Melelahkan jika mereka tidak beristirahat sejenak sebelum melanjutkan kegiatan berbelanja yang sempat tertunda.
Rose sangat baik dan halus, Jisoo juga sebaliknya. Itu sebabnya mereka langsung bisa akrab dan nyaman satu sama lain.
"Jisoo kau sangat suka ayam ya?" Tanya Rose.
Jisoo mengangguk malu karena porsi makannya. Ia hanya memesan sekotak ayam berisi 6 potong ayam saja tanpa nasi dengan segelas besar orange juice.
Jika dibandingkan menu makanan yang dipesan Rose dengan Jisoo itu sangat berbanding terbalik. Rose seseorang yang vegetarian. Sedangkan Jisoo tak memikirkan tubuhnya yang tetap pada ukurannya walaupun ia terus memakan makanan yang berlemak.
"Jika sehari saja tidak makan ayam rasanya ada yang kurang Rose" Kekeh Jisoo sambil terus menyantap ayam gorengnya.
"Jika aku makan itu aku akan sangat cepat gendut dan tidak ada lagi yang mengontrak ku." Rose sedih karena ia tidak bisa bebas memakan makanan seperti Jisoo.
"Apa itu merupakan cita-cita mu? Menjadi seorang model?" Tanya Jisoo yang sangat penasaran.
Rose mengangguk semangat jika ia ditanya tentang profesinya saat ini. Karena itu merupakan pencapaian yang perlu ia banggakan. Tidak mudah untuk menjadi seperti sekarang.
"Sejak kecil cita-cita ku memang menjadi artis. Lalu ibu mendaftarkan ku ke sebuah agensi yang cukup besar. Aku diterima hanya karena wajahku dan tubuhku yang proporsional, semenjak itu aku mengira bahwa aku memang tidak punya bakat. Namun aku terus berusaha dan didebutkan sebagai model. Banyak hal berat yang aku lalui Jisoo ah." Kenang Rose dijaman masa sulitnya dulu.
Jisoo berdesir ketika mendengar cerita Rose akan perjuangannya. Ia jadi ingat ayah dan ibu. Lalu teringat juga perjuangannya sekarang, Jisoo ingin cepat lulus SMA dan kembali ke Sydney. Mengambil semua yang seharusnya menjadi miliknya.
"Dan kau Jisoo, sebenarnya apa hubunganmu dengan keluarga Kim?" Rose menyadarkan Jisoo dari lamunannya.
"Sebenarnya tidak ada hubungan darah apapun. Ayah Hanbin adalah sahabat ayahku. Sekitar 4 bulan yang lalu terjadi kecelakaan di Sydney yang menewaskan ayah, ibu, kakek dan nenekku. Paman Kim lalu membawaku ikut bersamanya ke Seoul."
Bukan sekedar hanya rasa simpati bagi Rose. Ia seperti bisa merasakan apa yang Jisoo rasakan. Karena ayah Rose juga telah meninggal satu tahun yang lalu akibat kecelakaan mobil juga.
"Maaf Jisoo telah membuka lukamu kembali." Rose meraih tangan Jisoo kemudian menggenggamnya. Ia jadi merasa tidak enak menanyakan hal yang sensitif seperti itu.
"Tidak apa-apa Rose, kita kan teman sekarang. Aku tidak keberatan menceritakannya kepadamu." Malahan Jisoo sangat senang bisa berbagi kisahnya pada seseorang yang ia sebut sebagai teman itu.
"Ayahku sudah meninggal satu tahun yang lalu karena kecelakaan juga. Saat kau menceritakan itu, aku sangat tau persis bagaimana rasanya."
"Kau sekarang sudah mempunyai June juga yang sangat mencintaimu. Dan aku punya Paman Kim yang menyayangi ku layaknya putrinya sendiri. Sepertinya memang sudah digariskan semua ini terjadi pada kita."
Rose tersenyum dan mengangguk menyetujui ucapan Jisoo. Lalu mereka berpelukan sebentar menyatukan perasaan yang sama-sama mereka rasakan.
"Lalu kau dan Hanbin? Apa kalian bisa saling jatuh cinta nanti?"
Jisoo langsung melepaskan pelukan Rose. Menatap Rose dan memicingkan matanya sebal ketika nama Hanbin disebut.
"Waeyo?" Tanya Rose lagi yang mulai terkekeh ketika melihat reaksi Jisoo.

YOU ARE READING
S O R R Y 🔹 khb • kjs
Fanfiction"Bagaimana jika malam ini kau tidur denganku? Aku juga akan memberikan semua yang kau mau seperti ayahku memberikannya untukmu." -Hanbin