Sebelas

626 101 0
                                    

.

.

.

####

Kau masih duduk dengan menyedihkan di atas atap. Dua jam sudah berlalu. Suasana bertambah sepi karena kau tahu kalau kelas ketiga baru saja dimulai.

Tapi kau memutuskan untuk bolos.

Tubuhmu masih lemas. Kau butuh waktu untuk mengumpulkan tenagamu. Sebab kau yakin, Kim Mingyu pasti akan datang mencarimu lagi.

Begitu pula Vernon. Dia pasti bertanya-tanya di mana dirimu sekarang. Dan sudah pasti dia akan menginterogasi nanti. Apalagi saat melihat tampilanmu saat ini.

Sungguh kacau.

Oke, baiklah. Kau harus pergi sekarang sebelum tertangkap karena berada di atap.

Kau berjalan perlahan menuju toilet wanita. Takut ada seseorang yang melihatmu dengan tampilan acak adul. Sebenarnya kau tidak peduli apa tanggapan orang lain mengenai dirimu. Tapi yang kau tak tahan adalah mulut ember mereka yang mengerikan.

Orang lain yang melihatmu saat ini pasti mengira kau baru saja selamat dari perang besar. Atau baru saja "tidur" di kampus. Lihat saja, bagaimana bibirmu bengkak dengan luka kecil yang hinggap di sana. Belum lagi matamu yang sembab.

Bruk

Kau meringis saat pantatmu mendarat di lantai. Kau tak sengaja bertubrukan dengan orang lain saat kau menundukkan pandanganmu ketika berjalan.

"Oh, maaf," sial, kau kenal suara ini. "Y/N?"

Kau menggigit bibirmu, berusaha menyembunyikan luka di sana sebelum akhirnya menatap pemilik suara itu.

Jeon Wonwoo.

"Kau baik-baik saja?" Wonwoo mengulurkan tangannya untuk membantumu.

Tapi dirimu justru membeku. Haruskah kau menggenggam tangan itu?

Melihat kau yang sama sekali tak berkutik membuat Wonwoo memutuskan bertindak sendiri. Ia meraih kedua lenganmu dan mengangkat tubuhmu, berhasil membuatmu berdiri dengan begitu mudahnya.

Kau menunduk, menyembunyikan rona merah yang menghiasi wajahmu. Juga menyembunyikan tampilan wajahmu yang mengerikan.

"Hei," kau terkejut saat Wonwoo menangkup wajahmu dengan kedua tangannya dan membuatmu mau tak mau menatapnya. "Apa yang terjadi? Kau menangis?"

Sungguh. Hatimu bergetar. Bagaimana ia tahu kalau kau habis menangis?

Oke, itu pertanyaan bodoh. Tentu saja itu karena matamu sembab. Tapi kenapa Wonwoo bertanya? Apakah-

"Choi Y/N, kau baik-baik saja?"

"Y-ya."

"Sungguh?"

Kau mengangguk.

Wonwoo menghela napasnya, melepaskan tangkupan tangannya dari wajahmu. Kau sedih karena kehilangan kehangatan itu. Lagi.

Matamu memberanikan diri untuk menatap Wonwoo sekali lagi. Tapi kau menyesalinya saat tahu Wonwoo sedang menatapmu dengan lekat, atau lebih tepatnya menilik luka di bibirmu.

Namun, Wonwoo tak berkomentar apa-apa mengenai itu. "Baiklah, sampai jumpa," ujarnya lalu melangkah pergi.

####

"Kau berhutang banyak padaku, girl."

Kau mengangguk lemah saat Vernon melototimu. Lalu ia melanjutkan ocehannya tentang bagaimana Seungcheol yang tiba-tiba datang ke kelas kalian dan melihatmu tak ada. Vernon susah payah mencari alasan untuk menyelamatkanmu. Dan dia hampir mati karena gugup dengan tatapan elang milik Seungcheol yang super tajam.

"Sebenarnya ke mana kau seharian ini? Bersama Mingyu? Apa yang kau lakukan dengannya sampai-sampai bolos dua mata kuliah?"

Kau diam. Moodmu belum tersusun dengan baik untuk menjawab pertanyaan dari Vernon.

Menyadari itu akhirnya Vernon menghela napasnya. "Oke, kau berhutang penjelasan lagi padaku. Tapi," Vernon menatapmu dengan serius. "Aku mau dengar masalah kamar mandi kemarin sekarang juga. Siapa yang menguncimu?"

Kau lega karena Vernon mengalihkan topiknya. Dan untungnya kau juga sudah memoles wajahmu dengan make up, menyembunyikan luka di bibirmu dan mata bengkakmu. Setidaknya Vernon tidak akan langsung menggila karena melihat penampilanmu yang acak-acakan.

Kau akhirnya menceritakan semuanya. Bagaimana kau dan singa-singa itu bergelut hingga akhirnya kau mendapat benjol itu karena sundulan kepala keras Jungkook.

Vernon terdiam, mengalami konflik batin. Ia tahu itu semua gara-gara dirinya. Tapi kau selalu tidak setuju dengan itu dan mengatakan kalau ini bukan salah siapa-siapa.

Vernon mengerucutkan bibirnya, tak senang dengan pembelaanmu. Lalu akhirnya menyerah. Vernon menarik dirimu ke dalam dekapannya kemudian menggoyangkan tubuhnya dan tubuhmu ke kiri dan kanan, pelukan persahabatan kalian.

Well, tentu saja singa-singa lainnya menatap itu dengan tak senang. Mereka mengaum frustrasi. Jelas saja karena kalian berpelukan di tengah lorong yang banyak orang.

Kau tidak takut dengan singa-singa itu dan tidak pernah menganggap mereka sebagai masalah yang serius.

Sebab Kim Mingyu yang lebih berbahaya.

Dan sekarang kau miliknya.

Rasanya-









Seolah menggadaikan jiwa dan ragamu pada iblis.

####

"Aku pulang."

"Selamat datang," Seungcheol tersenyum ketika mendengar sambutanmu dan Vernon.

Ia senang melihatmu sudah duduk manis di rumah. Jadi ia tidak perlu repot-repot mencemaskanmu dan membayangkan hal mengerikan saat kau berkeliaran di jalanan.

Senyumnya makin lebar saat melihatmu sedang bersantai di sofa sambil memainkan rambut Vernon yang duduk di bawahmu sementara laki-laki itu sibuk dengan permainannya. Lalu akhirnya Seungcheol masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat.

Vernon berusaha fokus dengan permainannya saat kehadiran Seungcheol menyita perhatiannya. Sepertinya ada sesuatu yang Vernon lupakan.

"Sial. Kita melupakan sesuatu yang penting!"

Vernon melempar konsol gamenya lalu menatapmu dengan matanya yang membesar sementara kau hanya menatapnya datar.

"Apa?"

Vernon duduk di sampingmu dengan tatapan super serius. "Apa Wonwoo tahu Seungcheol juga kuliah di kampus kita?" matamu membesar saat tahu apa maksud Vernon.













"Sial, kita harus memberi tahunya untuk menghindar dari Seungcheol."

####

Okee salahkan saja aku yang baru saja memanjakan kalian dengan chapter panjang sebelumnya dan sekarang kembali ke normal.

Atau lebih pendek? Hehe, maaf ✌️

Selamat menikmati 🎸

Existence - SVT Hip Hop Team ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang