawab ucapan bibi Hae Ra.
"Kalo begitu, nona beristirahatlah, bibi akan pergi sekarang." Ucap bibi Hae Ra yang akan meninggalkan kamar Jisoo.
"Ah maaf bibi tunggu sebentar, kenapa rumah ini sangat sepi ya?" Jisoo menghentikan langkah bibi Hae Ra. Ia berbicara lirih agar jika pertanyaannya ini salah tidak didengar oleh orang lain.
Bibi Hae Ra pun mulai mendekat lagi pada Jisoo. "Tuan Kim mempunyai dua putra. Yang pertama tuan muda Kim Jiwon yang lebih suka di panggil Bobby, karena itu adalah nama panggilannya sewaktu bersekolah di London. Saat ini dirinya sedang berada di kampus. Dan yang kedua ialah tuan muda Kim Hanbin, sedang ada di sekolah. Jika mereka sudah pulang, pasti rumah ini akan ramai." Bibi Hae Ra sedikit terkikik mengatakan itu. Membuat Choi Jisoo bertanya-tanya.
Namun sebelum Jisoo banyak bertanya lagi. Bibi Hae Ra sudah benar-benar keluar dari kamarnya. Gadis itu baru ingat, jika ia akan tinggal bersama pria-pria, kecuali bibi Hae Ra. Bayangkan saja, saat tadi Jisoo memasuki rumah ini, ia seperti tidak melihat pelayan perempuan lagi kecuali bibi Hae Ra. Atau mungkin memang hanya bibi Hae Ra lah satu-satunya pelayan dirumah ini.
Jisoo mulai berpikir lagi, apa dia akan aman tinggal disini? Apa dia akan baik-baik saja atau sebaliknya? Oh ayolah Choi Jisoo. Hal yang paling Jisoo ingat adalah kata-kata tuan Kim kemarin, dia harus percaya dan tugasnya hanyalah belajar hingga lulus. Lalu semuanya akan kembali seperti apa yang seharusnya ia miliki.
***
"Bibi Hae Ra!" Panggil Bobby dengan suara lantang. Ia mencari bibi Hae Ra sambil bolak balik kesana-kemari.
Akhirnya ia menemukan bibi Hae Ra yang sedang memasak makan malam di dapur.
"Bibi apa melihat sandalku? Sandal rumah. Berwarna kuning. Sandal kesukaanku dan khusus untukku bibi." Tanya Bobby menggebu karena kehilangan sandal kesukaannya."Yang bergambar Winnie The Pooh?" Jelas bibi Hae Ra yang sudah jelas mengetahui sandal kesukaan pria yang sudah ia anggap seperti putranya sendiri. Karena memang bibi Hae Ra lah yang mengurus Bobby bahkan sejak ia dilahirkan.
Ibu Bobby atau nyonya Kim telah meninggal 15 tahun yang lalu. Ia depresi karena tuan Kim berselingkuh dengan seorang model terkenal bernama Jang Hana. Gadis asal Seoul namun berkewarganegaraan Kanada. Perselingkuhan itu membuat Jang Hana melahirkan seorang pria tampan bernama Kim Hanbin.

YOU ARE READING
S O R R Y 🔹 khb • kjs
Fanfiction"Bagaimana jika malam ini kau tidur denganku? Aku juga akan memberikan semua yang kau mau seperti ayahku memberikannya untukmu." -Hanbin