12

5.1K 594 31
                                        

Seperti biasanya, keluarga Kim melakukan sarapan dalam diam. Sebelum sang ayah marah jika ada yang berani membuka mulutnya. Dan Hanbin sudah menutup mulutnya rapat-rapat. Ancaman selalu datang pada dirinya setiap kali ia membuat masalah.

Hanbin yang selalu menunjukkan sikap keras kepalanya kini kian meluluh. Entah karena apa itu.

Mungkin semenjak kejadian semalam yang berhasil mengganggu tidurnya, Hanbin selalu memikirkan gadis yang saat ini sedang duduk disampingnya sambil sarapan itu.

Tentang ucapannya yang tidak akan memberikan permintaan maaf ketika dirinya memintanya. Apa itu? Hanbin frustasi dan meletakkan sumpitnya kembali. Disamping bibirnya yang juga sakit karena gigitan Jisoo semalam, ia juga tidak selera makan. Kenapa juga dia harus memikirkannya? Bukankah dia sangat yakin jika Jisoo bersalah?

"Ayah aku berangkat, aku akan mengantarkan Jisoo kesekolah. Karena Hanbin harus menjemput teman-temannya dulu."

Bobby mulai menyampirkan tas pada bahunya sambil berpamitan pada ayahnya. Tentang mengatakan Hanbin yang akan menjemput teman-temannya itu adalah sebuah karangannya saja. Karena Bobby memang sudah mengetahui jika Jisoo selalu diturunkan di halte. Itu sebabnya Bobby mengantarkan Jisoo kesekolah. Bobby menyunggingkan senyuman pada Hanbin, adiknya itu malah membuang muka sebal.

"Aku juga berangkat ayah." Giliran Hanbin yang berpamitan lalu melenggang begitu saja.

"Jisoo, aku tunggu diluar." Jisoo mengangguk singkat mendengar perintah Bobby. Ia lega karena Bobby telah menyelematkan dirinya, ia tidak perlu menahan amarah karena harus berangkat bersama Hanbin. Sungguh, dia masih takut pada Hanbin.

Dengan begitu Jisoo segera menyantap sarapannya dan menyelesaikannya secepat mungkin.

"Paman, aku berangkat dulu."

"Ya, hati-hati Jisoo."

Jisoo mengangguk dan tersenyum membalas ucapan paman Kim.

"Kenapa masih disini? Sana berangkat!"

Usir Bobby pada adiknya yang masih juga berdiri sambil bersandar di mobil hitamnya.

"Aku akan tetap berangkat bersamanya." Balas Hanbin tanpa sedikitpun menoleh pada kakaknya.

Jika ditelisik wajah Bobby kini mulai memerah karena geram pada adiknya.

"Kau hanya akan menurunkannya dihalte. Bahkan saat pulang sekolah kau juga tidak membawanya pulang bersamamu. Lagipula beberapa hari ini aku juga yang mengantarnya dan menjemputnya. "

"Bukan urusanmu Hyung, itu terserah aku mau menurunkannya dimana pun." Kim Hanbin masih tidak mau mengalah.

"Jangan seperti anak kecil begitu, kau ini lelaki seharusnya bisa melindungi perempuan." Bobby kini mulai bertambah emosi pada adiknya. Kenapa juga Hanbin harus membawa Jisoo padahal dia akan menurunkannya di halte.

"Jangan ceramah di pagi hari Hyung, merusak suasana saja." Hanbin melirik jam tangannya sejenak, lalu menatap Bobby yang masih komat-kamit tidak jelas.

Terlihat Jisoo sedang menutup pintu dan siap untuk keluar. Namun perhatian Bobby kini bukan pada Jisoo, melainkan pada adiknya.

Bobby mulai berpikir ada yang aneh pada adiknya. Sore kemarin ia tidak melihat ada luka dibibir Hanbin. Namun kenapa sekarang bibir Hanbin terluka? Apa dia jatuh terjerembab hingga membuat bibirnya tergores ? mengenai meja? Kursi? Aaahhh Hanbin tidak seceroboh itu. Gumam Bobby dalam hati.

Lamunannya itu pun merugikan dirinya. Ketika ia sudah melihat Jisoo diseret oleh Hanbin masuk kedalam mobilnya.

"Yaaak!!! Oppa tolong aku!"

S O R R Y 🔹 khb • kjsWhere stories live. Discover now