20 - 𝑀𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎 𝑙𝑢𝑘𝑎

21.8K 765 23
                                    

"𝒦𝒶𝓊 𝒷ℯℊ𝒾𝓉𝓊 𝓂ℯ𝓂𝒷ℯ𝓃𝒸𝒾𝓀𝓊 𝓉𝒶𝓃𝓅𝒶 𝒶𝓀𝓊 𝓉𝒶𝒽𝓊 𝒶𝓅𝒶 𝒶𝓁𝒶𝓈𝒶𝓃𝓃𝓎𝒶, 𝓈ℯ𝒽𝒾𝓃ℊℊ𝒶 𝓂ℯ𝓃𝒿𝒶𝒹𝒾𝓀𝒶𝓃 ℒ𝓊𝓀𝒶 𝓈ℯ𝒷𝒶ℊ𝒶𝒾 𝓅ℯ𝓁ℯ𝓃ℊ𝓀𝒶𝓅 𝓅ℯ𝓃𝒹ℯ𝓇𝒾𝓉𝒶𝒶𝓃𝓀𝓊."

***

Shabiya memeluk Arumi mertuanya sambil terisak. Shabiya sudah sangat merasa nyaman dengan Mama mertuanya ini. tentu itu yang di rasakan Shabiya selama tinggal di Rumah orang tua Althaf, Arumi menyayanginya seperti anak sendiri hal itu membuat Shabiya rasanya berat meninggalkan Arumi sendiri di rumah sebesar ini Walupun Farhan Papa mertuanya tinggal bersama, dan beberapa asisten rumah tangga yang bekerja di rumah ini, tetap saja Shabiya mengerti kalau Arumi akan kesepian nantinya.

"Shabiya bakalan datang kesini, kalau Shabiya ada waktu. Mama gak usah sedih, Shabiya juga sedih Lihat Mama nangis."Ucap Shabiya pada Arumi karena Mama mertuanya itu dari tadi hanya menangis, persis seperti Umi nya ketika melepas Shabiya pergi bersama Althaf.

"Janji, kamu harus kesini kalau ada waktu?"ucap Arumi.

"Iya, Shabiya janji!"Ucap Shabiya dan sekali lagi memeluk Arumi erat.

Althaf memutar bola mata jengah dengan apa yang dilihatnya sekarang. Baru seminggu tinggal bersama keluarganya tapi Shabiya sudah sangat dekat dengan Mamanya.

"Khmm!" Dehem Althaf. "Kita berangkat sekarang Ma, Pa. jaga kesehatan Mama sama Papa kapan kapan Altahaf akan berkunjung bersama menantu kesayangan Mama."Ucap Althaf sambil tersenyum ke arah Shabiya, mungkin tidak salah bertingkah seperti itu untuk terakhir kalinya di depan orang tuanya. Batin Althaf.

"Kamu jaga Shabiya dengan baik, ingat Shabiya sudah menjadi tanggung jawab kamu, jangan sakiti dia, kalau kamu menyakiti hati istrimu itu sama saja kamu menyakiti Mama!"Pesan Arumi.

Althaf rasanya tertohok mendengar Ucapan Sang Mama, tapi menurut Althaf yang dilakukannya pada Shabiya selama ini tidaklah salah.

Althaf lalu mengaguk mengiyakan ucapan Mamanya, walaupun di lubuk hatinya ia sudah merencana sesuatu dalam rumah tangganya nanti.

***

Shabiya menatap takjub Rumah yang terbilang mewah di hadapannya. Dengan dekorasi yang sangat indah. Apa ini Rumah yang akan mereka tempati? Batin Shabiya.

"Masuklah!"Ucap Althaf dingin.

Shabiya mengaguk lalu masuk ke dalam rumah tersebut. Mengokor di belakang Althaf, Shabiya di buat kagum berkali kali lipat dengan disain yang terdapat dalam rumah ini.

"Kamar kamu di sebelah sana!" Tunjuk Althaf ke arah kamar di lantai dua.

Shabiya mengerutkan dahinya bingung.

"Apa yang kamu pikirkan, atau kamu berpikir kalau kita akan sekamar? heh, jangan mimpi saya tidak akan melakaukan itu, Cukup untuk di hadapan orang tua saya kita bersandiwara, lagi pula ini salah satu alasan kenapa saya membeli rumah ini, dan pasti kamu tau karena saya tidak ingin terus terus bersandiwara di hadapan Mama saya, bertingkah seolah olah pernikhan ini terjadi karena sebuah Cinta!" Ucap Althaf membuat Shabiya mematung.

"Sandiwara? Jadi pernikahan ini hanya kamu anggap sandiwara? Setelah kamu menjabat tangan Ayah saya, itu juga sandiwara?" Tanya Shabiya tidak percaya dengan yang di dengarnya barusan. Pernikahan suci, bahkan di saksikan para Malaikat, tapi hanya dianggap sekedar sandiwara. Sungguh Shabiya tidak percaya ini.

"Kenapa? Lalu apa yang kau pikirkan? Dan sekali lagi saya peringatkan jangan berharap lebih dengan pernikahan ini, karena itu hanya menjadi Luka untukmu! Dan jika kamu masih mengharapkan itu dan tidak ingin menyerah dengan pernikahan ini maka--"

"Iya, saya tidak akan menyerah dengan pernikahan ini, saya akan berjuang mempertahankan pernikahan ini!"Potong Shabiya.

Althaf tersenyum miring lalu berbisik tepat di telinga kiri Shabiya."Maka bertahanlah menerima Luka yang akan kuberi di dalam pernikahan ini, sebagai bumbu pelengkap dalam penderitaanmu!"Bisik Althaf lalu meninggal Shabiya yang hanya diam mematung dengan perasaan nyeri di sekujur tubuhnya mendengar perkataan Althaf.

***

~Vote & Komen~

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now