29 - 𝐽𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 𝑘ℎ𝑎𝑤𝑎𝑡𝑖𝑟

20.3K 851 92
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

"Sepulang kampus nanti aku mampir ke rumah Umi dulu!"Ucap Shabiya berniat meminta izin kepada Althaf.

"Terserah."Jawab Althaf singkat tanpa melirik ke arah Shabiya yang kini memandangnya sendu. Lalu melanjutkan sarapannya.

"Assalamu'alaikum."Salam Shabiya, ingin rasanya Shabiya menarik tangan kokoh itu dan menyiumnya sebelum berangkat, tapi takut jika Althaf akan marah.

"Hmm."Balas Althaf malas.

***

"jadi kamu masih ingin bertahan walaupun kamu sudah tau kalau suamimu itu berselingkuh bahkan dengan sahabatmu sendiri!"Teriak Puput dengan nada tinggi. Menarik semua perhatian orang orang yang ada di dalam perpustakaan.

Shabiya mebelalakkan matanya, ingin rasanya ia menimpal mulut sahabatnya itu.

"Ehm.. Maaf!" ucap Shabiya, tidak enak kepada orang yang ada di ruangan tersebut.

Lalu memandang Puput yang masih menatapnya tajam. "Sudahlah lagi pula aku tidak ingin membahas masalah itu." Ucap Shabiya.

"Ck, setelah kau menikah dengan pria brengsek itu kamu berubah. Dulu kamu wanita bodoh dan sekarang sangat, sangat, bodoh. Kamu pikir apa alasan mempertahankan pernikahan macam itu, yang didalamnya hanya kebohongan dan sebuah penghianatan."Ucap Puput, dengan wajah marah kepada Shabiya.

Tapi Shabiya hanya diam tidak ingin menimpali perkataan Puput itu hanya membuatnya tambah sedih. Apakah salah jika ingin memepertahankan rumah tangganya bersama Althaf, Walaupun terlihat mustahil.

Puput yang menyadari akan hal itu, juga ikut terdiam. Bukannya dia ingin membuat sahabatnya itu sedih, justru karena kesediahan Shabiya yang selama ini membuat rasanya ia ingin memisahkan Althaf dan Shabiya agar sahabatnya bisa bebas dari semua penghianatan yang dilakukan pria brengsek itu.

***

Kuliah hari ini telah selesai, seperti rencana tadi pagi Shabiya akan berkunjung kerumah Umi dan Abi nya. Rasanya Shabiya sangat merindukan kedua malaikat itu dan pastinya juga Kakaknya yang satu itu, yang masih setia ngejomblo, dasar memang dokter super sibuk, sampai lupa cari jodoh.

Apa kakaknya itu masih berharap dengan gadis yang dimaksudnya dulu. Gadis yang katanya sudah kukenal sebelumnya bahkan Umi juga mengenalnya tapi siapa wanita itu? "Ah, ngapain juga aku mikirin masalah itu." gumam Shabiya lalu berjalan menuju depan kampus menunggu Taxi.

"Shabiya tunggu!"

Suara teriakan yang terdengar lembut itu menghentikan langkah Shabiya. Ini salah, seharusnya ia berpura pura tidak mendengarnya, ia masih belum siap bertemu dengan Hisqa setelah kejadiaan di hari itu, Shabiya bahkan tidak pernah membayangkan wanita shaleh seperti Hisqa menghianitanya dengan berselingkuh bersama Althaf suaminya sendiri.

"Kamu mau pulang ya?" Tanya Hisqa berniat berbasa basi tapi hanya di jawab anggukan oleh Shabiya.

"Di jemput Althaf?" Shabiya mendongak, mungkin Hisqa tidak tau jika kebusukannya itu sudah ia ketahui.

"Tidak, aku pulang naik Taxi." Jawab Shabiya.

"Loh, Althaf gak jemput?" Ingin rasanya Shabiya berteriak, supaya Hisqa berhenti bertanya dan menyebut nama Suaminya, seakan melutnya itu lebih berhak menyubut nama suaminya ketimbang dirinya sendiri.

"Gak, soalnya Althaf sibuk, lagipula hari ini aku mau mampir ke rumah Umi dan Abi." Jawab shabiya.

"Oh gitu, Eh.. Udah lama banget ya kita gak jalan bareng kayak dulu."

"Tentu saja karena temanku sibuk berselingkuh dengan suami orang!"Suara nyaring itu membuat keduanya tersentak.

Sementara Puput sudah menatap sinis ke arah Hisqa yang diam membeku.

"Hai Hisqa! Udah lama gak ketemu ya!" Sapa Puput, Shabiya sudah menegang. Tidak Shabiya tidak ingin jika Hisqa menyadari kalau mereka berdua sudah tau tentang hubungannya dan Althaf.

"Hmm.. iya." Jawab Hisqa gugup.

Puput tersenyum tipis. "Kok kamu gugup gitu sih?"

Shabiya yang menyadari itu segera memegang bahu Puput, menghentikannya.

"Oh, iya Bi tau gak temanku. Tega bener berselingkuh dengan suami orang."

"Puput sudahlah."bisik Shabiya, lalu melirik ke arah Hisqa yang hanya diam menunduk.

"Iya, Bi sahabatku Elena. Tau gak, dia tega bener selingkuh dengan suami sahabatnya sendiri." Sindir Puput, dasar wanita ular. Entah dia menyadari kesalahannya itu. Rasanya Puput ingin mencakar mukanya yang sok suci itu.

"Eh, Hisqa sorry. Tadi aku kesel banget, setelah mendengar kalau sahabatku Elena ternyata berselingkuh." Hisqa tersenyum canggung menggapi perkataan Puput.

"Bagaimana menurutmu dengan wanita seperti itu, aku bertanya secara kan pastin kamu mengerti hal itu." Ucap Puput dengan senyuman manisnya yang sudah membuat wajah Hisqa menjadi pucat pasi.

"Puput Taxinya sudah datang, ayo kita pulang!" ajak Shabiya. Ketika menyadari apa yang ingin dilakukan Sahabatnya itu. "Hisqa kami duluan ya, Assalamualaikum!" Salam Shabiya dan segera menarik lengan Puput yang menatapnya protes.

"lihatlah bahkan dia sudah lupa cara membalas salam." Ucap Puput dan tersenyum sinis melihat Hisqa yang masih diam mematung, entah wanita itu menyadari ataukah tidak dengan sindirannya itu, wanita munafik seperti itu memang harus diberi pelajaran. Batin Puput.

***

"Assalamualaikum!" Salam Shabiya. Rasanya Shabiya ingin cepat bertemu dengan Umi nya dan memeluk Wanita yang sangat dirindukannya itu.

"Walaikumsalam, Eh Non Biya. Ayo masuk Non Ibu ada di dalam udah kangen banget katanya sama Non Biya." Ucap Bik Inem.

Shabiya tersenyum lantas berjalan memasuki rumah, dan mencari keberadaan Umi nya.

Melihat Uminya, rasanya Shabiya ingin memeluk wanita itu erat dan menumpahkan segala penderitaan yang dirasakannya saat ini. Tapi tidak mungkin dilakukannya, entah apa yang akan dipikirkan Umi nya kalau Shabiya menceritakan semua tentang hubungannya dengan Althaf yang tidak baik baik saja.

"Eh, Shabiya sayang. Sejak kapan kamu datang, kenapa berdiri di situ nak? Tanya Umi Shabiya, sedikit terkejut karena kedatangan putri kesayangannya itu.

"Umi.." lirih Shabiya, lalu berlari memeluk wanita yang sangat disayanginya itu.

"Ih, dasar manja. Udah nikah juga."Ucap Umi Sarah, lalu membalas pelukan sang putri. Tapi Shabiya hanya bergeming, tidak menghiraukan ejekan sang Umi. Tanpa ia sadari air matanya meluncur deras dengan isakan kecil.

"Loh kok nangis, kamu kenapa nak? Tanya Umi Shabiya khawatir.

"Shabiya cuma kangen sama Umi hiks.." Isak Shabiya.

"Dasar manja ya putri Umi ini." kekeh Umi sarah.

"Eh, sikuntil datang."Shabiya mendongak, tidak perlu bertanya siapa lagi kalau bukan kakaknya yang usil itu.

"Kakak.." Shabiya segera memeluk kakaknya itu, kali ini Shabiya tidak ingin bertengkar. Shabiya datang ke rumah Uminya hanya ingin melepas semua rasa lelah yang dialaminya, walaupun tidak menceritakan kepada siapapun dengan masalah rumah tangganya yang ada di ujung tanduk.

"Tuh kan Umi, si kuntil ini memang manja jadi Umi gak perlu heran. Pasti Althaf kewalahan deh Umi hadapin si tukang manja satu ini." ledek Azzam.

Sarah hanya tersenyum, tapi ada yang beda dengan sifat Shabiya. Umi melihat tidak ada senyum dari wajah putrinya itu. bisanya di ledek seperti itu Shabiya pasti sudah mencak mencak dengan pekikannya. tapi Sarah tidak melihat semua itu. Dan Sarah menyadari kalau putrinya itu kurusan, terlihat jelas dengan pipinya yang Cubby kini nampak tirus. Ya Allah sebenarnya apa yang terjadi dengan putrinya ini?

Shabiya yang menyadari akan hal itu, segera melepas pelukan sang Kakak dan ternyum tipis lantas berucap. "Aku baik baik saja Umi, jangan khawatir."


***







Cinta Dalam LukaOnde histórias criam vida. Descubra agora