57

131K 5K 248
                                    

1 minggu setelah kejadian..

7.30 pm

aktifitas di penthouse malam itu masih tetap sama, para pelayan dan penjaga sibuk lalu lalang kesana kemari untuk menyelesaikan tugasnya. Dan kini adalah waktunya untuk makan malam.

"Marry, tolong antarkan makanan ini ke kamarnya ya." ucap Liora. tentu saja Marry tahu siapa yang di maksud oleh Liora. "baik nyonya, saya akan segera mengantarkannya." Marry segera mengantarkan nampan berisi sarapan menuju salah satu kamar yang berada di lantai dua.

Tok..Tok..Tok

"permisi  nona saya mengantarkan sarapan untuk anda." Marry segera masuk ke dalam kamar.

"Nona Jazmine ini makan malamnya, seharian ini anda tidak menyentuh makanan sama sekali, makanlah nona. Dan juga ini obatnya, jangan lupa untuk meminum obatnya nona, karena sejak tadi pagi juga anda belum meminum obat sama sekali, itu tidak baik untuk kesehatan anda nona." Marry meletakkan nampan berisi makanan dan obat di atas nakas. Marry menatap iba pada wanita di depannya. pandangannya selalu kosong dan seolah tidak semangat hidup.

Marry pun pergi dari kamar Jazmine untuk menyelesaikan tugasnya yang lain. Franklin? tentu saja Franklin sudah tahu tentang semua kejadian ini, karena Marry yang memberitahunya. Respon Franklin setelah mengetahui kejadian itu? biasa-biasa saja, meskipun ada sedikit raut sedih di matanya, catat! hanya sedikit. Karena dia tahu akan ada balasan yang setimpal atas apa yang telah di perbuat oleh Leon, anak tunggalnya itu.

-------------------------------------------

Terdengar suara mobil dari luar penthouse, ahh.. itu pasti Leon. Benar saja, kini Leon sudah keluar dari mobilnya sambil menengteng tas kerjanya. Dilonggarkannya dasi yang serasa mencekiknya itu, lalu Leon melangkahkan kakinya masuk ke dalam penthouse, di setiap langkahnya para pelayan dan penjaga menunduk hormat padanya.

Saat Leon sudah sampai di dalam Penthouse, dia menyerahkan tas kerjanya pada salah seorang pelayan.

"Jazmine dimana?" tanya Leon pada pelayan itu sambil membuka jas kerja dan lengan kemejanya. "nona Jazmine ada di kamarnya tuan, sejak tadi pagi nona tidak mau makan dan meminum obatnya tuan." jawab pelayan itu, Leon mengangguk dan langsung melangkahkan kakinya menuju kamar Jazmine.

Leon sudah berada di depan kamar Jazmine, tanpa mengetuk pintunya Leon segera membuka pintu itu perlahan. Lalu Leon melihat Jazmine yang tengah duduk di atas kasur dengan posisi membelakanginya, lalu mata leon melihat ada nampan berisi makanan dan obat-obatan di atas nakas yang belum tersentuh sama sekali.

Hati Leon sakit saat harus terus melihat Jazmine-nya seperti ini, Jazmine yang terlihat murung, sedih, kebingungan dan tidak ada semangat hidup sama sekali.

Leon masih berdiri di ambang pintu, dan ingatannya mulai melayang mengingat perkataan Dokter Ramosh saat di ruangannya satu minggu yang lalu.

Flashback on

saat ini Leon dan dokter ramosh sudah berada di dalam ruangannya. Dengan terburu-buru Leon duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan dokter Ramosh.

"Paman...Paman tolong jelaskan padaku bagaimana kondisi Jazmine saat ini." Leon terlihat panik dan tidak sabar untuk menunggu penjelasan dari dokter Ramosh.

"sebenarnya aku tidak tahu harus mengatakan ini darimana."

"Katakan saja paman! aku ingin mendengarnya!"

"awalnya paman juga terkejut mengetahui bahwa pasien yang paman tangani adalah Jazmine, dan yang paling membuat paman terkejut adalah.....Jazmine tengah mengandung."

Affair With Brother in-law Where stories live. Discover now