15 - 𝐾𝑒𝑐𝑒𝑤𝑎

19.2K 721 6
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

Semua keluarga besar kini telah berkumpul di meja makan. Semuanya sangat antusias menyantap makanan yang Shabiya buat dengan Arumi sore tadi. Sementara Shabiya dari tadi hanya menyantap makananya dengan gelisah, gelisah memikirkan Althaf yang belum juga pulang dari kantor. Sementara semua keluarga dari tadi menanyakan keberadaan pria itu.

"Kamu gak usah khwatir sayang, Althaf udah sering pulang telat kok, mendingan kamu makan aja, pasti sebentar lagi Althaf pulang!" tenang Arumi karena tau menantunya itu sangat gelisah, lagi pula putranya itu benar benar, sudah di bilangin agar cepat pulang tapi sampai sekarang belum muncul muncul juga.

"Althaf dimana kok belum pulang? Tanya nenek Althaf karena belum juga melihat kedatang cucunya.

"Mungkin masih di kantor Ma," Jawab Arumi.

"Tapi gak biasanya Althaf pulang terlambat kalau tau ada acara keluarga seperti ini, Oma jadi khawatir, Nak coba kamu hubungi suami kamu tanyakan dimana dia sekarang!" suruh Oma pada Shabiya.

Shabiya jadi semakin gelisah, ia berpikir Bagaimana cara Shabiya menghubungi Althaf jika nomor telfone Althaf saja dia tidak punya, apa yang harus dia katakan kepada Oma dan apa yang akan mereka pikirkan tentangnya.

"Kenapa? Kenapa kamu hanya diam apa kamu tidak mendengar apa yang dikatakan Oma barusan?" Bentak gadis yang Shabiya ketahui sebagai sepupu Althaf, Namanya Vania.

"Itu saya tidak.. Punya nomor handphone Althaf!" jawab Shabiya pelan sambil menundukkan wajahnya.

"Astaga bagaimana bisa seorang istri tidak tau nomor hanfone suaminya!" Ucap Vania sambil menatap tidak suka kepada Shabiya, dia sudah menduga jika pernikahan sepupunya itu hanya terpaksa, dan dia tidak menyuakai istrinya, sunggu gadis malang, tentu saja dia tidak menyukai wanita yang kini sudah menjadi istri Althaf sepupunya karena gara gara wanita ini sepupunya itu tidak bisa menikah dengan perempuan yang selama ini ia cintai.

"Vania, sudah kamu gak seharusnya berkata seperti itu, Shabiya tidak sepenuhnya salah disini, ini juga salah anak nakal itu!" Ucap Oma, sementara semua orang hanya diam, lain dengan Shabiya yang rasanya ingin menghilang sekarang juga dari tempat ini.

Arumi menatap sedih menantunya dia sangat tau bagaimana perasaan Shabiya sekarang ini, putranya benar benar keterlaluan, bukannya dia tidak tau bagaimana hubungan keduanya, apalagi pernikahan yang terjadi karena sebuah perjodohan.

***

Sudah larut malam tapi Althaf belum juga pulang. Dimana sebenarnya pria itu berada, sebegitu tidak pentingkah pernikahan ini bagi Althaf sampai sampai acara keluarga yang begitu penting ia abaikan begitu saja.

Jika Althaf membencinya, menolaknya, lalu mengapa Althaf harus menunjukkan kepada seluruh keluarga besarnya termasuk Oma, apa yang akan mereka pikirkan tentangnya. Keluh Shabiya dalam hati sambil menikmati angin malam.

Ceklek..

Suara decitan pintu menyadarkan Shabiya dari lamunannya, disana ia melihat Althaf berjalan pelan sambil membuka dasi nya. Shabiya yang berniat ingin membantu Althaf tapi sebelum itu Althaf sudah lebih dulu menyentak tangan Shabiya kasar dan berlalu menuju kamar mandi. tanpa Shabiya sadari air matanya kini menetes melihat penolakan Althaf secara terangan terangan padanya.

Rasa kecewa, takut yang kini Shabiya rasakan. Kecewa dengan semua penolakan Althaf dan takut jika Althaf akan meninggalkannya. Walaupun Shabiya juga terapaksa dalam menjalani pernikahan ini tapi setidaknya Shabiya masih berniat untuk mempertahankan pernikahan yang sungguh rumit ini, tapi bagaimana cara mempertahankan jika Althaf saja tidak pernah menginginkan hal tersebut.

Shabiya menatap sedih Althaf. Ah, bukan maksudnya pada dirinya sendiri ketika Althaf mengambil bantal dan selimut lalu membaringkan tubuhnya dia tas sofa mengabaikan keberadaan Shabiya yang menatapnya sendu. Bahkan Althaf lebih memilih tidur di sofa ketimbang tidur di kasur bersamanya.

Tidak ingin memikirkan semua itu, bukankan hal itu sudah di lakukan ketika malam pernikahan mereka, seharusnya Shabiya bersyukur karena setidaknya Althaf masih mau satu kamar dengannya.

Shabiaya membaringkan tubuhnya di atas kasur, walaupun hatinya menolak itu tapi Shabiya tidak bisa, di selalu kepikiran tentang Althaf yang tidur di sofa, lihatlah bahkan Althaf juga sangat gelisa, pasti sangat tidak nyaman tidur di sofa.

Setelah memikirkan dengan matang akhirnya Shabiya berjalan menghampiri Althaf.

"Althaf!" gumam shabiya pelan berniat membangunkan Althaf karena tau pria itu pasti tidak nyaman tidur di sofa.

"Althaf!" panggil Shabiya dengan suara lebih keras, tapi masih sama tidak ada balasan dari pria itu, ketika Shabiya akan menyentuh lengan Althaf dengan cepat ditepis kasar dari pria itu membuat Shabiya terkejut.

"Maaf, maafkan sa--" belum sempat Shabiya menyelesaikan ucapannya Althaf dengan cepat memotongnya.

"jangan pernah berani menyentuh saya dan jangan sok peduli dengan saya, saya lebih baik tidur disini dari pada harus tidur dengan gadis seperti kamu!" Bentak Althaf.

"Gadis apa? Gadis seperti apa yang kau maksud?"tanya Shabiya pelan sambil menahan tangisnya.

"Bahkan kamu tidak menyadari kalau kamu itu adalah gadis--?"

***

~Vote & Komen~

Cinta Dalam LukaOù les histoires vivent. Découvrez maintenant