26

223K 5.1K 59
                                    

Jazmine duduk di kursi meja makan sambil menopang kedua pipinya dengan tangan. Dia hanya memperhatikan Liora di balik pintu penghubung meja makan dan dapur, Liora sedang membantu para maid mencuci piring.

Sedangkan Leon sudah berangkat kerja 1 jam yang lalu, Jazmine tidak masuk kuliah dengan alasan hari ini dia libur. Padahal itu hanya akal-akalannya saja supaya terhindar dari pertanyaan Leon. Sebelum Leon berangkat tadi, dia sempat menanyakan bahwa kenapa Jazmine tidak berangkat kuliah, dan Jazmine pun menjawab dengan berbohong.

Rencananya hari ini dia akan mencari apartemen untuk dia tempati. Tentunya tanpa sepengetahuan Leon dan Liora.

Setelah Liora selesai dengan aktivitasnya, dia pun menghampiri Jazmine. "Kau masih ingin pindah tinggal di apartemen?" Tanya Liora.

"Bukan bermaksud membuatmu kecewa, tetapi aku sidah bicara dengan Leon malam tadi, dan hasilnya dia tidak mengizinkanmu, bukankah Leon sudah memberitahumu bahwa dia tidak setuju dengan keputusanmu?"

"Mmhh..iya."

"Kau tahu kan Jaz, kau ini adikku satu-satunya, aku tidak ingin terjadi apapun padamu. Saat ini kau adalah tanggung jawabku dan Leon."

"Mm..oke, lagian aku bisa menunda keinginanku untuk tinggal di apartemen." Ucap Jazmine diiringi senyumnya.

"Hm..dasar kau ini."

------------

Leon POV

"Argghh!" Aku mengacak kesal rambutku. Sedari tadi pikiranku hanya terfokus pada satu orang wanita.

Ku sandarkan punggungku di kursi kebesaranku ini, menghela nafas berat. Ku pejamkan mataku sesaat untuk mengurangi pusing di kepalaku ini.

Bagaimana caranya agar Jazmine tidak pergi dari sisiku, segala cara sudah aku lakukan, memberikan perhatian lebih, mencintai dan menyayanginya, bahkan mencoba membuatnya hamil.

Bahkan aku mulai heran sekarang, padahal aku sudah melakukan hubungan intim sudah lama dengannya, tapi kenapa belum ada hasilnya juga. Apa aku melakukan cara yang salah saat melakukan hubungan itu dengannya, atau aku kurang maksimal dalma melakukannya.
Tetapi saat melakukan 'itu' aku selalu melakukan dengan maksimal dan penuh semangat, bahkan aku membuat Jazmine mendesah selama 'permainan' kami berlangsung.

Kesehatan ku pun stabil dan aku sangat sehat, bahkan dokter bilang aku sangat sehat dan kemungkinan besar aku bisa cepat membuat Jazmine hamil.

Aku menghela napas berat sekali lagi, ku longgarkan dasi yang terasa mencekik itu.

Tok..tok..tok..

"Masuk" ucapku tegas.

Dan munculah seorang perempuan muda di balik pintu itu.
Dan itu adalah Amanda, sekretaris baru ku, dia sangat menghormatiku dan sangat profesional dalam kerjanya.

"Maaf mengganggu sir,"

"Iya, cepatlah beritahu aku ada masalah apa Am?"

"Saya hanya ingin menyampaikan bahwa siang nanti anda apa ada rapat bersama Mr. Braxton."

"Hm.. baiklah kau boleh kembali bekerja, aku sedang ingin sendiri saat ini, dan jangan biarkan siapapun masuk ke ruanganku, aku sedang tidak ingin di ganggu."

"Baiklah sir, saya kembali bekerja dulu."

Setelah Amanda pergi aku pun bergegas ke ruang kamar tidur yang ada di dalam ruanganku ini.
Mungkin tidur sebentar bisa sedikit meringankan pikiranku.

-----------

Jazmine pun sedang ada di salah satu gedung apartemen yang sangat mewah di kota New York ini, Braxton Apartment.
Rencananya dia akan membeli salah satu apartemen yang ada di sini.

Saat dia akan masuk le dalam gedung, tiba-tiba nada dering ponselnya berbunyi.

Aland Calling

Panggilan masuk dari Aland, segera saja dia mengangkatnya.

"Hallo Aland, ada apa?"

"Kau ini kemana Jazzy? Kenapa kamu tidak masuk kuliah?"

"Mmh..aku sedang ada urusan sedikit."

"Urusan apa?"

"Kau tidak perlu tahu, ini hanya urusan kecil."

"Huhh, kau tidak tahu betapa khawatirnya aku dan Victoria saat kau tidak masuk kuliah, kau tahu Vic sudah berpikiran macam-macam tentangmu, dari pada aku mendengarkan ocehannya lebih baik aku meneleponmu dan memastikan kabarmu."

"Hmm.. kau tidak perlu khawatir Aland, aku baik-baik saja."

"Kalau begitu sudah dulu ya, aku sudah lega sekarang, dan sebentar lagi aku memulai mata pelajaran yang ke dua. Sampai jumpa."

"Sampai jumpa"

Sambungan pun terputus, Jazmine hanya terkekeh geli, mendengar teman-temannya mengkhawatirkannya, langsung saja Jazmine melanjutkan langkahnya untuk memasuki gedung apartemen yang sempat terhenti tadi.

-----------

Kini Jazmine sudah memegang kunci apartemennya, dia membeli apartemen itu dengan uang tabungannya yang lumayan banyak.

Kini dia tengah berjalan menuju kamarnya yang ada di lantai 20 nomor 2102. Karena sedari tadi Jazmine memainkan ponselnya dan tidak memperhatikan jalan, dia pun bertabrakan dengan seorang pria.

Tubuh Jazmine hampir jatuh, tapi kemudian ada sepasang tangan yang  menahan tubuhnya agar tidak mencium lantai putih yang dingin itu.

Jazmime mendongak dan terlihatlah wajah tampan dari pria yang tadi bertabrakan dengannya, alis tebal, mata berwarna abu-abu yang sangat tajam, hidung mancung, dan jangan lupakan bibir penuhnya itu.

Lalu Jazmine pun membenarkan posisinya menjadi saling berhadapan dengan pria itu. "Kau tidak apa-apa nona?" Tanya pria itu.

"Ah aku tidak papa."

"Maaf, tadi aku buru-buru, aku harus menghadiri meeting saat  ini dan aku sudah terlambat."

"mhh.. ini kesalahanku juga tuan, aku tidak memperhatikan jalanku tadi."

"Kalau begitu, kau tidak papa kan? Aku harus segera berangkat untuk menghadiri meeting saat ini."

"I..iya tuan aku tidak papa."

"Kalau begitu aku permisi dulu."

Dan pria itu pun pergi meninggalkannya, siapa dia? Batin Jazmine.

Akhirnya Jazmine pun tidak peduli dan melanjutkan langkahnya lagi menuju apartemennya.

--------

Cklekk..

Sampailah kini dia di dalam apartemennya, memang tidak terlalu besar dan sederhana, tetapi sangat nyaman di tempati. Di apartemennya hanya ada 1 kamar tidur, kamar mandi, satu set kitchen, dan ruang tengah yang sudah ada meja dan sofa. Belum ada banyak barang-barang, karena Jazmine belum memindahkan semua barangnya kesini, dia akan mencari waktu yang tepat untuk pindah ke apartemennya ini.

Jazmine mulai menelusuri setiap ruang di dalam apartemennya, hingga waktu pun sudah semakin sore, akhirnya dia putiskan untuk segera pulang, karena dia tadi meminta izin kepada Liora dengan alasan akan menjenguk teman yang sakit.

Bersambung...

Maaf banget kalau next nya lama, karena di part sebelumnya author udah kasih tahu alasannya kenapa author gak bisa next cerita ini cepet-cepet😩 i'm sorry maafkanlah diriku ini😇

See you next part😊


Affair With Brother in-law Where stories live. Discover now