45

157K 4.6K 224
                                    

Leon sedikit kasar menyandarkan Jazmine ke mobilnya, Leon mencengkram kedua lengan atas Jazmine dengan kedua tangannya, dan menatap Jazmine tajam.

"Leon.." Jazmine berkata lirih.
Sedangkan Leon masih menatapnya tajam.

Kini tubuh Jazmine terhimpi antara badan mobil dan tubuh Leon.

"Apa bocah itu yang bernama Aland?"

"I..iya."

"Jauhi dia!"

"Tap--"

"Ku bilang jauhi dia! Tidak ada bantahan! Kau mengerti."

Jazmine pun mengangguk pasrah, bagaikana dia bisa menjauhi sahabat yang sudah Jazmine anggap sebagai kakaknya itu, ya.. Aland lebih tua darinya.

"Kenapa kau semakin terlihat cantik?"

"Hah?"

Tatapan Leon beralih menelusuri setiap lekuk dari wajah Jazmine, dan saat pandangan mata Leon terarah pada bibir Jazmine, sorot matanya menunjukan rindu dan gairah.

Kini cengkraman Leon di kedua lengan atas Jazmine sudah berpindah ke pinggang dan pipinya.
Sebelah tangan Leon memeluk sangat erat pinggang Jazmine, dan satu tangannya lagi mengusap lembut pipi Jazmine.

Lalu usapan Leon berpindah ke bibirnya. Leon mengusap dengan menggunakan ibu jarinya, mengusap bibir bawah Jazmine.

"Berapa lama aku tidak menyentuh bibir ini?" Tatapan mata Leon terus terfokus pada bibir ranum dan merah di depannya, ingin sekali Leon mengecup dan mencecap bibir manis itu.

Jarak mereka berdua pun sangat dekat, bahkan dari jauh mereka sudah terlihat seperti orang yang sedang berciuman.

"Leon?"

"Hmm?"

"Lep--"

Cup

Jazmine berusaha mendorong Leon, tetapi pergerakannya kurang cepat, kini bibir Leon sudah menyatu dengan bibirnya.

Leon memiringkan kepalanya ke kiri dan ke kanan, menekan tengkuk Jazmine, agar membalas ciumannya.

"Mmpphh." Leon tak membiarkan Jazmine untuk berbicara, dia terus membungkam bibir Jazmine dengan bibirnya.

Leon mencoba menelusupkan lidahnya ke dalam mukut Jazmine, tetapi bibir itu tetap tidak ingin terbuka. Leon segera mencenkram dengan keras pantat bulat Jazmine, dan itu membuat Jazmine berteriak, Leon tak menyia-nyiakan kesempatan itu, langsung saja dia memasukkan lidahnya ke dalam mukut Jazmine, dan segera mengeksplor seluruh isi di dalamnya.

Kedua tangan Leon kini berpindah menangkup pantat bulat yang di miliki oleh Jazmine, meremasnya dan menamparnya, sehingga tak jarang Jazmine menjerit.

Untung saja Leon memarkirkan mobilnya sedikit jauh dari kampusnya, dan keadaan di sekitar mereka pun cukup sepi.

Jazmine berusaha menyingkirkan tangan-tangan nakal Leon yang sedang meremas-remas pantatnya, tetapi kedua tangannya terhimpit badan Leon.

Tanpa mereka sadari sedari tadi ada yang memperhatikan setiap aktifitas mereka.
Seseorang itu sembunyi di balik pohon, dengan pandangan terluka dan tidak percaya.
Dan seseorang itu adalah Aland.
Aland sengaja mengikuti mereka berdua, karena tadi Leon membawa Jazmine dengan cara menyeretnya kasar.

Tetapi pandangan yang tersuguh di depannya, sungguh sangat di luar prediksinya, Leon yang berstatus sebagai kakak ipar dari Jazmine, berani menyentuh adik iparnya sendiri.

Aland menatap kecewa pada Jazmine, dan berlalu pergi.

Akhirnya Leon melepaskan ciumannya, dia menatap bibir Jazmine yang merah membengkak karena ulahnya, Leon pun berdecak senang.

"Leon setiap kau menyentuhku, aku akan semakin merasa berdosa pada kakakku." Jazmine berucap lirih dengan napas yang memburu, dan kedua tangannya pun masih ada di dada bidang Leon.

"Tolong jangan pikirkan apapun lagi tentang dia, biar aku saja yang menyelesaikan semua ini sayang, aku tidak mau kau terlalu banyak pikiran."
Leon menarik Jazmine ke dalam pelukannya, dia mendekap Jazmine dengan erat.

"Aku ingin kau cepat hamil, aku tidak ingin dengan kau kelelahan dan banyak pikiran, itu membuat proses kehamilanmu menjadi tertunda."
Dan Jazmine pun masih terisak.

-----------------

"Ugh.. perutku sakit sekali." Ucap Liora yang masih terbaring di kasurnya, dia memegangi perutnya yang terasa sakit itu.

"Pasti magh ku kambuh lagi." Sejak kecil Liora memang memiliki riwayat sakit magh.

Tapi seolah tidak peduli dengan rasa sakit di perutnya, Liora membiarkannya, pandangannya tertuju pada bingkai foto yang di letakkan di atas nakas itu.
Foto pernikahannya dengan Leon.

Di foto itu dirinya menggunakan gaun pernikahan yang sangat indah, dan tersenyum sangat lebar sambil memegang buket bunga.
Dan di sampingnya, Leon terlihat tersenyum meskipun tidak selebar senyumnya.

Lalu Liora mulai merpikir berdiam diri seperti ini saja, tidak akan menyelesaikan semua masalah.
Dia harus menghadapi segala masalah itu. Dan Liora putuskan untuk pergi ke kamar mandi dan membersihkan dirinya terlebih dahulu.

---------------

Kini sudah waktunya makan malam, sepertu biasa, para pelayan tengah sibuk menata dan menyiap-nyiapkan makan malam untuk tuan dan nyonya serta nonanya.

Jazmine belum keluar dari kamarnya, entahlah dia sedikit kurang bersemangat untuk makan malam kali ini.

Saat Jazmine akan pergi untuk menyantap makan malamnya, tiba-tiba di ponselnya berdering, tanda ada panggilan masuk.

Jazmine melihat panggilan masuk dari nomor yang tidak di ketahui, Jazmine pun segera mengangkat panggilan itu.

"Hallo?"

"Hi, ini aku Logan."

"Oh, ada apa Logan?"

"Masih ingatkah kau tentang aku yang akan mengajakmu untuk pergi keluar denganku?"

"Mhh.. iya aku masih ingat."

"Aku akan menepati janjiku, besok bisa tidak kita pergi hanya berdua?"

"Mm.. bisa, aku bisa."

"Bagaimana kalau jam 2 sore?, aku akan menjemputmu."

"Boleh."

"Oke, sampai jumpa besok, pretty girl."

Dan Logan pun memutuskan panggilan mereka berdua.

Jazmine berpikir, jam 2 sore? tentu saja Leon masih belum pulang dari kantornya, dan Jazmine akan bisa pergi dengan Logan.

Hanya pergi keluar kan? Lagi pula Jazmine melihat Logan lelaki yang sangat baik, dan mungkin dia bisa menjadi temannya.

Bersambung...
I'm sorry for typo :)

Affair With Brother in-law Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang