Tigapuluh Tujuh

464 72 5
                                    

.

.

.

####

Ngiiiiiing

Lagi-lagi dengungan menyakitkan menyapamu.

Kau memejamkan matamu erat, menahan rasa sakit itu walaupun nyatanya kau lebih suka berteriak untuk mengekspresikan rasa sakit itu, tapi apa daya bersuara pun kau tak mampu.

Saat rasa sakit itu memudar, kau mulai membuka matamu perlahan. Bersiap untuk menyambut silau matahari. Tapi kau salah. Yang menyambutmu justru kegelapan malam dan deru hujan lebat di luar sana.

Aneh.

Rasanya sangat aneh.

Terakhir yang kau ingat adalah kau berada di meja makan bersama Wonwoo. Tapi ada beberapa ingatan samar yang tercampur.

Seperti ini.

Kau terbangun beberapa kali dengan dengung menyakitkan kemudian Wonwoo bertanya apakah kau baik-baik saja atau tidak sambil menawarkan segelas air.

Kemudian hal yang sama terjadi lagi. Lagi. Lagi dan lagi. Seolah menjadi siklus permanen.

Tapi kali ini berbeda. Kau terbangun sendirian di kamar yang gelap pada malam hari. Tidak ada Wonwoo.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Perasaanmu luar biasa gundah.

Saat kau ingin beranjak, kau baru sadar tubuhmu lemas, tenggorokanmu kering dan sakit, perutmu melilit tak nyaman, seolah kau tidak makan dan minum berhari-hari.

Berhari-hari?

Kau mulai tak yakin kalau ini adalah hari yang sama saat kau datang ke rumah ini.

"Wonwoo...?"

Kau memutuskan untuk mencari Wonwoo, berharap ia bisa menjawab semua rasa penasaranmu.

Kau keluar dari kamar gelap itu, bertemu lorong panjang yang sama gelapnya. Sepertinya Wonwoo suka berhemat listrik.

"Wonwoo-ah?" kau memanggilnya lagi.

"Wonwoo?" lagi.

Tak ada jawaban dan sama sekali tak ada suara lain selain bunyi hujan besar di luar sana.

Kau berjalan lagi, menelusuri tiap sudut rumah itu. Memeriksa tiap ruangan dan berharap menemukan Wonwoo yang mungkin sedang tertidur. Sampai akhirnya kau berada di depan kamar terakhir yang ada di lantai dua.

Trek

Tubuhmu membeku. Sebab yang baru saja terjadi ketika kau membuka pintu adalah sambutan dari semerbak harum mawar yang sangat kau kenal.

Itu bau parfummu.

"Wonwoo-ah?" kau memanggil nama itu lagi.

Masih tidak ada jawaban.

Entah dorongan dari mana kau memberanikan diri masuk ke dalam kamar itu. Penasaran. Kau meraba dinding untuk mencari sakelar lampu.

Crek

Sebelumnya tubuhmu membeku. Kali ini tubuhmu merinding. Gemetaran. Bulu kudukmu sukses berdiri.

Kau berharap ini hanya imajinasimu belaka dan apa yang kau lihat salah. Mungkin kau masih bermimpi.

Iya kan?

Tanganmu meraihnya, memastikan kalau itu memang nyata.

Fotomu.

Foto-foto dirimu.

Memenuhi semua sisi dinding.

Kau meneliti semua fotomu yang terpajang. Dari masa kecil, masa remaja, masa-masa saat kau masih berteman baik dengan Wonwoo dan Jungkook, masa-masamu dengan Wonwoo...

Kemudian kau menoleh ke sisi dinding yang lainnya. Kali ini semua fotomu yang tidak pernah kau ingat ada. Seolah foto itu diambil diam-diam tanpa sepengetahuanmu.

Foto saat kau berbelanja di supermarket, foto saat kau berjalan, foto saat kau belajar, foto saat kau tertidur di kelas, foto saat kau tertawa bersama teman-temanmu lalu-

foto saat kau berganti pakaian?

Matamu melotot melihat foto itu, foto yang menampilkan dirimu yang sedang membuka baju, hanya pakaian dalam yang menutupi tubuhmu.

Kau tercekat, tidak mampu berkata apa-apa. Air matamu sudah siap terjun, mengumpul di sudut matamu.

Apa-apaan ini?

Saat kau hendak berbalik untuk lari. Tubuhmu langsung roboh ketika melihat sisi dinding terakhir yang belum sempat kau lihat. Dinding itu juga berisi sama, tapi lebih parah.

Itu foto-foto terbarumu. Foto-fotomu saat di kampus. Tapi yang lebih membuatmu merinding, foto itu menangkap setiap momen dirimu bersama Mingyu. Bahkan saat Mingyu menciummu paksa di atas atap. Juga saat Mingyu memojokkanmu ketika pesta di rumah Hoshi.

Juga fotomu yang tidur di kamarmu, kau tahu saat itu kau berada sendirian di rumah. Itu malam di mana-

stalker itu masuk ke rumahmu dan mencuri celana dalammu.

####

Sial.

Wonwoo mengutuk hujan yang memperlambat laju mobilnya. Ia terpaksa harus keluar rumah dan pergi ke kota untuk membeli suplemen makanan dan vitamin.

Sudah hampir tiga hari Wonwoo tidak memberimu makan. Karena Wonwoo juga tak mau kau sakit, suplemen dan vitamin menjadi jalan keluarnya. Wonwoo bisa menyuntikkan itu padamu tanpa membuatmu bangun.

Pasokan obat tidur yang ia punya pun habis. Wonwoo tidak bisa mengambil risiko lebih. Ia tetap mau kau bersamanya walaupun kau dalam keadaan tertidur.

Degup jantungnya berpacu tak karuan saat mobil yang Wonwoo kendarai masuk ke halaman rumahnya. Ia melihat lampu di salah satu kamar menyala.

Sebelum pergi Wonwoo mematikan semua lampu.

Dan letak kamar itu-

Wonwoo langsung keluar dari mobilnya tanpa repot-repot parkir, hujan pun tak dipedulikannya.

Saat membuka pintu, Wonwoo memperlambat langkahnya. Membuat dirinya ditelan kegelapan, ia tidak mau seseorang di atas sana menyadari kehadirannya.

Wonwoo mengendap-endap dan ketika ia tiba di depan kamar itu, Wonwoo melihatmu sedang mengobrak-abrik lemari tempat Wonwoo menyimpan semua benda tentang dirimu.

Kau tampak sangat terpukul, menangis tersedu-sedu dengan penampilan hampir gila.

Wonwoo menelan ludahnya.

Apa yang harus dilakukannya sekarang?

####

Holaaaaa

Gimana gimana yang puasa hari ini? Puasa pertamanya lancar tidak?

Semangat ya kalian 🌹

Oke jangan lupa tinggalkan jejak manis kalian ya, sampai jumpa 👋

Existence - SVT Hip Hop Team ✔️Where stories live. Discover now