19. Sorrow will be ended

2.1K 298 26
                                    


Kata 'sakit' tidak cukup untuk menggambarkan apa yang hati Nara rasakan saat ini.

Yang ia tidak tahu, bukan hanya ia yang merasakan perasaan itu.

Bukan hanya hatinya, hampir genap sepekan kepala Yoongi tidak berhenti berdenyut. Bagaimana tidak, jika ia sudah seperti pecandu yang membutuhkan 'barang' nya yang dalam situasi ini adalah Nara.

Yoongi butuh Nara.

Dalam hati ia melompat kegirangan saat Nara menemuinya tempo hari. Sekuat tenaga ia menahan diri agar tidak merengkuh tubuh mungil gadis itu ke dalam pelukannya,

untuk menyesap sebanyak mungkin harum tubuhnya,

untuk menghilangkan sesak didadanya,

juga untuk meredakan rasa sakit yang menghujam kepalanya.

Dengan berat hati ia melepaskan tangannya dari milik Nara dan segera ia sematkan di dalam kantung celananya, sebelum tangan itu ingin menjamah lebih lama kulit lembut Nara.

Dan mata itu.. Mata yang tidak akan lelah ia pandangi, matanya yang mampu menghipnotisnya, kini menampakkan rasa sakit, sedih, sendu membuat Yoongi tidak berani menatapnya karena ia tahu, ia lah alasan dibalik semua rasa itu.

Bahkan saat itu Yoongi menguatkan dirinya untuk mengatakan apa yang harus ia katakan, berusaha setenang mungkin meski hatinya seperti teriris.

Yoongi pun tidak bisa konsentrasi pada apa pun yang ia lakukan belakangan ini. Bahkan buku catatannya masih kosong padahal Mrs. Goo sudah dua kali menghapus rumus-rumus kimia serta penjabarannya yang ia tuliskan di papan tulis.

'Semuanya akan dimulai malam ini.. Dan 3 hari.. Hanya 3 hari lagi Yoongi.. Bertahanlah..,' bisik Yoongi mencoba menguatkan hatinya sendiri.


*****


Nara mencuci tangannya di wastafel saat tiga siswa masuk ke dalam toilet. Tubuhnya sedikit gemetar begitu menyadari ketiga orang itu adalah teman sekelasnya. Mereka juga lah oknum dibalik momen terkuncinya Nara di loteng sekolah dan hampir mati membeku dihari ke-2 ia masuk sekolah. Walaupun berkat kejadian itu, ia dan Yoongi menjadi dekat.

Yoongi.. Nama itu tidak pernah sedikitpun pergi dari tempurung kepala Nara..

Nara memiliki feeling yang tidak enak akan kehadiran Han Jinri Cs. Sialnya, saat ini masih jam pembelajaran, dimana jarang ada siswa yang akan pergi ke toilet, tidak seperti pada jam istirahat.

"Hello there..," wanita cantik dengan rambut wavy-brown itu mendekat, sedang dua temannya berdiri didepan stall toilet.

Nara segera mematikan keran dan mencoba pergi dari hadapan mereka, namun bukan Jinri namanya jika membiarkan mangsanya pergi begitu saja.

"Sudah kuduga kalau kau itu hanyalah good-for-nothing-slut," kedua teman Jinri menahan lengan Nara agar tidak dapat bergerak, tertawa setan saat mendengar kalimat Jinri yang tidak lucu.

"Aku sempat heran dengan mudahnya kau bisa dekat dengan Min Yoongi... Tapi sepertinya... matanya mulai terbuka," tangan Jinri mengelus rambut Nara lembut, membuat Nara bergidik jijik.

"Kulihat beberapa hari ini, ia mulai menjauh darimu. Waee?? Apakah ia mulai melihat betapa buruknya dirimu atauu.... Sepertinya ia sudah bosan dengan mainannya," Nara tidak ingin percaya pada kalimat yang Jinri ucapkan tapi ia tidak bisa memungkiri bahwa bisa saja yang penyihir itu katakan adalah benar.

Fikiran Nara terhenti saat tangan Jinri tiba-tiba menjambak rambutnya membuat rasa sakit yang teramat sangat pada kulit kepalanya.

"Jika aku mainannya, lalu kau apa?? Berada di jarak dekat denganmu saja Yoongi tak sudi apalagi untuk bermain denganmu," Nara tersenyum miring.

Sesungguhnya ia sendiri bingung, kekuatan dari mana yang membuatnya berani melawan orang di hadapannya. Dan seperti menyiram bensin kedalam api, wajah Jinri memerah, jari-jarinya semakin kuat mencengkeram rambut Nara dan menariknya kearah salah satu stall toilet, menarik kepala Nara mendekati lubang kloset. Sekuat tenaga Nara mencoba melawan, tetapi apa daya, tubuh kecilnya tidak mampu melawan kekuatan 2 orang teman Jinri yang memegangi lengannya dan ikut mendorong tubuhnya. Ia ingin berteriak saat air di ceruk kloset bertemu langsung dengan kulit wajahnya. Segera ia pejamkan mata, menutup mulut rapat-rapat dan menahan nafas agar air penuh kuman itu tidak masuk kedalam tubuhnya.

Nara mulai panik. Bayang-bayang orang yang dulu mencoba menyakitinya berputar-putar dikepalanya. Suara-suara orang yang tertawa melihat penderitaannya seolah sebuah pertunjukan komedi, mulai memekakkan telinganya.

Tanpa sadar suara hati Nara memanggil satu nama.

Nama yang sudah sangat ia hafal, yang selalu muncul pertama kali disetiap ia membuka mata di pagi hari dan sebelum terlelap di malam hari.

Dan seperti sebuah telepati yang tersampaikan, pemilik nama tersebut merasakan sesuatu didadanya, segera bangkit dari tempat duduknya dan beranjak mengikuti suara hatinya menuntun.

...bersambung...

AN: Double update because i feel bad for always making my readers wait for so long

Baru sadar kalo judul chapter sebelumnya sama ini bisa nyambung jd 1 kalimat.. Hoho.. Ga sengaja padahal..

Your Scent | MYG | R 17+Where stories live. Discover now