44

163K 4.8K 188
                                    

Jazmine sudah ada di kampusnya sejak 30 menit yang lalu, tentunya dengan di antar Leon. Dan kini dia sedang duduk sendiri di bangku kantin, tangan Jazmine terus mengaduk-aduk sedotan dari minuman yang baru di pesannya. Raganya memang ada disini, tetapi hati dan pikirannya ada di tempat lain. Matanya juga terus memandang kosong ke depan.

Sedari tadi rentetan pertanyaan dan hujatan serta umpatan, terngiang-ngiang di kepala Jazmine, hingga membuat kepalanya hampir pecah.

Dia sungguh sangat menyesal pada Liora, dan sedari tadi juga Jazmine merutuki kebodohannya dalam diam, segala makian dan umpatan, Jazmine lontarkan pada dirinya sendiri.

Sekarang dia merasa bodoh, bahkan sangat bodoh. Dia merasa dirinya sudah hina dan kotor.
Dia merasa berdosa pada kakaknya sendiri, berdosa pada tuhan, dan berdosa pada mendiang kedua orangtuanya.

'Adik macam apa aku ini?'

'Kenapa bisa-bisanya aku terjerat dengan kakak iparku sendiri..'

'Aku kotor'

'Aku hina'

'Aku berdosa'

'Aku sudah menghianati saudara kandungju sendiri'

'Tapi, ini semua juga bukan kemauan ku'

'Kak Liora maafkan aku'

'Ayah..ibu.. tolong maafkan putrimu yang penuh dengan dosa ini, maafkan aku yang tak bisa menjalankan nasehat terakhir dari kalian berdua, tentang aku dan kak Liora, untuk selalu saling menyayangi dan mengasihi.'

'Tuhan.. tolong ampuni aku yang hina dan penuh dengan dosa ini'

'Aku memang adik yang tidak berguna! Bisa-bisanya aku menghianati kakak kandungku sendiri.'

Itulah sederet makian dan umpatan yang terus bergema di dalam pikiran Jazmine.

Sampai ada sepasang tangan yang menepuk sedikit keras pundaknya, atau lebih tepatnya mengejutkannya dari belakang.

"Dorr! Hayoo.. kamu sedang melamun apa sampai tidak sadar sekitar seperti itu?" Dan ternyata itu adalah sahabatnya, Victoria.
"Huh.. Vic, kau membuatku terkejut." Sedangkan Victoria hanya menyengir seolah tidak bersalah.
"Hehe, habisnya pagi-pagi seperti ini kau sudah melamun, nanti kalau ada setan lewat gimana?" Tanpa permisi Victoria langsung mengambil gelas yang berisi minuman itu dan meminumnya.

"Ishh! Kau ini." Jazmine menatap sebal pada sahabatnya. "Dari pada tidak kau minum, lebih baik aku yang minum." Ucap Victoria, lalu dia meminum minuman yang di pesan Jazmine tadi.

"Tapi itukan minumanku, Vic!"

"Jangan marah seperti itu, kau kan bisa pesan lagi."

"Tidak mau, aku malas memesannya lagi."

"Ck, kau ini kenapa si Jazzy? Kau sedang ada masalah ya? Ayolah cerita padaku, tak biasanya kau tidak mood dan narah-marah seperti ini."

"Mmh.. tidak, aku tidak papa."
Sebenarnya Jazmine sungguh sangat ingin mengatakan apa yang sebenarnya tengah menimpanya, tetapi bibirnya seolah menolak untuk berucap, Jazmine takut kalau dia sudah menceritakan semua masalahnya pada Victoria, apalagi Aland, mereka jadi tidak mau bersahabat lagi dengannya. Dan Jazmine tidak sanggup hatus di jauhi lagi oleh orang-orang yang di sayangnya.

Victoria menghela napas pelan, dia mengerti Jazmine tidak ingin menceritakan masalahnya sekarang, mungkin nanti sahabatnya itu akan segera menceritakan masalahnya.

"Hmm..baiklah aku mengerti, kau mungkin butuh waktu untuk bercerita, Jaz aku akan selalu ada jika kau membutuhkanku."

"Terimakasih Vic, kau memang sahabat terbaikku." Jazmine pun memeluk Victoria, dan senang hati Victoria membalas pelukan sahabatnya yang sudah ia anggap sebagai saudara itu.

Affair With Brother in-law Where stories live. Discover now