30 - 𝐵𝑎ℎ𝑎𝑔𝑖𝑎𝑘𝑎𝑛 𝑎𝑘𝑢

21K 946 111
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

"Kak gak mampir dulu?" Ucap Shabiya ragu.

"Gak usah deh, salamin aja sama suami kamu, oh iya lain kali kalau datang ke rumah pulangnya suruh jemput, masa harus kakak si yang anterin kamu, bikin repot tau gak."Ucap Azzam.

Shabiya memutar bola matanya malas. "Ish, dasar gak ikhlas. Yaudah Shabiya masuk, Assalamualaikum!"Salam Shabiya sebelum meninggalkan kakaknya yang hanya bisa menggeleng kepala melihat keluakuan adiknya itu.

***

Shabiya melihat Althaf dengan tenang menonton acara televisi, Shabiya tentu saja heran pasalnya kalau sudah malam malam seperti ini pria itu biasanya lebih memilih menghabiskan waktu di ruang kerja.

"Sudah pulang kamu? Kirain gak pulang, itu lebih bagus."Sinis Althaf dengan tatapan meremehkan.

Walaupun hatinya terasa sakit dengan ucapan yang sangat menusuk dari Althaf tapi Shabiya tidak berniat menimpali, tidak ada gunanya. Cukup bersabar dan bertahan kalau memang sudah lelah tinggal pergi dan meninggalkan seseorang yang sama sekali tidak pernah mengharapkan.

Ya, aku memang wanita bodoh. Aku mengakuinya. Pasti tidak ada wanita yang memilih bertahan ketika suaminya sendiri berulang kali munyuruhnya untuk pergi, itu cuma dilakukan olehku saja. Tapi apa yang bisa kukatakan, aku bodoh karena dengan mudahnya jatuh cinta dengan suamiku sendiri. Ya aku telah jatuh cinta kepadanya dan memilih untuk bertahan ketika suamiku malah terus memberiku penderitaan dengan penolakannya. Aku bertahan dengan harapan agar kelak nanti dirinya akan luluh dan membalas perasaanku tapi apa lagi yang mesti kulakukan ketika ternyata suamiku sudah melabuhkan hatinya kepada wanita lain yaitu sahabatku sendiri. Katakan apa yang harus kulakukan? Menyerah dan memilih pergi? Entahlah, aku bingung ketika perasaanku mengatakan sebaliknya.

Ketika Shabiya ingin beranjak menuju ke kamarnya, ia merasa kepalanya nyeri dan penglihatannya sedikit buram, tapi ia hanya mengabaikannya dan memilih melangkah tapi ketika ia tidak bisa menahan keseimbangan tubuhnya dan dengan tidak sengaja ia malah menjatuhkan keramik dan menimbulkan suara nyaring.

"Brukk..

Althaf terperanjat ketika mendengar suara nyaring, dan ternyata wanita itu yang menjatuhkan keramik dari atas meja.

"Apa yang kau lakukan hah? Bentak Althaf dengan tatapan nyalang.

Shabiya menunduk, tidak berani menatap wajah Althaf, Shabiya menyadari kalau Althaf pasti sangat marah, bukankah pria ini sangat membenci wanita ceroboh dan bar bar seperti dirinya.

"Maaf, Saya tidak sengaja menjatuhkannya." Ucap Shabiya yang masih setia menundukkan wajahnya, dan memungut keramik yang sudah tidak berbentuk itu dengan tangan gemetar.

"Aah.."rintih Shabiya ketika pecahan itu tidak sengaja melukai tangannya.

Sementara Althaf bukannya khawatir dengan tangan Shabiya yang sudah mengeluarkan dara tapi malah memasang wajah dinginnya tanpa berniat untuk membantu wanita yang sudah kesakitan itu, tidak pernah ia sadari bahwa mungkin luka di tangan Shabiya itu tidak akan bisa membandingi bagaimana luka dihatinya karena dirinya.

"Dasar ceroboh." usai mengatakan itu Althaf lalu beranjak tapi sebelum itu terjadi Shabiya sudah tekulai lemas di atas lantai.

Altahaf yang melihat itu segera mendekat dimana Shabiya sudah tidak sadarkan diri. Althaf yang notabenya manusia pasti masih punya hati nurani untuk menolong Shabiya bagaiman pun Shabiya masih berstatus sebagai istrinya. Althaf segera membawa Shabiya ke rumah sakit terdekat.

***

"Dokter apapun yang terjadi denganku tolong katakan saja bahwa aku baik baik saja." Pinta Shabiya kepada dokter yang baru saja memeriksanya, Walupun ia sudah mengetahui bahwa kondisinya sedang tidak baik baik saja, seteah mendengar penjelasan dokter tentang bagaimana kondosinya kini.

"Tapi..

"Tolong dokter katakan saja pada suamiku nanti bahwa aku baik baik saja." Karena walaupun dia tahu aku tidak dalam kondisi baik baik saja diapun tidak akan khawatir tapi mungkin saja itu kebahagiaan untuknya mengingat dirinya tidak pernah menginginkanku dan selalu menyuruhku pergi dari hidupnya dan mungkin tuhan akan segera mengabulkan permintaannya. Batin Shabiya

"Baiklah. Jawab dokter itu akhirnya.

***

Althaf memasuki ruang rawat Shabiya, mendapati wanita itu yang kini tengah menatapnya.

"Aku mendengar dari dokter kalau ternyata keadaan mu baik baik saja."

"Kau kecewa?" Tanya Shabiya dengan senyum kecut.

"Apa maksudmu? bukannya menjawab Althaf malah balik bertanya dengan tatapan tajam.

"Lupakan saja." jawab Shabiya.

Setelah itu hanya keheningan yang menyelimuti mereka berdua setelah akhirnya Shabiya membuka suara.

"Emm.. Aku ingin mengatakan sesuatu padamu." Ucap Shabiya ragu, Sementara Althaf hanya bergeming dan menatap lurus ke arah Shabiya.

"Apa boleh?" tanya Shabiya.

"Katakanlah." Jawab Althaf singkat.

"Aku tau selama ini kau selalu menyuruhku pergi dari hidupmu. Shabiya menatap ke arah Althaf dan masih sama pria itu masih dengan keadaan semula.

"Bahkan tanpa ragu kau menyuruhku pergi untuk selamanya--

"Memang kenapa aku harus ragu untuk menyuruhmu pergi lagi pula aku tidak pernah menginginkanmu atau memintamu untuk hidup bersamaku."

Sahabiya memanjamkan matanya lalu menghela nafas, ia harus bersabar ketika Althaf mengucapkan itu tanpa rasa bersalah. Sekuat tenaga Shabiya menahan diri agar tidak menangis di depan Althaf dan memperlihatkan sosok rapuhnya.

"Iya, aku tau itu. Tapi sebelum itu semua terjadi, sebelum aku pergi dari hidupmu untuk.. Shabiya mengatur nafasnya ini sangat sulit ketika hatinya tidak pernah menginginkannya.

"sebelum aku pergi dari hidupmu untuk selamanya bolehkah aku meminta suatu hal padamu? Tanya Shabiya.

Althaf menyeritkan dahinya lantas mengangguk mengiyakan. Bukankah itu yang ia menginginkan agar wanita ini segera pergi lalu ia bisa hidup bersama dengan kekasihnya, Hisqa. agar tidak ada lagi yang menghalangi cinta mereka berdua termasuk Shabiya.

"Katakanlah!" Ucap Althaf.

"Apa kau yakin? Tanya Shabiya lagi.

Lagi lagi Althaf hanya mengangguk.

"Bahagiakan Aku."

"Apa yang kau katakan, bukankah kau ingin pergi selamanya dari hidupku tapi kenapa aku harus membahagiakanmu!" bentak Althaf.

"Ya, aku janji aku akan segera pergi tapi sebelum aku pergi selamanya dari hidupmu bahagiakanlah aku, kembalikanlah semua kebahagian dalam hidupku sebelum engkau memberikan luka yang bertubi tubi kepadaku, aku hanya ingin pergi tanpa beban, tanpa rasa kesakitan dan tanpa luka, maka dari itu berikanlah aku kebahagiaan dan setelah itu aku berjanji akan pergi untuk selamanya." Ucap Shabiya dengan air mata yang sudah membanjiri pipinya.

Terlihat Althaf nampak berfikir keras dengan perasaan bingung namun Althaf akhirnya mengangguk.

"Baiklah."

***

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now