ENDING🍁

5.8K 469 37
                                        

"Aku akan keluar sebentar mencari angin" pamit Hanbin karena dia sudah tidak bisa lagi mencari topik pembicaraan dengan Taeyong.

Lagipula kini otaknya juga sudah terasa tumpul.

Hanbin tak peduli jika Taeyong mengecapnya sebagai lelaki brengsek dan penakut.

Dan benar saja, setelah Hanbin pergi Bobby dan June datang menghampiri Taeyong. Mereka tertawa bersama karena sukses membuat Hanbin malu.

"Kau tidak malu mempunyai adik sepertinya?" Tanya Taeyong sambil menahan tawanya.

Bobby menggelengkan kepalanya tak percaya. "Benar-benar sangat memalukan jika kau ingin tahu"

"Aku saja sebagai seorang teman ingin membuangnya ke Antartika" tambah June yang memang sudah gemas dengan Hanbin.

Tapi mereka puas, dengan ini Hanbin bisa berpikiran jernih kembali. Mengesampingkan egonya yang tinggi itu.

***


Hanbin hanya butuh waktu untuk berpikir sebentar lalu menemui gadis itu.

Berakhirlah Hanbin disini, dipinggir kolam renang yang tentu saja sepi dimalam hari.

Rokok membuatnya rileks, dengan kasar Hanbin mengeluarkan asap rokok lewat hidung dan mulutnya. Sesekali dia mengacak-acak rambutnya yang telah ia sisir rapi dan sekarang menjadi berantakan.

Bahkan jas yang semula ia kancingkan kini sudah terlepas semua kancingnya. Dasi nya juga telah ia longgarkan karena bagaimanapun dia merasa tercekik di area lehernya.

"Kau membunuh dirimu secara perlahan"

Suara lembut itu refleks membuat Hanbin berbalik.

Ada dorongan dalam hatinya untuk memeluk dan mencium gadis itu sesegera mungkin.

Namun rasa malu itu seketika menyeruak kembali dan mengugurkan dorongan itu.

Hanbin kembali berbalik lagi, menatap kolam renang dedepannya. Rasanya dia ingin terjun saja ke kolam dan menenggelamkan dirinya disana.

Sepertinya mati lebih baik.

Hanbin terlalu gengsi untuk mengatakan bahwa dia sangat merindukan gadis yang masih menjabat sebagai kekasihnya itu.

Hanbin terlalu gengsi untuk meminta maaf pada gadis itu.

Namun jangan lupakan jika Hanbin juga mempunyai perasaan marah pada gadis itu. Jika teringat dia meninggalkannya waktu itu. Hanbin benar-benar ingin menelannya.

Suara sepatu itu mendekat. Perlahan tangan mungil itu meraih bahu Hanbin dan menyentuhnya lembut.

Hanbin merindukan sentuhan itu, walaupun tak ia rasakan secara langsung.

"Maaf"

Hanbin melemparkan rokoknya yang masih menyala itu ke kolam renang. Hingga membuat rokok itu otomatis mati dan hancur ditelan air.

Dia sudah tidak bisa lagi menahannya.

Tangan kokohnya kemudian menarik pinggang ramping dan tengkuk gadis itu bersamaan.

Bibirnya meraup bibir mungil gadis itu. Menciumnya dengan lembut dan intens. Bahkan Hanbin bisa merasakan lipstick gadis itu telah berpindah ke bibirnya juga.

Hanbin merasakan kelegaan saat dia merasakan kedua tangan mungil itu melingkar di pinggangnya.

Jisoo membalas ciumannya. Dia berjinjit walaupun sudah memakai sepatu berhak tinggi.

Bibir gadis itu masih sama, dingin dan manis. Hanbin benar-benar menginginkannya lebih.

Pinggang kecil itu terus Hanbin peluk dengan erat. Kepalanya berputar kekanan dan kekiri. Jisoo telah pandai melakukannya sekarang.

Dan ciuman itu terlepas ketika keduanya merasakan nafas mereka mulai sesak.

Jisoo rasa hidupnya telah kembali, dia bahagia ketika Hanbin masih mengingat hal ini.

Hal yang Jisoo benci namun juga sangat dia sukai. Mengatakan hal maaf namun mendapatkan sebuah ciuman sebagai hukumannya.

Mereka saling melempar senyuman, senyuman yang sudah tak mereka lihat empat tahun ini.

"Apakah aku juga harus mengatakan maaf?"

Jisoo menggeleng, kedua tangan kekar itu berpindah pada kedua pipi Jisoo. Mengusapnya pelan ketika air mata Jisoo sampai disana.

"Aku sudah tidak sanggup lagi" jawab Jisoo dengan kekehannya.

Hanbin kembali memeluk Jisoo, memeluknya dengan erat sambil mengusap rambut gadis itu.

"Pukul aku jika kau merasa aku bodoh" lirih Hanbin. Kedua matanya menatap mata Jisoo tepat di kedua bola matanya, tak lama setelah itu Hanbin merengkuhnya kembali.

Bugh!

Jisoo memukul punggung Hanbin kencang. Berharap itu dapat membuat rasa sakit disana. Itu adalah pelajaran.

"Pukul aku jika kau sangat kesal padaku" gumam Hanbin lagi.

Bugh!

Jisoo memukul punggung Hanbin lagi dengan lebih kencang.

"Pukul lagi jika aku membuatmu sedih"

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bahkan beberapa kali Jisoo memukul ditempat yang sama membuat Hanbin merasakan punggungnya memanas.

Namun ia tak juga melepaskan pelukannya pada Jisoo, malah ia semakin erat memeluknya.

"Itu untuk air mataku, untuk kekecewaan ku, untuk marahku, untuk 4 tahun menunggumu dasar Kim Hanbin bodoh!"

Hanbin melepaskan pelukannya dengan tangannya yang masih melingkar pada pinggang Jisoo.

Dia sedikit tertawa menyadari air mata Jisoo yang sudah membasahi pipinya.

Jisoo masih seperti dulu, hobi menangis.

Namun Hanbin juga sedikit meringis tatkala merasakan punggungnya memanas akibat pukulan bertubi-tubi dari Jisoo.

Tangannya yang kecil ternyata mampu membuat punggungnya sakit juga.

"Lalu mana untuk rasa rinduku selama 4 tahun?"

Jisoo berjinjit dan kembali mencium bibir Hanbin.

END...

Gemes yekan 😂 tunggu epilog nya 😘

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Gemes yekan 😂 tunggu epilog nya 😘

Nana juga mau berterimakasih yang udah setia nge vote komen ff ini. Ambil sisi baiknya dan buang sisi buruknya yekan? Ff ini cuman buat hiburan aja, baca pas waktu luang ya 😘

Jangan lupa juga vote komen buat ff Nana selanjutnya 😘

S O R R Y 🔹 khb • kjsWhere stories live. Discover now