02 - 𝑀𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑇𝑎𝑘𝑑𝑖𝑟 𝐴𝑙𝑙𝑎ℎ

33.4K 949 13
                                    

"𝒥𝒾𝓀𝒶 𝓂ℯ𝓂𝒾𝓁𝒾𝒽 𝒶𝒹𝒶𝓁𝒶𝒽 𝓈ℯ𝒷𝓊𝒶𝒽 𝒿𝒶𝓁𝒶𝓃 𝓎𝒶𝓃ℊ 𝓉ℯ𝓅𝒶𝓉, 𝓂𝒶𝓀𝒶 𝒶𝓀𝓊 𝓂ℯ𝓂𝒾𝓁𝒾𝒽 𝓂ℯ𝓃ℯ𝓇𝒾𝓂𝒶 𝒯𝒶𝓀𝒹𝒾𝓇 𝒜𝓁𝓁𝒶𝒽 𝒹ℯ𝓃ℊ𝒶𝓃 ℐ𝓀𝒽𝓁𝒶𝓈."

***

Malam hari, tepatnya ketika makan malam sedang berlangsung. Shabiya meremas kedua tangannya dengan perasaan cemas. Pasalnya Sang Abi sudah mengetahui apa yang terjadi tentang kejadian di kampus hari ini.

Shabiya menatap takut pada Abinya yang kini tengah menghela nafas pelan."Abi dengar dari Dosen kamu kalau hari ini kamu kembali membuat ulah di kampus, iya?"

Shabiya mengangguk pelan dengan perasaan khawatir,"Maafkan Biya Abi."Ucapnya lirih.

"Jangan di ulang lagi itu tidak baik. Besok kamu harus minta maaf, Abi dengar kalau dia itu adalah seorang motivator. Benar?"

Shabiya kembali mengangguk. Ya, pria yang ia lempar adalah motivator yang akan membawa materi untuk acara seminar besok khususnya bagi fakultas manajemen.

"Anak gadis kok bandelnya kelewatan begini."Azzam dapat melihat adiknya itu mendelik tajam.

"lainkali jangan di ulang. Kamu harus ubah kebiasaanmu itu, bahkan Abi dengar Mr. Tobby ngancam kamu dengan pembatalan skripsi yang akan terlaksana tiga bulan lagi."

"Iya Abi, Shabiya janji gak akan ulangin kesalahan seperti itu lagi. Shabiya mau jadi anak baik supaya cepat lulus."Ucap Shabiya yakin.

"Heleh, paling juga nanti kamu bikin ulah lagi."Ujar Azzam dengan senyum mengejek. Shabiya memelototi tajam kakaknya yang super menyebalkan itu.

Setelah mendapat nasihat dari Sang Abi. Kini Shabiya tengah berpikir keras bagaimana cara untuk meminta maaf pada pria itu. Jika mengingat kejadian tersebut. Shabiya hanya bisa menghela nafas dengan perasaan malu menyelimutinya. kembali wajah pria itu terlintas dipikirannya dan  senyum menghiasi wajahnya. Bukannya berlebihan. Tapi jujur saja pria itu memang tampan. Batin Shabiya.

"Astagfirullah kenapa jadi mikirin tuh cowok sih, kurang kerjaan banget coba. mending gue tidur cantik, kan lebih berfaedah."Shabiya segara menutup matanya, sebelum itu tak lupa ia berdoa semoga besok pria itu mau memaafkannya.

***

Shabiya menggeliat dalam tidurnya dengan malas membuka mata untuk menyambut hari ini. Baiklah, hari ini mungkin tidak buruk. Hanya menurunkan sedikit ego untuk mendapat maaf pria itu. Pikirnya.

Shabiya menyingkap selimutnya lalu berjalan menuju kamar mandi, Bersiap siap untuk ke kampus atau ia akan terlambat untuk kesekian kalinya.

Setelah selesai, Shabiya berjalan menuruni anak tangga. Seketika senyum tersungging di bibirnya ketika mendapat sang Abi yang kini duduk di meja makan. Memang hal biasa tapi bagi Shabiya adalah luar biasa ketika Abinya itu ikut sarapan di tengah kesibukannya.

"Wah tumben Abi ikut sarapan pagi ini."Seru Shabiya girang dan berjalan menuju meja makan.

"Kamu juga tumben bangun pagi hari ini."Shabiya memicingkan mata pada Azzam dengan senyum super menyebalkan bagi Shabiya.

"Sini duduk."Ucap Abinya.

Shabiya mengangguk dan duduk di samping Abi.

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now