Semua mata dikelas 11-A pagi ini menatap tajam kearah Jisoo yang tengah melangkah menuju bangkunya dipojok belakang. Sambil berbisik-bisik yang mana Jisoo sudah pasti dapat mendengarnya.
Bagaimana bisa seseorang yang terbully di sekolah bisa berteman dengan seseorang yang tenar disekolah?
Bell pertanda masuk pun menyelamatkan Jisoo pagi ini. Karena tidak lama setelah itu wali kelas mereka, guru Shimano masuk kedalam kelas.
"Selamat pagi!" Ucapnya ceria karena memang begitulah sifat yang dimiliki guru asal Jepang itu.
"Selamat pagi shensei!" Serempak semuanya menjawab.
Guru Shimano menurunkan buku-buku yang sedari tadi ia tenteng ditangan. Kemudian menarik secarik kertas yang diselipkan disalah satu bukunya.
"Kita akan mengacak tempat duduk kalian!"
Terdengar sorakan riuh para murid yang mana mereka tidak terima mau dipindah tempat duduknya. Mereka sudah SMA namun kenapa tempat duduk saja harus ditentukan oleh guru, seperti anak SD saja.
Jisoo pun demikian, ia menggerutu dalam hatinya. Dia sudah nyaman duduk sendirian di pojok belakang. Jika tempat duduknya diatur ulang itu tandanya dia akan memiliki teman sebangku. Namun mengingat dia tidak mempunyai teman dikelas, dirinya semakin takut jika teman satu bangkunya nanti akan menolaknya.
"Tidak ada penolakan! Itu salah kalian sendiri, aku selalu mendapatkan laporan jika biang rusuh sekolah ini terdapat dikelas 11-A!"
Guru Shimano menjeda kalimatnya sambil melirik sebentar kelompok K4 yang duduk bergerombol dipojok kanan.
"Tidak masalah shensei jika teman semejaku lebih cantik dari Jinan!" Seketika semuanya tertawa mendengar celotehan June.
Jinan, teman semeja June mendengus kesal. "Musnah kau Jun!"
"Baiklah semuanya diam! Cepat ambil undian di depan! Siapa yang mendapat nomor sama itu tandanya mereka satu bangku!"
Dimulai dari siswa paling depan, dengan tertib mereka mengambil satu-satu sebuah kertas yang dilipat kecil. Sambil berharap cemas kini giliran Jisoo, ia membuka kertas itu dan mendapatkan nomor 5. Itu tandanya Jisoo masih tetap duduk dibangkunya. Jisoo bernafas lega.
Dengan senang hati ia kembali menempati bangkunya. Dibangku paling belakang pojok kiri. Kemudian datang June yang duduk dibangku depan Jisoo.
June tersenyum sok keren. "Hay Jisoo." Sapa lelaki itu. Jisoo membalasnya dengan senyuman tipis, sedikit lega karena bukan June yang duduk disebelahnya.
Kemudian datang Jinan yang membuat jantung Jisoo berdetak hebat. Ia berdoa semoga bukan Jinan juga yang menjadi teman sebangkunya.
"Aku tetangga bangkumu Jisoo ah." Ucap Jinan seraya menempati kursi disebelah bangku Jisoo. Dengan senyuman manis yang membuat matanya bersembunyi.
Jisoo pun membalas senyuman Jinan, senyuman tipis namun tanda kelegaan juga. Kemudian Donghyuk menempati bangkunya didepan Jinan. Jisoo lega karena sepertinya ia akan duduk sendirian lagi. Mengingat semuanya telah berpindah tempat.
Namun kelegaannya hanya dirasakan beberapa detik. Ketika seseorang melempar tas kebangku Jisoo. Siapa lagi jika bukan Kim Hanbin. Itu tandanya ia akan satu bangku dengan Hanbin. Jisoo rasa hari-harinya dikelas akan semakin buruk.
Kim Hanbin belum menempati bangkunya saja semua mata sudah tertuju pada Jisoo. Apalagi jika Hanbin sudah duduk disebelahnya.
"Kim Hanbin duduklah!"

YOU ARE READING
S O R R Y 🔹 khb • kjs
Fanfiction"Bagaimana jika malam ini kau tidur denganku? Aku juga akan memberikan semua yang kau mau seperti ayahku memberikannya untukmu." -Hanbin