14 - 𝐿𝑎𝑦𝑎𝑘𝑛𝑦𝑎 𝑠𝑒𝑜𝑟𝑎𝑛𝑔 𝑖𝑠𝑡𝑟𝑖

18.7K 741 0
                                    

"𝒜𝓀𝓊 𝓉𝒾𝒹𝒶𝓀 𝓉𝒶𝓊 𝒶𝓅𝒶𝓀𝒶𝒽 𝒽𝒶𝓉𝒾𝓂𝓊 𝓉𝓊𝓁𝓊𝓈 𝓂ℯ𝓃ℯ𝓇𝒾𝓂𝒶𝓀𝓊 𝓈ℯ𝒷𝒶ℊ𝒶𝒾 𝒷𝒶ℊ𝒾𝒶𝓃 𝒹𝒶𝓇𝒾 𝒽𝒾𝒹𝓊𝓅𝓂𝓊, 𝓉𝒶𝓅𝒾 𝓂ℯ𝓈𝓀𝒾𝓅𝓊𝓃 𝒷ℯℊ𝒾𝓉𝓊 𝒷𝒾𝒶𝓇𝓀𝒶𝓃 𝒶𝓀𝓊 𝒷ℯ𝓇𝓅ℯ𝓇𝒶𝓃 𝓈ℯ𝓃𝒹𝒾𝓇𝒾, 𝓁𝒶𝓎𝒶𝓀𝓃𝓎𝒶 𝓈ℯℴ𝓇𝒶𝓃ℊ 𝒾𝓈𝓉𝓇𝒾."

***

"Wah! mantu mama sudah datang, mama sangat senang, jadi kalau Althaf sibuk mama udah gak kesepian lagi." Seru mama Althaf di depan pintu ketika melihat anak dan menantunya sudah tiba.

Shabiya tersenyum melihat antusias mama mertuanya, Shabiya bersyukur karena mama Althaf sangat baik, tidak seperti ibu mertua dalam film atau sinetron yang pernah lihat. Itu sangat mengerikan. Pikir Shabiya.

"Althaf, itu istrinya kok gak di bantuin bawah barangnya, kasian mantu mama nanti capek, hah kamu ini gimana sih!" Omel mama Althaf sambil memukul pelan bahu Althaf.

Althaf mendengus lalu segera mengambil alih koper Shabiya sebelum mamanya yang super cerewet itu marah, mantu dan mertua memang sangat cocok karena sama sama cerewet. Batin Althaf.

"Ayo masuk sayang, jangan malu sekarang ini juga adalah rumahmu, dan kamu bisa anggap mama sama seperti Umi kamu!" Ucap mama Althaf sambil merengkuh lengan Shabiya.

Shabiya mengangguk kaku lalu masuk ke dalam rumah Althaf, Ia sangat kagum dengan desain rumah suaminya ini, sangat mewah.

"Kamu pasti capek ya sayang, tunggu mama ambilin air minum dulu!" Ucap mama Althaf.

"Eh, gak usah ma!" Balas Shabiya tapi mama Althaf sudah meleset ke arah dapur, Shabiya sangat bersyukur mempunyai mertua sebaik mama Althaf sangat berbanding terbalik dengan kelakuan putranya.

"Ini minum dulu, mama ke dapur sebentar soalnya mama lagi masak buat acara nanti malam." Ucap mama Althaf.

"Acara nanti malam?" tanya Althaf.

"Iya, nanti malam semua keluarga akan berkumpul di rumah untuk menyambut pengantin baru." Jawab mama Althaf, Arumi. Membuat keduanya jadi salah tingkah. "mama ke dapur dulu, kamu antar istri kamu ke dalam kamar pasti dia sangat lelah!" Ucap Arumi sebelum melangkah ke arah dapur.

***

Shabiya berjalan pelan sambil menaiki undakan tangga mengikuti Althaf dari belakang. tanpa sadar ia menubruk punggung kokoh Althaf karena ternyata ia sudah sampai di depan kamar Althaf.

"Aww!" pekik Shabiya sambil mengusap pelan dahinya yang terasa nyeri, itu punggung kok udah kayak tembok, keras banget. Batin Shabiya.

"Makanya kalau jalan itu lihat ke depan, dasar cewek bar bar!" Lagi lagi kata kata kasar di iringi nada dingin yang keluar dari mulut Althaf. dan Shabiya hanya perlu bersabar akan hal itu.

"Maaf!" Cicit Shabiya pelan sementara Althaf hanya mengabaikannya dan berjalan ke dalam kamar tanpa memperdulikan Shabiya yang masih diam sambil mengurucutkan bibirnya, benar benar pria menyebalkan. Gerutu Shabiya.

Shabiya melangkah masuk kedalam kamar Althaf sambil mentap takjub kamar suaminya, Suaminya? Benarkah sebutan itu. Apakah Althaf sendiri menganggapnya layaknya seorang istri? Pikir Shabiya.

"Ngapain kamu bengong disitu?"tegur Althaf membuat Shabiya tersentak dari lamunannya.

"Bereskan pakaian kamu, disana lemari baju khusus untuk kamu!"Shabiya tersenyum kecut, bahkan lemari baju harus pisah apakah dia juga akan pisah kamar, sungguh pernikahan yang sangat menyedihkan.

Setelah selesai memasukkan pakaian pakaiannya di dalam lemari, Shabiya meneruni anak tangga karena bosan di dalam kamar. Shabiya menuju dapur setelah seorang asisten rumah tangga menunjukkan letak dapur. Shabiya tersenyum melihat mertuanya memasak dengan tenang. Ah, rasanya Shabiya sudah merindukan uminya ketika memasak makanan kesukaannya.

"Eh mantu Mama, kamu ngapain ke dapur sayang, atau kamu perlu sesuatu?" tanya Arumi ketika mendapati menantunya di dapur.

"Enggak Ma, Shabiya cuma bosan aja di kamar jadi Shabiya kesini mau bantu Mama masak, boleh kan?" tanya Shabiya.

"Boleh dong sayang, masa gak boleh sih, lagian Mama senang kalau ada yang bantuin Mama masak apalagi itu mantu Mama sendiri!" jawab Arumi menggoda Shabiya.

Shabiya hanya tersenyum malu lalu mengambil bahan makanan yang akan dimasak.

Setelah beberapa menit akhirnya semua makanan tertata rapi di atas meja makan, berbagai jenis makanan khas Bandung kini menjadi menu malam ini karena kemauan Arumi, dan itu bukan hal sulit bagi Shabiya untuk memasaknya karena ia memang berasal dari bandung.

"Mama sangat beruntung punya mantu seperti kamu sayang, sudah cantik jago masak lagi, Althaf sangat beruntung menikah dengan gadis seperti kamu!" puji Arumi.

"Sepertinya mama terlalu sering memuji Shabiya, kalau Shabiya di puji mulu bisa bisa Shabiya terbang!" Canda Shabiya membuat Arumi terkekeh, menantunya ini benar benar menggemaskan, semoga Menantunya selalu bahagia, Doa Arumi dalam hati.

Althaf yang sedari tadi memperhatikan keduanya, juga tersenyum karena baru kali ini ia melihat Mamanya sangat senang, Tapi kenapa harus dengan gadis itu Mama nya bahagia. Apakah Mamanya masih bisa tersenyum senang seperti tadi ketika mengetahui kebenaran dari pernikahannya dengan Shabiya.

***

~Vote & Komen~

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now