Duapuluh Lima

515 89 11
                                    

.

.

.

####

"Terima kasih."

Mingyu merasa pendengarannya sekarang bermasalah. Ia menatapmu dengan heran.

Kau menghela napas lalu menatap ke luar jendela di mana hanya kegelapan yang kau dapat. "Aku bilang terima kasih."

Mingyu masih bingung. "Untuk?"

"Untuk membagi pemandangan sunset itu padaku. Kau bilang aku akan berterima kasih padamu, well, sekarang kulakukan itu. Terima kasih."

Senyum lebar langsung terpampang jelas di wajah Mingyu. Ingin sekali ia menepikan mobilnya dan menghujani wajahmu dengan ciuman, tapi Mingyu menahannya.

Ia tidak ingin membuatmu berkeinginan untuk membunuhnya lagi.

"Jadi kau ingin menculikku ke mana lagi?" tanyamu dingin, berusaha menstabilkan detak jantungmu yang sedari sore tadi menggila.

"Ke sebuah vila kecil di tengah hutan?"

Kau menatap Mingyu, wajahmu mengerut tak senang. "Seriously?"

Mingyu terkekeh. Sungguh ia tidak pernah bosan memandang wajahmu yang penuh ekspresi. Mingyu bahkan sudah mendaftar ekspresi wajahmu yang paling ia suka.

Tidak sampai lima menit kemudian, Mingyu sudah menepikan kembali mobilnya di pinggir jalan yang langsung menuju laut.

Begitu kalian keluar dari mobil, rumah kecil dengan lampu bohlam kuning menyapa kalian dari kejauhan. Rumah itu berdiri sendiri, tidak ada bangunan lain di sekitar.

Dan yang paling membuatmu kagum, rumah kecil itu menghadap langsung ke samudera. Kau kembali bersyukur, setidaknya itu bukan vila di tengah hutan.

####

"Hanya ada satu kamar?!" serumu dengan nada tinggi.

"Yah, dilihat dari ukuran vila ini seharusnya kau sudah paham," jawab Mingyu cuek yang secara tidak langsung menunjukkan lebar rumah itu yang hanya sepetak.

Hanya ada satu kamar tidur, kamar mandi yang kecil, dapur, dan ruang tamu yang kosong tanpa sofa atau pun televisi.

"Ah ya, dan kau tidak bisa memaksaku untuk tidur di lantai, oke? Kita akan berbagi tempat tidur," titah Mingyu yang langsung melempar tubuh besarnya ke atas ranjang. Menyetir seharian sungguh membuat tubuhnya berteriak pegal.

Kau menghela napas pasrah. Kau tidak sejahat itu untuk memaksa Mingyu tidur di lantai. Tapi kau juga tidak sebodoh itu untuk mengorbankan dirimu dan tidur di lantai. Jadi sepertinya keinginan Mingyu untuk berbagi tempat tidur denganmu akan terwujud.

Sekali lagi kau memandang Mingyu yang sudah tergeletak di ranjang. Tidak ingin mengganggu tidurnya dan karena kau juga tidak terlalu mengantuk, akhirnya dirimu memutuskan untuk keluar.

Kau menjatuhkan bokongmu di teras rumah kecil itu. Menghadapkan dirimu langsung pada lautan luas di depan sana. Angin malam di pinggir pantai memang tak pernah bersahabat. Tapi keindahan lautan bintang di langit dan alunan debur ombak yang merdu mampu mengalahkan dingin itu.

Membiarkan pikiranmu kosong sejenak sambil menikmati indah alam. Detik berikutnya kau memikirkan semua hal bahagia yang pernah kau alami. Kemudian kau kembali mengosongkan pikiranmu.

Entah sudah berapa lama kau duduk diam di sana sampai tubuh kekar memelukmu dari belakang. Menyalurkan langsung kehangatannya padamu yang nyaris membeku kala itu.

"Kukira kau akan mencuri mobilku pulang ke Seoul," canda Mingyu dengan tawa kecilnya.

"Aku sempat memikirkan itu tadi sore."

Volume tawa Mingyu meningkat. Daya tarik dirimu sungguh unik. Jadi jangan salahkan Mingyu kalau semakin hari, semakin dalam ia terjatuh dalam pesonamu.

Mingyu mengeratkan pelukannya, membawamu bersandar pada dada bidangnya. "Tidak mengantuk?"

"Belum."

"Hmm," Mingyu bergumam panjang, menyusun kalimat yang ingin ia lontarkan padamu. "Sekarang aku ingin menciummu. Bolehkah?"

"Apa?!" kau melepas pelukan Mingyu dan menghadapnya dengan raut wajah terkejut.

Sementara Mingyu tersenyum, berharap akan jawaban positif darimu. "Kenapa? Tidak boleh?"

"Eoh! Tentu saja tidak boleh," jawabmu secepat mungkin, takut Mingyu sadar bahwa dirimu sedang panik.

"Aku kecewa. Oh, mungkin besok pagi aku akan melakukan itu tanpa izinmu. G'night," Mingyu bergerak cepat mencium keningmu lalu langsung masuk kembali ke dalam rumah.

Meninggalkanmu sendiri dengan wajah merah bagai kepiting rebus dan jantung yang terpompa cepat.

####

Vernon kembali mengutuk dirinya dan kebiasaan buruknya saat sudah terkena kontak dengan alkohol.

Sekarang ia berada di hotel. Sendirian dengan keadaan, well you know? Perwujudan sesungguhnya dari kata berantakan. Sangat.

Dengan sisa-sisa alkohol yang masih mengalir dalam darahnya, Vernon bangkit dan berusaha menyeimbangkan tubuhnya agar tidak jatuh ke lantai yang dingin. Kemudian memungut satu per satu pakaiannya yang berserakan.

Ponselnya ia temukan mati di pojok ruangan. Dompetnya terbuka di atas nakas, dengan seluruh uang tunainya yang melayang pergi.

Cih, lagi-lagi uangku dicuri wanita itu.

Setidaknya Vernon masih bersyukur tidak ada kartu-kartunya yang hilang. Kalau sampai kartu kreditnya yang hilang, entah seseram apa tagihan yang akan dikirim padanya.

Vernon melirik jam dinding dan sadar matahari belum terbit di luar sana. Ia masih punya beberapa jam untuk bersantai. Setelah mencharge ponselnya, Vernon kembali merebahkan tubuhnya di atas kasur.

Matanya baru hendak terpejam, begitu ia ingat dirimu dan titah Jeonghan untuk segera mencarimu. Vernon langsung terbangun segar bugar.

Ia merampas ponselnya dan langsung menghubungi nomormu. Tidak aktif. Sedikit doa, kali ini ia memanggil Mingyu. Panggilan sibuk.

Sial.

Lampu notifikasi di ponselnya berkedip, menandakan ada pesan baru yang ia terima.

Jeonghan Hyung:
Vernon-ah, kau sudah di Busan? Sudah bertemu dengan Y/N? Sebaiknya kau bawa pulang Y/N hari ini. Secara ajaib Seungcheol dapat izin pulang lebih cepat, jadi hari ini ia akan kembali ke Seoul.

Joshua Hyung:
Aku berdoa untuk keselamatanmu, bro. Semoga Tuhan memaafkan semua dosa-dosamu. Bless you my brother 😇

Oh sungguh. Vernon langsung menangis. Untuk pertama kali dalam hidupnya, ia berdoa untuk keselamatan nyawanya.

####

Haloooo

Ugh, terharu aku tuh pas tau ada yang menunggu kelanjutan dari cerita ini 😭😭😭

Thank you and i am so sorry for late update.

Bless you to give me your support 😍

EEEHIYAA MBA TAEYEON COMEBACK DONG DENGAN FOUR SEASONNYA. DEFINISI PERFECT SONG YANG SESUNGGUHNYA

UGH MY HEARTEU *Insert Hoseok's voice

Existence - SVT Hip Hop Team ✔️Where stories live. Discover now