Berulang kali Jisoo memandang pantulan dirinya didepan cermin. Seragamnya terlihat sudah melekat di tubuhnya. Lengkap dengan dasi biru gelap juga ranselnya. Terakhir ia tinggal memakai sepatu lalu turun kebawah untuk sarapan bersama. Ia kira penampilan nya sudah rapi, mengingat ini adalah hari pertamanya untuk ke sekolah barunya.
Suara mangkuk yang beradu dengan sumpit pagi ini terdengar jelas dimeja makan keluarga Kim.
"Makan ini!" Bobby memberikan kacang polong pada mangkuk Hanbin.
"Bob! Aku sudah bilang tidak menyukainya!" Teriak Hanbin geram.
"Jangan berteriak saat dimeja makan." Sela tuan Kim tanpa menatap dengan suara dingin.
Lalu mereka kembali terdiam dan melanjutkan sarapan pagi. Ketika Jisoo telah datang lengkap dengan seragam sekolah dan atributnya.
"Selamat pagi, Maaf terlambat." Jisoo membungkuk karena merasa bersalah.
"Tidak masalah Jisoo, duduklah dan makan." Perintah tuan Kim sambil tersenyum.
"Menggelikan." Batin Hanbin semakin kesal, bahkan ayahnya jarang tersenyum padanya. Namun saat bersama gadis itu, entah kenapa ayahnya selalu tersenyum.
Jisoo lalu menarik kursi disebelah Hanbin. Hanbin yang menyadari itu segera berdiri. Perasaannya semakin sangat kesal ketika menyadari seragam mereka yang sama.
"Aku berangkat duluan." Ucap Hanbin akan pergi.
"Jisoo akan ikut denganmu." Ucapan sang ayah menghentikan langkah Hanbin.
"Aku tidak mau." Elak Hanbin tanpa menoleh.
"Aku bisa mengantarnya ayah." Tawar Bobby karena memang dirinya tidak merasa keberatan. Jika Jisoo bersama Hanbin itu malah akan membuat suasana menjadi runyam.
"Tetapi kampusmu dan sekolah Jisoo tidak searah. Kau yang akan terlambat nanti." Bobby mengangguk kecewa sambil membenarkan ucapan ayahnya.
"Kau benar tidak mau menurut pada ayah, Hanbin?" Tuan Kim memberi sebuah peringatan bahkan terdengar seperti ancaman.
"Cepat! Aku tidak mau menunggu lama." Ucap Hanbin lalu ia keluar dari rumah.
Yang ia pikirkan ketika mendengar ancaman dari ayahnya itu ketika semuanya akan di blok. Uang jajan, bahkan sampai mobil disita jika dirinya tidak menuruti itu. Bukannya tanpa uang Hanbin tidak dapat hidup, melainkan tanpa uang Hanbin tidak bisa berbuat onar.
Bobby tersenyum pada Jisoo agar Jisoo segera cepat. Jisoo mengangguk dan hanya minum susu saja. Kemudian ia berpamitan pada Paman Kim dan juga Bobby.
"Nona Jisoo tunggu sebentar!" Bibi Hae Ra sedikit berlari ke arah Jisoo yang sudah akan memasuki mobil Hanbin.
"Kau belum sarapan, bawalah ini untuk makan nanti." Ternyata bibi Hae Ra membawakan bekal untuk dirinya. Bibi Hae Ra lalu membisikkan sesuatu ditelinga Jisoo. Yang Jisoo jawab dengan senyuman dan anggukan mengerti.
"Membuang-buang waktu!" Teriak Hanbin didalam mobil.
Jisoo pun tersenyum pada bibi Hae Ra dan segera masuk kedalam mobil Hanbin. Sebenarnya ia sangat gugup duduk berdua bersama Hanbin didalam mobil. Hanbin terlalu dingin padanya. Jisoo juga tau diri jika Hanbin sama sekali tak suka padanya. Apalagi setelah mendengar Hanbin mengira bahwa dirinya adalah selingkuhan sang ayah. Itu benar-benar membuat hati Jisoo merasa sakit.
Tidak ada obrolan yang keluar dari mulut mereka masing-masing. Hanbin hanya menyalakan MP3 di mobilnya dengan suara keras. Bukankah itu sangat berbahaya? Ataukah Hanbin memang tidak mau jika sampai mereka mengobrol?

YOU ARE READING
S O R R Y 🔹 khb • kjs
Fanfiction"Bagaimana jika malam ini kau tidur denganku? Aku juga akan memberikan semua yang kau mau seperti ayahku memberikannya untukmu." -Hanbin