48. Penyelamatan

1.8K 142 7
                                    

Mereka semua bergegas menuju alamat yang diberikan pegawai JB. 15 menit sudah mereka berada didalam perjalanan, Jinyoung terdiam dengan amarah yang sudah tak tertahan lagi didalam hatinya.

"Ryn bertahanlah aku datang." Batin Jinyoung.

Tiada henti air mata Jinyoung sepanjang perjalanan. Ia membayangkan Ryn yang tergantung ditali pengikatnya dalam kesakitan dan dinginnya malam ini, ia juga terbayang saat masa manis bersama Ryn dan ia masih ingin terus merasakan kebersamaan bersama Ryn sepanjang hidupnya.

"Hyung sudahlah, jangan menangis terus. Yakinlah noona akan baik - baik saja." Bambam mencoba menghibur Jinyoung.

Setengah jam perjalanan terasa bagai berhari - hari bagi Jinyoung. Mereka tiba di sebuah rumah yang tampak sudah lama tidak terpakai langsung mereka semua keluar mobil dan berlari ke dalam rumah itu.

"Ryn." Teriak Jinyoung.

Ia masuk ke dalam rumah dan menemukan Ryn terikat lunglai di sebuah kamar.

Sambil memeluk tubuh Ryn yang sudah tak berdaya. "Cepat potong talinya." Jinyoung berteriak.

Jackson membantu Jinyoung memegangi tubuh Ryn. Sementara Minhyun dan yang lain berusaha memotong tali pengikat Ryn. Akhirnya mereka dapat melepaskan Ryn, Jinyoung memakaikan jaketnya pada tubuh Ryn yang hampir membeku karena udara dingin.

"Ryn, Ryn. bangun sayang." Jinyoung berusaha menyadarkan Ryn.

Ryn perlahan membuka matanya. "Ji, kamu datang menjemput aku?" Tanya Ryn lirih.

"Iya sayang, aku sudah berjanji. Kamu harus kuat kita ke rumah sakit ya." Suara Jinyoung bergetar dalam tangisnya.

"Terima kasih kamu selalu menepati janjimu." Ryn terbata - bata.

"Maafin aku Ji, aku selalu membuat kamu sedih." Lanjut Ryn.

"Tidak sayang, ini semua salahku."

Jinyoung membopong Ryn ke mobil. Mereka akan membawa Ryn ke rumah sakit.

"Ji, bawa aku pulang saja." Pinta Ryn.

"Tidak Ryn, kita harus ke rumah sakit."

"Aku sudah tidak kuat Ji." Suara Ryn melemah.

"Berjanjilah kamu akan bahagia walau tidak bersamaku."

"Sayang, kamu istirahat saja. Jangan banyak bicara."

"Jinyoung, terima kasih untuk semuanya." ucap Ryn lagi. Dan Ryn langsung tidak sadarkan diri.

"JB, cepat!" Teriak Jinyoung.

"Ryn, Ryn, Ryn!" Jinyoung terus membangunkan Ryn. Namun Ryn hanya diam. Tubuhnya begitu dingin, lantas Jinyoung memeluk erat tubuh Ryn

"Jangan tinggalkan aku Ryn." Bisik Jinyoung di telinga Ryn.

"Jangan ambil dia sekarang Tuhan."

***

Ryn di dalam ruang gawat darurat , semua menunggu dengan cemas, Dad dan yang lain juga sudah disana setelah diberitahu Mark lee. Dokter keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana keadaan istri saya?" Tanya Jinyoung.

"Dia koma. Dia bisa tetap seperti ini tanpa batas."

"Apa maksudnya? Jadi dia mungkin saja tidak akan bangun?" Tanya Jinyoung lagi.

"Saya tidak dapat berkata apa - apa saat ini. Dia mungkin saja bangun dalam beberapa jam atau bulan atau dia dapat saja meninggal dalam keadaan koma." Sambung dokter.

"Apa? Apa maksud dokter meninggal?" Jinyoung berteriak dan akan memukul dokter tadi.

"Jinyoung!" Jb menahannya.

"Pasien dapat meninggal dalam koma."

"Meninggal? Ryn akan meninggal?Katakan lagi!" Teriak Jinyoung.

"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Jb. Sambil menahan Jinyoung yang emosi.

"Dia bilang Ryn akan meninggal." Jinyoung memandang JB. Terlihat kemarahan di wajahnya.

" Apa yang anda bicarakan, Ryn akan meninggal? Kenapa dia akan meninggal?" Jinyoung merasa seluruh tubuhnya lemas ia terjatuh dan menangis. JB memeluknya.

Dokter kembali ke dalam ruangan. Seorang perawat mengijikan dari pihak keluarga untuk masuk. Dad, Jinyoung dan Minhyun masuk. Mereka memandangi Ryn yang tidak bergerak dan di pasangi berbagai macam alat bantu.

Tit Tit Tit

"Silahlan keluar"Perintah seorang perawat.

"Ada apa?" Tanya Dad.

"Tekanan darah pasien menurun." Jawab seorang perawat sambil meminta mereka keluar. Mereka akhirnya keluar. Setengah jam kemudian dokter keluar.

"Apa yang terjadi? Ada apa dengan tekanan darahnya?" Tanya Jinyoung.

"Tekanan darahnya menurun?" Kenapa tiba - tiba demikian?" Tanya Dad.

"Maafkan saya, Kami sudah mengusahakan segalanya yang terbaik, tetapi malam ini sangat kritis. Kami akan memindahkan pasien ke ruangannya. Jadi kalian bisa mengucapkan selamat tinggal padanya." Kata Dokter.

"Selamat tinggal? Kepada siapa?" Tanya Mam.

"Maafkan saya." Kata dokter itu lagi lalu kembali le dalam ruangan.

"Ryn?" Mam berucap. Lalu Mam pingsan.

"Mam, Mam. " Mark Lee membangunkan Mamanya. Mam dibawa ke sebuah ruangan inap untuk mendapat perawatan. Sementara Ryn di pindahkan keruangan inap dengan berbagai alat disekelilingnya. Semua memandangi Ryn, Jnyoung tampak menggenggam erat tangan Ryn. Dad tidak kuat melihat semua itu. Ia memilih untuk keluar ia terduduk di kursi depan kamar Ryn.

"Aku fikir, aku telah melakukan yang terbaik untuk semuanya, aku hanya berfikir apa yang terbaik untuk semua orang tetapi aku mengabaikan penderitaan dan pengorbanan kamu Ryn. Maafkan Dad, Dad betul - betul minta maaf, Ryn. Dad tidak sanggup mengucapkan selamat tinggal. Dad tidak bisa, maafkan Dad."

Jinyoung keluar dari kamar Ryn. Berjalan menjauh dari situ dan entah kemana.

***

Sudah tiga Ryn dalam keadaan kritis. Jinyoung memilih tinggal di rumah daripada di rumah sakit, ia tidak sanggup. Minhyun menghampiri Jinyoung yang sedang berada di taman belakang. Wajahnya kusut, air mata tampak disana.

"Ryn menunggu kamu, ayo. Tolong kesana," pinta Minhyun sambil menarik tangan Jinyoung.

"Lepasin aku." Jinyoung berteriak sambil berusaha melepaskan tangan Minhyun.

"Kenapa kamu begini? Bagaimana bisa kamu melakukan ini pada Ryn?" Minhyun kembali menarik tangan Jinyoung.

"Lepaskan aku, Minhyun!"

"Jinyoung, kamu tahu apa yang aku lalui?"

"Aku hanya ingin membawa kamu kepada Ryn, cuma itu yang saat ini bisa aku lakukan sebagai rasa sayangku pada adikku. Mungkin ini hal terakhir yang bisa aku lakukan untuk Ryn, karena aku tahu yang Ryn inginkan saat ini adalah kehadiran kamu" Ujar Minhyun dengan airmata yang mulai menetes. Minhyun tidak pernah menangis selama ini.

"Minhyun, kamu tahu apa yang aku lalui saat ini?"

"Jika aku pergi dan menemui Ryn. Ryn mungkin akan meninggalkan kita, bagaimana jika ia pergi?" Jinyoung menarik nafas panjang.

"Jika aku tidak menemuinya dia mungkin akan bertahan untuk menungguku. Aku takut, aku terlalu talut hingga tidak tahu apa lagi yang harus aku lakukan, aku terlalu mencintai Ryn." Tangis Jinyoung pun pecah.

"Temuilah Ryn," Pinta Minhyun dan beralalu meninggalkan Jinyoung.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Bantin Jinyoung dalam tangisnya.

"Maafkan aku Ryn, aku terlalu takut kehilangan dirimu. Aku tidak kuat."

****

Kurang jahat apa lagi coba aku tuh? HAHAHA






marriage [REVISI ULANG] ✅Where stories live. Discover now