35. ❄ Snow ❄

2.1K 371 125
                                    

A/N: Haiiiii... Para Readers favorit aku... Yang udah nemenin aku dari awal maupun yang masih baru. Terima kasih banget banget atas cinta dan kepedulian kalian yang udah nemenin aku diwaktu suka dan duka. Yang udah ngedukung dan ngertiin aku.

Meski aku baru2 aja jadi drama queen yg sensi ama komenan etc.. Kalian sadar atau ga, aku udah ambil waktu hiatus selama aku g update2 ini. Memperbaiki mood juga kesehatan karena slama aku hiatus niatnya santai2 eh kok malah sakit (ga ada yang nanya).

And mulai hari ini aku balik lagi. Berusaha nulis stiap kali ada waktu yang In Syaa Allah, diusahakan update ketiga ff ku tiap minggu. Syukur2 kalo bisa double ato triple update.

Alah kebanyakan cincong aku nya.. Langsung aja.. Selamat membaca chapter yg paling maksa ini.


🐺🐺🐺🐺


Tahukah kalian rasanya ketika tanpa peringatan dan secara tiba-tiba dada mu terasa sesak tanpa sebab, namun detik berikutnya kau segera tahu bahwa ada sesuatu yang salah meskipun belum yakin apa yang terjadi?


Begitulah tepatnya yang dirasakan Nara ketika tiba-tiba nafasnya terasa tercekat di tenggorokan dan fikirannya tertuju pada Satu nama.


"Eonni.. Sepertinya kita harus segera pulang," suara Nara terdengar seperti sebuah bisikan berlapis kecemasan, membuat Chaerin tak mengambil waktu lama untuk mencerna bahwa ada sesuatu yang tidak beres.


Dan tanpa banyak berkata-kata -karena dua insan tersebut segera sibuk menghandle pikiran masing-masing- Chaerin dan Nara melangkah cepat setengah berlari masuk ke gedung apartemen tempat mereka tinggal.


🐺🐺🐺🐺


Nara POV


Jika sebelumnya nafasku terasa tercekat sehingga pasokan oksigen terasa sulit masuk kedalam rongga dadaku, kali ini aku tidak yakin apa yang sedang kurasakan.


Jika kalian bisa, tolong bantu aku mendefinisikan apa yang kira-kira aku rasakan saat melihat ranjang yang menjadi tempat dimana aku memborgol tangan Yoongi beberapa jam lalu, kini... kosong.


Hanya menyisakan rantai borgol yang sudah rusak dan seprai kasur yang kusut dan tertarik lepas dari sudut-sudutnya.


Chaerin Eonni secara frantik berlari kesana-kemari. Mencoba mencari keberadaan adiknya yang mungkin saja -dan semoga saja- bersembunyi disalah satu sudut apartemen mereka.


"Nara..," suara Chaeri Eonni menarikku dari kekacauan dikepalaku.


"Kita harus menemukan Yoongi sebelum....," Chaeri Eonni tidak menyelesaikan kalimatnya, seakan tidak ingin satu dari banyak imajinasi yang terbesit dikepalanya akan menjadi nyata jika ia menyuarakannya.


Aku hanya mampu mengangguk cepat.


Ya, kami memang harus menemukan Yoongi dengan segera.


Jantungku serasa ingin melompat dari rongga dada disaat otakku memproduksi imajinasi liar tentang apa yang bisa terjadi jika Yoongi terlalu lama berada diluar sana.


Aku berusaha menghentikannya, namun gambaran skenario yang tidak-tidak tetap berputar dibenakku.


Bagaimana jika Yoongi menemukan seorang gadis lewat didekatnya dan...


Dan.. Melakukan.. Itu...??


Kugeleng-gelengkan kepalaku untuk menghilangkan pikiran buruk tersebut yang sayangnya justru berlanjut.


Dan bagaimana jika wanita yang ia temui adalah... mate-nya??


Hei, bukankah itu bagus?


Untuk Yoongi? Iya,


Tapi untuk pihak wanita nya? Tentu tidak baik.


Meskipun seandainya mereka adalah jodoh bagi satu sama lain, bukankah itu salah untuk melakukan suatu "intercourse" dipertemuan pertama.


Ouh jangan sok innocent Nar, kau pasti tidak asing dengan kalimat 'one night stand'. People nowadays memiliki tendensi untuk tidur bersama seseorang yang baru saja mereka temui dalam hitungan beberapa jam atau bahkan menit saja, bahkan dengan atau tanpa perasaan.


Bodohnya, bukan bergidik ngeri membayangkan keadaan yang bisa saja terjadi pada si gadis malang jika diserang oleh Yoongi, aku justru merasakan dadaku sesak membayangkan Yoongi bersama dengan gadis lain.


Terlebih lagi jika seandainya ia bertemu dengan Mate-nya.


Otakku pasti sudah rusak.


Sudah sangat rusak sehingga aku tidak menyadari bahwa kakiku sudah berlari keluar apartemen mengikuti wanita didepanku.


Namun wajahku menabrak punggung Chaeri Eonni disaat ia secara mendadak menghentikan langkahnya.


Ku perhatikan ia yang tiba-tiba memejamkan matanya sambil mengendus-endus udara disekitarnya. Aku mencoba menarik nafas dalam dan mencari aroma yang mungkin sedang dirasakan indra penciuman kakak perempuan Yoongi, tapi aku tidak mencium apa-apa.


"Nara.. Buka pintu apartemenmu," perintah Chaeri Eonni membuatku baru menyadari bahwa kami berhenti didepan pintu kamarku.


"Ada ap...," aku menghentikan sendiri pertanyaanku saat bisa menduga alasan Eonni menyuruhku membuka pintu kamarku. Apa mungkin Yoongi....?


Tanpa berfikir panjang, segera ku masukkan 6 digit password pada tombol-tombol yang terdapat pada pintu kamarku dan membiarkan Chaeri Eonni segera menerobos masuk begitu pintu terbuka.


Setelah kembali mengendus sesuatu, ia segera berlari menuju kearah kamar tidurku membuatku segera menyusulnya.


Dan duniaku seakan berhenti berputar.


Dugaanku salah.


Tidak ada Yoongi didalam kamarku.

























































Melainkan makhluk dengan empat kaki dan sebuah ekor.


Bulu tebal nan halus yang seputih bongkahan salju.


Dan mata abu-abu kebiruan yang sudah sangat ku kenal menatap lurus ke manik mataku.

...bersambung...

Your Scent | MYG | R 17+Where stories live. Discover now