50

176K 4.9K 632
                                    

"Sayang aku..." Jazmine mendorong tubuh Leon dari atasnya.

"Honey I'm sorry, ak.. aku tidak bermaksud--"

"Pergi Leon."

"Sayang--"

"Pergi!"Jazmine berteriak pada Leon.

"okay, I'm sorry baby." Leon akhirnya memilih keluar, memenuhi permintaan Jazmine.
Leon berjalan menuju kamar tamunya, setiap langkahnya dia habiskan untuk memaki dirinya, seharusnya dia tidak lepas kontrol, seharusnya dia bisa mengontrol emosinya.

Leon menutup pintu kamarnya dan menyandarkan dirinya pada pintu, Leon meremas rambutnya kasar, kau bodoh!bodoh!bodoh!. Lalu Leon mengusap wajahnya gusar.

-----------

"Hiks.. hiks.." Jazmine menangis memeluk gulingnya, jubah mandinya pun belum dia ganti.
Bekas tamparan Leon memang sakit, tapi tidak sesakit hatinya saat mendengar Leon menyebutnya jalang.

Di saat seperti ini Jazmine membutuhkan Liora, tapi mana mungkin Liora mau mendengarkan dan menemaninya saat dirinya sudah merebut suaminya.

"AKU TIDAK MEREBUTNYA!"

"AKU BUKAN JALANG!"

"I'M NOT A BITCH!"

"hiks.. aku lelah." Jazmine terus terisak.

"Dad.. Mom." Jazmine teringat dengan kedua orangtuanya, biasanya di saat Jazmine sedang terpuruk seperti ini orangtuanya lah yang menghiburnya.

---------------

Liora baru saja menyelesaikan mandinya, entah kenapa suasana hatinya membaik sejak bertemu dengan Logan, merasa sedikit bebannya terangkat dari pikirannya.

Liora melirik ke arah Jam, sebentar lagi waktunya makan malam, Liora putuskan untuk cepat-cepat memakai pakaian santainya.

---------------

Leon keluar dari kamar tamunya, sebentar lagi waktu makan malam, Leon melangkahkan kakinya ke ruang makan, saat dia sudah sampai disana.

Belum ada Jazmine ataupun Liora, kecuali para pelayan yang sibuk menyiapkan dan menyusun makanan di meja.

"Marry, Apakah Jazmine sudah kesini tadi?" Tanya Leon pada Marry.

"Belum tuan, nona Jazmine belum ke ruang makan sejak dia pulang sore tadi."

Leon menghela napas berat, lalu di langkahkan kakinya menuju kamar Jazmine.
Leon mencoba mengetuk pelan pintu kamar Jazmine, tetapi tidak kunjung ada jawaban, akhirnya Leon membuka pintu kamar itu perlahan.

Cklek..

Leon bersyukur pintu kamar itu tidak di kunci, jadi dia bisa masuk untuk menemui Jazmine.

Leon masuk dan menutup lagi pintunya. Hati Leon serasa teriris saat dia mendapati Jazmine tidur dengan posisi membelakanginya dan memeluk gulingnya dengan jubah mandi yang belum dia ganti sejak mereka bertengkar tadi.

Leon mendekati kasur dan perlahan mulai menaikinya, Leon mulai berbaring miring, menghadapkan dirinya pada Jazmine yang tengah membelakanginya.

Leon menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Jazmine, dapat Leon lihat bekas tamparannya yang memerah di pipi Jazmine.

Leon sungguh sangat menyesal telah memberikan tamparan pada Jazmine, hingga membuat pipi putih dan mulus itu menjadi memerah dan tercetak jelas bekas tangannya yang menempel di pipi itu.

Leon mengecup lembut pipi yang memerah itu, melingkarkan tangannya di pinggang Jazmine, lalu mengecup kening, mata, dan bibir Jazmine, Leok dapat melihat dengan jelas bekas tangisan Jazmine, hidungnya yang merah, dan matanya yang terlihat masih sedikit basah, meskipun sedang terpejam.

Affair With Brother in-law Where stories live. Discover now