42. Kritis

1.9K 146 5
                                    

Entah apa yang yang ada dipikiran Jinyoung saat ini yang ditahu hanya memeluk erat Ryn.  Setibanya mereka di lobby rumah sakit Jinyoung langsung membopong Ryn keluar dari mobil. Para perawat yang sudah bersiap disana menyuruhnya merebahkan Ryn di tempat tidur, air mata Jinyoung tiada henti menetes sambil ikut berlari mendorong tempat tidur itu keruang emergency. Sampai di depan pintu ruang emergency, perawat melarang Jinyoung untuk masuk.

"Silahkan tunggu diluar" pinta seorang perawat sambil menahan Jinyoung untuk tidak masuk.

Minyhun dan yang lain bergabung bersama Jinyoung. Mam, mama dan ibu tampak syok melihat keadaan Ryn. Mereka cuma bisa memangis dalam pelukan suami mereka, Jb tampak memeluk Jinyoung. Satu jam berlalu. Dokter keluar.

"Bagaimana keadaan istri dan bayi saya?" Tanya Jinyoung.

"Maaf, keadaannya sangat tidak baik. Mrs. Ryn kritis karena pendarahan yang hebat." Jawab dokter.

"Begitu juga dengan janin yang dikandungnya. Kami telah berusaha semampu kami. Saat ini hanya mujizat Tuhan yang mampu menyelamatkan mereka. Permisi." Kata dokter itu lagi sambil berlalu.

Jinyoung langsung terduduk lemas di lantai. Mam tiba - tiba pingsan. Hati ibu mana yang kuat mendengar keadaan putri satu - satunya diambang kematian. Dad dan yang lain membantu merebahkan Mam di kursi tunggu.

Perawat keluar membawa Ryn untuk di pindahkan ke ruang ICU. Tubuh Ryn tampak tak bergerak sedikitpun. Jinyoung dan yang lain mengikuti dari belakang sementara Dad dan Minhyun mengurus Mam, mereka hanya mampu memandangi Ryn dari kaca melihat perawat memasang alat bantu pernafasan dan peralatan lainnya. Jinyoung tak kuasa melihat semua ini ia membalikkan badannya membelakangi kaca. Lalu perlahan terduduk di lantai, kaki seperti sudah tidak kuat menopang tubuhnya lagi. Separuh nyawanya seperti hilang melihat keadaan Ryn.

"Berdoalah, mohonkan yang terbaik bagi  Ryn dan bayi kalian. Ryn memang koma tetapi Ryn bisa melihat kita, jadi kamu harus kuat." Ucap Ibu Soeng sambil memeluk Jinyoung.

"Ryn anak yang kuat, ia pasti mampu bertahan demi bayi kalian." Tambah Ayah Kim.

Jinyoung mengangguk.

Seorang perawat mengijinkan masuk namun bergantian. Jinyoung masuk di temani Jb dan Mark Tuan.

"Ryn, kamu pasti kuat. Kita berjuang ya demi kamu dan bayi kita," Ucap Jinyoung lirih  dalam tangisnya sambil membelai rambut Ryn. Lalu ia mengecup kening Ryn. JB dan Mark Tuan tahu betapa hancur perasaan Jinyoung saat ini.

"Ryn, fighting." Mark Tuan berucap.

"Ryn, jangan menyerah dan membiarkan orang itu menang. Kamu harus buktikan jika semua ancamannya tidak akan membuat kamu kalah." JB menambahkan.

Tiba - tiba Jinyoung merasakan tangan Ryn bergerak.

"Ryn, kamu mendengar kami? Coba gerakkan lagi jarimu." Pinta Jinyoung.

Dan Ryn menggerakkan jarinya. Jinyoung, JB dan Mark yang melihat hal itu tersenyum. Jinyoung mencium tangan Ryn. Dia tahu di balik kemanjaan dan sifat kekanak - kanakan Ryn. Ia perempuan yang kuat.

Tit Tit Tit/

Perawat yang ada disitu langsung menyuruh mereka bertiga untuk mundur. Perawat itu memeriksa Ryn.

"Sepertinya dia merespon semua kata - kata kalian. Itu hal baik." Kata perawat itu. Jnyoung tersenyum. Ia tahu Ryn mendengarkan semuanya.

                                  ***

Tiga hari sudah Ryn terbaring koma. Dokter mengatakan masa kritisnya sudah lewat namun masih tetap harua di pantau ketat.  Pagi itu Jinyoung masuk keruang Ryn bersama Mark Lee adik Ryn.

marriage [REVISI ULANG] ✅Where stories live. Discover now