Tigapuluh Lima

487 82 12
                                    

.

.

.

####

Seungcheol berusaha mengeluarkan senyumannya saat melihat Vernon dan Mingyu dari balik kaca penghalang ruang kunjungan.

Lagi-lagi dirimu tak nampak.

Seungcheol takut kau enggan menemuinya karena terlalu kecewa dengan perbuatan bodoh Seungcheol. Seperti ibu dan ayah kalian, seperti semua keluarga kalian.

Tapi Seungcheol langsung menepis pikiran itu. Ia tahu kau memahaminya. Ia yakin kau pasti tahu Seungcheol punya alasan kenapa melakukan itu.

"Hyung," Vernon dan Mingyu menyapa Seungcheol bersamaan.

"Apa Y/N baik-baik saja?"

Hening. Sesuatu yang Seungcheol tak suka.

"Apa dia begitu kecewa padaku hingga tak mau menemuiku?"

"Bu-bukan begitu hyung-" Vernon menyela. "Kau tahu Y/N pasti akan sangat mengkhawatirkanmu."

Sudah berapa lama Seungcheol mengenal Vernon? Bocah itu layaknya buku yang terbuka lebar di hadapan Seungcheol. Mudah. Sangat mudah dibaca.

Rahang Seungcheol mengerat. Bersiap-siap menerima kabar buruk.

"Vernon."

Hanya satu kata itu sudah cukup untuk Seungcheol. Vernon pun langsung paham. Seungcheol sudah memberinya perintah mutlak untuk bicara.

"Kemarin Y/N pergi untuk menjenguk Wonwoo. Tapi mereka berdua menghilang dan belum ada kabar sampai sekarang."

BRAK

Vernon dan Mingyu terpaku saat Seungcheol menggebrak kaca penghalang di antara mereka.

Detik berikutnya, Seungcheol ditarik oleh petugas karena telah menimbulkan keributan.

"Tunggu! Lepaskan aku!" Seungcheol terus berontak hingga akhirnya petugas itu melepaskan Seungcheol dengan perintah tetap tenang.

"Hyung, maafkan aku-" Vernon berusaha menenangkan Seungcheol.

"Tidak. Tunggu. Kalian tidak boleh ada di sini. Cepat lapor polisi dan terus cari Y/N! Dia dalam bahaya kalau bersama laki-laki itu!"

Seungcheol terlihat sangat kacau. Terus menerus memohon pada Mingyu dan Vernon untuk mencarimu. Bahkan Seungcheol pun mengeluarkan air matanya.

"Wonwoo... bocah itu terobsesi pada Y/N. Aku menyadarinya saat mereka pacaran dulu, aku berusaha semampuku untuk menjauhkan Y/N darinya. Dan kalau sampai... kalau sampai sekarang Y/N bersama Wonwoo.. aku...aku...."

Seungcheol menangis.

"Kumohon... tolong cari Y/N."

####

Jungkook kembali menepikan mobilnya dan mengambil napas dalam. Sudah lebih dari sepuluh jam ia mengemudi, berbotol-botol kopi instan sudah dikonsumsinya agar matanya tetap terbuka.

Ia sudah berada di luar Seoul sekarang. Entah berada di daerah mana, Jungkook tak tahu nama daerah ini. Yang jelas ia dikelilingi hutan.

Jungkook yakin Wonwoo membawamu ke sana. Ke rumah yang belum lama ini dibeli Wonwoo tanpa alasan. Jungkook pernah ke sana sekali, tapi ia tak ingat jalannya karena tertidur di perjalanan.

Wonwoo membeli rumah itu tanpa sepengetahuan orang tuanya. Jadi kesimpulannya hanya Wonwoo dan Jungkook yang tahu rumah itu. Tapi bodohnya, Jungkook tak ingat alamat lengkap rumah itu.

Ia berharap Wonwoo tak akan mengabaikan panggilan teleponnya, tapi nyatanya ponsel Wonwoo sama sekali tak bisa dihubungi.

Sial. Kumohon, Wonwoo. Jangan berbuat sesuatu yang akan kau sesali nantinya.

Jungkook mengkhawatirkanmu tentu saja. Tapi ia tidak bisa melapor polisi bahwa Wonwoo, sepupunya sendiri telah menculikmu.

Tapi setidaknya ada satu hal yang dapat Jungkook pastikan,

Wonwoo tak akan menyakitimu.

####

Wonwoo menatap layar ponselnya yang sekarang sudah kembali gelap setelah sebelumnya penuh dengan nama Jungkook yang berkali-kali menelponnya.

Matanya kembali memandangmu yang masih terlelap. Senyumnya semakin melebar.

Setiap sudut wajahmu diresapi Wonwoo sedalam-dalamnya. Tak ada perubahan yang signifikan dari wajahmu sejak kalian pertama bertemu.

Wajahmu masih sama, putih pucat dengan semu merah di pipi, alismu rata tanpa lekukan di tengah dan menurun di kedua ujungnya. Matamu bulat dan ketika kau tersenyum, mata itu akan melengkung dengan indah. Bibirmu yang tipis berwarna merah muda alami dengan bentuk sempurna, lebih sempurna lagi saat kau tertawa.

Wonwoo merindukan semua hal tentangmu.

Pandangan Wonwoo berpindah tempat. Menilik rambut hitam panjangmu yang bergelombang. Sejak dulu kau tidak suka mengganti gaya rambutmu. Selalu seperti itu.

Kali ini mata Wonwoo menjalar ke seluruh tubuhmu. Jelas ada perubahan di sana. Lebih berbentuk ketika kau dewasa. Dan Wonwoo yakin tubuhmu akan sangat sempurna kalau berada di dekapannya.

Setelah matanya yang bekerja. Kini tangan Wonwoo memulai aksinya. Melingkar di pergelangan tanganmu, merasakan langsung kulitmu yang lembut dan halus.

Tangan Wonwoo menjulur ke atas lenganmu hingga berhenti di tengkukmu. Mengusapnya perlahan, membayangkan sebentar lagi kau akan bangun dan menikmati sentuhan Wonwoo yang tentunya membuat Wonwoo semakin tak sabar untuk melahap bibirmu.

Tapi kemudian ekspresi Wonwoo mengeras. Ia menggigit bibirnya saat melihat bercak merah keunguan yang memenuhi leher dan bahumu. Jejak kepemilikan seseorang terlukis jelas di tubuhmu.

Sialan kau Kim Mingyu.

Wonwoo tak perlu bertanya siapa yang melakukan itu saat ia tahu semuanya tentang dirimu. Semuanya.

####

Hai, aku akan kembali dengan membawa flashback berdasarkan sudut pandang Wonwoo. Yang pasti lebih dari satu chapter, jadi mohon bersabar untuk kelanjutan nasib kalian (Y/N). Mari kita menelusuri kisah Aa' Wonu dulu yaaa

Kalian penasaran kan dgn karakter Wonwoo ini? Dan kisah dibaliknya? Apa enggak? Wkwk

Yah segitu aja, sampai jumpa di chapter selanjutnya. Jangan lupa jejaknya, sweety.

Existence - SVT Hip Hop Team ✔️Where stories live. Discover now