24.💧 Fall.. Fall.. Fall...💧

2.2K 295 21
                                    


Nara POV

Tetesan air jatuh dari langit.

Satu tetes.

Dua tetes.

Hingga ribuan atau bahkan jutaan tetes, tidak terhitung lagi.

Aku berhenti sejenak dari pelarianku. Membiarkan air hujan membersihkan tubuhku yang kurasa nista ini.

Kuusap secara kasar rambut serta wajahku, tak peduli dengan orang yang menatapku aneh.

Lagipula mereka tak benar-benar punya banyak waktu untuk memperhatikanku, karena mereka sibuk berlari mencari tempat berlindung.

Hujan..

'Tahukah kau? bahwa saat hujan, kau bisa menangis sepuasmu karna orang tidak bisa membedakan apakah itu air mata atau air hujan yang membasahi wajahmu.'

Itu yang kukatakan pada Yoongi, suatu hari, saat kami dalam perjalanan menuju apartemen sepulang sekolah.

Hari itu hujan tiba-tiba turun. Yoongi menarikku untuk mencari tempat berteduh namun aku justru menahannya.

Aku tertawa sambil berkata, 'ayo kita bermain hujan'.

Ia tidak suka dingin, tapi saat itu Yoongi tidak menolak. Ia ikut tertawa saat aku melompat diatas genangan air yang kotor dan membuat airnya mencuat ke segala arah.

Aku menendangkannya juga kearahnya. Ia menatapku tajam membuatku sedikit takut. Namun sedetik kemudian ia tersenyum licik dan membalasku. Aku ingin membalasnya lagi tetapi ia berlari, dan aku mengejarnya.

Aku mengejar Yoongi namun bukan aku yang menangkapnya melainkan ia yang memutar tubuhnya dan menangkapku, mengangkat tubuhku dan memutarnya.

Aku suka hujan Yoongi.

Tapi hujan mengingatkanku padamu.

Sakit.

Entah karena ribuan tetes air menyerang tubuhku secara bersamaan atau karena teringat kenangan manis tentangmu.

Aku suka hujan.

Dulu.

Namun kini aku memutuskan lari dari hujan.

Ya, aku selalu lari dari segala hal. Aku memang pengecut.

Kulihat sebuah cafe yang memiliki kanopi kecil dengan lampu kuning yang terlihat temaram.

Aku tidak sadar bahwa hari sudah mulai hampir gelap.

Seberapa lama aku berlari?

Aku berlindung dibawah kanopi cafe tersebut.

Menunggu hujan reda.

Lalu apa?

Apa yang akan kulakukan setelah hujan reda?

Berlari lagi mungkin.

Racauan dalam batinku seketika berhenti dikala sebuah tubuh secara cepat menabrakku.

Tidak..

Lebih tepatnya memelukku.

"Syukurlah kau tidak apa-apa," pelukan itu erat dan hangat. Suara itu serak namun hangat.

Aku mencoba meloloskan diri dari dekapan yang sebenarnya sangat kunikmati ini, namun sang pemilik tangan justru menguatkan lengannya yang melingkar di tubuhku.

"Maaf.. Maafkan aku Nara," kalimatnya menggetarkan hatiku. Ini pertama kalinya ada orang yang meminta maaf padaku.

Tetapi bagaimana jika ia melakukannya lagi?

Memintaku pergi disaat satu-satunya hal yang kuinginkan adalah berada disisinya.

Menghancurkan harapanku padahal ia yang menanam benihnya.

Kini ia yang melonggarkan pelukannya, memberi jarak diantara kami agar dapat melihat langsung ke manik mataku.

"Maafkan aku Nar.. A-Aku...," ia menggantung kalimatnya. Rasa frustasi, itu yang kulihat dimanik matanya.

"Shit..!," rutuknya pelan, saat ia tidak bisa memvokalisasikan apa yang ada dibenaknya. Ia membalikkan tubuh dan menjambak rambutnya.

Aku..

Masih merasa sakit, dan mungkin merasa marah padanya. Namun melihatnya seperti ini, aku seperti merasakan bahwa ia mengalami rasa sakit yang sama.

Atau bahkan lebih..

Karena secepat kedipan mata tubuh Yoongi ambruk ke tanah.


...Bersambung...

I used to love rain because the rain reminded me of you, but i hate rain because the rain will remind me of you
- curcolan author

Your Scent | MYG | R 17+Where stories live. Discover now