21

258K 5.5K 87
                                    


Jazmine mendorong tubuh dengan sedikit keras, Jazmine mencoba menghapus jejak ciuman Leon menggunakan tangannya. Dia mengusap-usapkan tangannya pada bibir, pipi dan lehernya.

"Kau pikir kau siapa?" Suara Jazmine terdengar membentak ke arah Leon.

"Kau tidak bisa melakukan semua ini padaku." Sambil terus mengusapkan tangannya pada bagian tubuh yang di sentuh oleh Leon, air matanya pun tidak bisa di tahan lagi.

Jazmine merasa benar-benar jijik pada dirinya sendiri, dia sudah ternodai, dirinya sudah kotor, dan semua itu karena Leon.

"Hiks..hiks.. aku tidak bisa terus seperti ini, hiks.. seperti hidup dalam saat-saat menegangkan, hiks.. setiap detiknya aku merasa takut.. ak..aku takut Leon, aku takut akan hal-hal buruk yang akan menghampiriku nanti, hiks..hiks.. dan aku tidak akan pernah siap untuk itu." Akhirnya Jazmine dapat mengungkapkan isi hatinya pada Leon, meskipun tidak semuanya.

Leon yang melihat wanitanya menangis, hatinya terasa sesak, suaranya terasa tercekat, seolah dia tidak tega melihat wanitanya serapuh ini.

"Oh, tidak sayang jangan menangis, ku mohon jangan menangis." Leon memeluk Jazmine, menenggelamkan kepala Jazmine pada dada bidangnya. Mempererat pelukannya pada pinggang Jazmine.

"A..aku hiks.. takut, aku takut jika kau akan meninggalkanku setelah apa yang kau perbuat Leon, hiks.." Jazmine terisak dalam dekapan Leon.

Hati Leon sedikit menghangat meskipun saat ini hatinya di dominasi kekhawatiran pada Jazmine. Hatinya menghangat, ternyata gadisnya takut jika dia akan meninggalkannya.

"Oh sayangku, wanitaku, cintaku, kenapa kau masih meragukan cintaku? Apa selama ini belum cukup untuk kau memahami betapa aku mencintai dirimu Jaz? Aku tidak akan pernah meninggalkanmu sayang, karena bagiku hidup tanpa dirimu seperti di neraka bagiku."

"Dan bagaiman jika aku pergi meninggalkanmu?"

Pertanyaan Jazmine membuat Leon tubuh Leon menegang, tetapi kemudian rileks kembali.
Leon mengusap kepala Jazmine dan mengecup beberapa kali puncak kepalanya dengan lembut.

"Aku tidak akan pernah membiarkan hal itu terjadi, dan jika itu terjadi, aku akan menemukan mu, dimanapun kau berada, karena kau hanya milikku." Leon berbisik di telinga Jazmine, dan mengatakan dengan penuh penekanan di setiap katanya.

Mendengar itu, tiba-tiba hati Jazmine pun menghangat dan menjadi tenang, Jazmine pun semakin menenggelamkan kepalanya pada dada bidang Leon, memejamkan matanya sesaat menikmati kenyamanan yang di berikan oleh Leon.

"Apa kau sudah datang bulan?"

Mata Jazmine terbuka seketika, mendengar Leon yang tiba-tiba menanyakan tamu bulanannya.

"Belum, biasanya pada akhir bulan, dan sekarang baru awal bulan. Memang kenapa?"
Jazmine menatap heran pada Leon.

"Tidak papa, aku hanya ingin tahu." Leon tersenyum misterius.

Jazmine yang masih terheran pun akhirnya tidak mau terlalu memikirkan.

-------
Leon masuk ke dalam kamarnya, dan dia melihat Liora sedang membaca majalah fashion nya lagi.

Leon tidak mempedulikannya, langsung saja dia mengambil laptop nya yang berada di ataa tempat tidur.

"Kau mau kemana hont?" Tanya Liora mengalihkan pandangannya pada Leon.

"Ke ruang kerjaku. Banyak pekerjaan yang belum di selesaikan."

"Baiklah jangan terlalu malam ya."

"Hmm."

Liora tersenyum masam, ketika Leon sudah menutup pintu dan keluar. Dia putuskan untuk membaca majalah fashion nya lagi.

------

Leon membuka pintu kamar Jazmine, dia putuskan untuk menyelesaikan pekerjaannya di kamar kekasihnya itu.

Jazmine yang sedang menonton tv sambil berbaring di kasurnya pun, kaget melihat Leon datang lagi ke kamarnya dan kini dengan membawa laptop.

"Ada apa lagi Leon?."

Leon mulai menaiki kasur, bergabung bersama Jazmine, Leon membuka laptop nya dan dia mulai memakai kaca matanya.
Dia terlihat sangat dewasa jika sedang seperti itu. Batin Jazmine.

"Aku akan menyelesaikan pekerjaanku darl." ucap Leon yang mulai fokus pada laptop nya.

"Di kamarku?"

"Hmm."

"Tap.."

"Aku sudah bicara pada Liora bahwa aku akan menyelesaikan pekerjaanku di ruang kerja." Leon memotong perkataan Jazmine dengan santai.

Kau berbohong lagi. Jazmine menatap sendu pada Leon.

"Baiklah." Jazmine pun melanjutkan menonton tv lagi.
Di tengah kesibukkan mereka berdua, terdengar suara nada dering ponsel. Dan ternyata ada panggilan masuk dari ponsel Jazmine yang berada di atas nakas.

Jazmine segera mengambil ponselnya dan melihat nama panggilan di ponselnya.

Ternyata itu adalah panggilan masuk dari Aland, teman kuliahnya.

"Hallo Al.."

"Hi, Jaz apa aku mengganggu?"

"Tidak, ada apa?"

"Sebenarnya aku hanya ingin bertanya, apa kau ada jadwal kuliah besok?"

"Pagi-pagi aku berangkat."

"Oh benarkah? Aku juga berangkat pagi, bagaimana kalau aku menjemputmu?"

"Bo..,"

Leon merampas ponsel Jazmine, dalam keadaan dia masih berbicara dengan Aland.

"Hallo..,"

"Hallo Jazmine? Kau masih ada disana?"

"Hallo..?"

Leon langsung mematikan panggilannya. Dan menatap marah pada Jazmine.

"Siapa Aland?" Tanya Leon dengan suara bariton nya, dengan nada marah.

"Mmh..,"

"Jawab!" Leon menutup laptopnya dan menaruh kasar disisi kasur.

Jazmine menunduk, dia merasakan hawa yang sangat menakutkan jika Leon marah.

"Jawab atau ku banting ponselmu!" Ancam Leon, wajahnya kini sudah merah padam karena amarah.

"Dia... teman kuliahku." Ucap Jazmine dengan suara yang sangat rendah, tapi masih bisa di dengar oleh Leon.

"Benarkah? Apa kau sering menerima telepon dari lelaki lain?"

"Tidak, Leon."

"Bagus."

Lalu Jazmine melihat Leon tengah mengutak-atik ponselnya, setelah itu Leon menyerahkan lagi padanya.

"Aku sudah menghapus semua kontak lelaki di ponselmu, kecuali nomor ponselku." Ucap Leon santai, lalu dia kembali melanjutkan pekerjaannya lagi.

"Kau! MENYEBALKAAANN!"

Bersambung...








Affair With Brother in-law Where stories live. Discover now