52

141K 5.2K 456
                                    

Bugh

Leon menutup pintu mobil sedan Ferrari hitamnya.

Para penjaga menunduk hormat, saat Leon melangkah melewati mereka, Leon sedikit melonggarkan dasinya yang terasa memcekik itu, dia putuskan untuk memasuki kamar tamu yang sekarang menjadi kamarnya itu, untuk membersihkan badannya yang terasa lengket.

-----------

Jazmine terbaring lemas di ranjangnya, rasa mualnya sudah sedikit tidak terasa, namun pusing di kepalanya dan badannya pun tetasa lemas. Mungkin karena Jazmine belum memakan apapun dari siang, jangankan memakan, mencium bau makanan pun Jazmine langsung merasakan mual di perutnya.

Bau-bau makanan yang sebelumnya bila dia cium tidak menimbulkan reaksi apa-apa pada tubuhnya, kini justru terbalik, bahkan makanan kesukaannya pun Jazmine tidak mau mencium baunya.

Para pelayan sudah membuatkan Jazmine air teh hangat dan susu jahe, untuk meringankan rasa mual. Para pelayan pun sempat bingung, biasanya nona nya itu tidak pernah mengalami sakit seperti ini.

Jazmine melirik jam di atas nakas, rupanya ini sidah waktunya makan malam.

Jazmine bertanya-tanya apakah Leon sudah pulang? Jazmine harus segera membenahi tampilannya, jika nanti tiba-tiba Leon mengunjunginya dan melihatnya dalam keadaan seperti ini, Leon bisa curiga.

Tapi untuk sekedar bangun pun, tubuh Jazmine sangat lemas, akhirnya dia putuskan untuk berbaring saja.

---------------

Cklek..

Leon baru saja keluar dari kamar mandinya, setelah Leon membersihkan tubuhnya, dia merasakan segar kembali.
Tubuhnya hanya terbalut handuk dari pinggang sampai lututnya.

Leon menghampiri cermin, dan melepas handuknya, kini tubuhnya tifak terbalut sehelai benang pun.

Dia memperhatikan pantulan dirinya di cermin, betapa gagah dan perkasanya dia.

Leon menyisir rambutnya dengan jari-jarinya ke belakang, menambah kesan maskulin pada dirinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Leon menyisir rambutnya dengan jari-jarinya ke belakang, menambah kesan maskulin pada dirinya.

Leon memperhatikan dirinya lagi di depan cermin, lalu dia menghampiri lemari dan memakai pakaiannya.

----------------

"Tolong buatkan lagi teh hangat nya untuk Jazmine." Ucap Liora pada pelayan, yang di dengar Leon saat Leon baru saja keluar dari kamarnya.

"Jazmine kenapa?" Tanya Leon pada Liora.

"Jazmine sakit." Dua kata yang membuat Leon langsung pergi dari hadapan Liora dan menghampiri kamar Jazmine.

Liora memandang kosong ke arah Leon, "nyonya ini teh hangatnya." Ucap pelayan wanita itu.

"Ah.. langsung saja bawa ke kamar Jazmine." Perintah Liora.
"Baik nyonya." Pelayan itu pun langsung pergi menuju kamar Jazmine.

----------------

Cklek...

"Sayang.."
Leon lamgsung masuk ke dalam kamar Jazmine, memanggil Jazmine dengan nada khawatir.

Lalu mata Leon melihat pemandangan yang menyayat hatinya, Leon melihat Jazminenya yang terbaring lemas dengan wajah pucat.

Leon marah, marah pada semua orang yang ada di penthouse nya. Apakah mereka diam saja melihat wanitanya terbaring sakit, apakah mereka membiarkan wanitanya merasakan sakit seperti ini, hingga membuatnya tak berdaya.

Leon segera menghampiri Jazmine, menagkup pipi Jazmine dengan kedua tangannya.

"Sayang, kau sakit? Kenapa kau bisa sampai sakit, apa mereka memperlakukanmu dengan buruk?"

"Leon.." ucap Jazmine hampir tidak terdengar.

"Kenapa sayang? Apa yang sakit? Katakan padaku."

Leon segera naik ke atas kasur dan memangku Jazmine agar duduk di pangkuannya, lalu menyandarkan kepala Jazmine di dadanya.

"Wajahmu sangat pucat."

"Ak..aku tidak papa."

"Apanya yang tidak papa?! Jelas kau sakit Jaz!"

Tok..tok..tok

"Masuk." Suara bariton Leon yang menjawab.
Dan pelayan itu pun masuk, Leon menangkap raut terkejut dari wajah pelayan itu, tapi sedetik kemudian pelayan itu memasang ekspresi wajah seperti biasa lagi, pelayan itu pun menaruh gelas berisi teh hangat itu di atas meja.

"Ini teh hangat nya nona, teh hangat ini mungkin bisa sedikit meringankan rasa mual anda." Setelah mengucapkan itu, pelayan itu pun pergi setelah sebelumnya meminta izin untuk kembali lagi ke dapur.

Leon menatap curiga pada Jazmine.

"Kau mual-mual?" Leon mengusap perut Jazmine.

"Ak..aku hanya kelelahan saja."

"Benarkah?"

"I..iya lagi pula tadi aku sudah periksa ke dokter, dan katanya aku hanya kelelahan."

"Lalu? Kenapa kau gugup seperti itu jika kau hanya kelelahan?"

"A..aduh kepalaku pusing." Mendengar Jazmine mengerang sakit Leon pun panik dan mulai melupakan ucapannya tadi. Jazmine pun bersyukur karena dia terhindar dari kecurigaan Leon.

"Kenapa sayang, kepalamu pusing? Aku akan pangilkan paman Ramosh ke sini ya." Baru saja Leon akan mengambil ponsel di saku celananya, tetapi Jazmine sudah mencegah Leon.

"Tidak! Enghh tidak perlu, tadi kan aku sudah bilang aku sidah ke dokter dan aku hanya kelelahan saja, aku juga sudah di beri obatnya."

Leon sempat ingin membantah, tetapi di urungkan niatnya, dia tidak mau membuat Jazmine tambah sakit karena harus berdebat.

"Baiklah, kalau begitu kau harus makan setelah itu tidur."

"Aku tidak mau makan."

"Kenapa?"

"Tidak nafsu."

"Makan! Kau harus makan sayang."

Leon menyuruh pelayan untuk mengambilkan bubur yang sudah di buat tadi, dan kini satu mangkuk bubur dan air putih sudah ada di tangan Leon.

"Ayo sekarang kau makan." Leon menyuapkan bubur itu pada Jazmine.

Jazmine menerima suapan-suapan dari Leon dengan menahan rasa mualnya.

"Sudah.."

"Sedikit lagi." Leon menyuapkan suapan terakhirnya.
Tapi tangan Jazmine mencoba menghalangi suapannya.

"Sudah Leon, aku sidah tidak kuat."

Leon pun menyerah, dan menyerahkan air putih untuk Jazmine minum, dan membantu Jazmine minum.

Jazmine menyerahkan gelas berisi air putih yang sudah setengah itu pada Leon.

"Dan sekarang minum obatmu." Leon mengambil bungkusan obat yang ada di atas nakas. Dan memberikannya pada Jazmine. Sebenarnya obat itu adalah vitamin untuk kehamilan Jazmine.

Jazmine pun segera meminum obat itu. "Dan sekarang tidurlah, aku akan ada di sampingmu." Dan kini Leon dan Jazmine sudah berbaring, mereka berbaring berhadapan dengan Leon yang memeluk erat Jazmine.

Bersambung...
I'm sorry for typo :)

Affair With Brother in-law Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang