05 - 𝑇𝑒𝑟𝑝𝑎𝑘𝑠𝑎

23.2K 821 12
                                    

"𝒟𝒾𝒶𝓌𝒶𝓁𝒾 𝒹ℯ𝓃ℊ𝒶𝓃 𝓉ℯ𝓇𝓅𝒶𝓀𝓈𝒶 𝒹𝒾 𝒶𝓀𝒽𝒾𝓇𝒾 𝒹ℯ𝓃ℊ𝒶𝓃 𝓅ℯ𝓃𝓎ℯ𝓈𝒶𝓁𝒶𝓃"

***

Hari ini, hari pertama Shabiya masuk kuliah setelah kejadian pingsan di tengah lapangan, benar benar memalukan. Dan mulai hari ini Shabiya akan berangkat pagi, kapok dapat hukuman mulu dari Mr. Tobby, memangnya Mr. Tobby aja yang bosan ngasih hukuman buat Shabiya, Shabiya juga bosan kali dapat hukuman mulu dari tuh Dosen killer.

"Wah, Biya udah masuk kuliah, tumben datang nya pagi?" Seru Reno, sahabat paling bawel yang pernah Shabiya punya.

"Iya mesti pagi datangnya, gue gak mau dapat hukuman dari Mr. Tobby lagi, bisa bisa kalau gue terlambat lagi bakalan di suruh keliling lapangan tiga puluh kali, itu mah gue gak pingsan lagi, tapi langsung is death!" kata Shabiya sambil berjalan menuju kelasnya untuk kelas hari ini, karena hari ini cuma ada satu kelas.

"Eh, kok gue dari tadi gak liat Puput sama Hisqa sih, mereka dimana?" tanya Shabiya pada Reno.

"Puput lagi temenin jagain mamanya Hisqa di rumah sakit!" Jawab Reno.

"Kok kalian gak ngasih tau sih, kalau mamanya Hisqa sakit!" kata Shabiya kesal.

"Enggak gitu, kita bertiga itu gak ngasih tau lo karena kemarin loh juga sakit!" Jawab Reno.

"Jadi ini alasan kalian gak ada yang jengukin aku pas lagi sakit?" tanya Shabiya.

"Iya, sebenarnya kita itu mau jengukin kamu, tapi tiba tiba penyakit mamanya Hisqa kambuh dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Terang Reno.

"Nanti gue mau jengukin mama Hisqa, lo mau ikut?" tanya Shabiya dan diangguki cepat oleh Reno.

"Pagi semuanya!"Teriak Shabiya, seperti biasa.

Tapi ada yang beda dari biasanya, kalau Shabiya teriak pasti ada yang sewot tapi kok sekarang udah gak ada.

Shabiya melirik ke arah Ardan dan hanya dibalas dengan tatapan tajam dari pria menyebalkan itu.

"Apa liat liat?" Shabiya tau kok, Shabiya cantik, tapi gak usah gitu banget dong liatnya, nanti jatuh cinta, Shabiya gak tanggung jawab!" Tutur Shabiya.

"Pede banget!" balas Ardan singkat.

"Shabiya memang pede kok! Kan Shabiya cantik!" balas Shabiya lagi tidak mau kalah.

"Terserah!" Kata Ardan tanpa mempedulikan ocehan gadis macam Shabiya.

Reno yang melihat itu, cepat cepat melerai, takut Shabiya bakalan ngamuk lagi. Reno bergidik ngeri membayangkan kalau Shabiya lagi ngamuk.

***

Setelah kelas hari ini selesai, buru buru Shabiya segera menuju parkiran bersama Reno.

"Nih kuncinya, loh yang nyetir gue malas!" Ucap Shabiya sambil memberikan kunci mobilnya kepada Reno, dan segera membuka pintu belakang mobilnya.

"Kok lu duduk di belakang sih Bi?" protes Reno.

"Ya terserah gue dong, mau duduk di belakang kek, mau di depan kek, bahkan kalau gue mau, gue bisa duduk di atas mobil ini!" kata Shabiya membuat Reno kicep, benar benar cewek sinting, masa mau duduk dia atas mobil, kenapa gak di ban mobil aja sekalian! Umpat Reno dalam hati.

"Tapi nanti gue dikira supir loh lagi, kalau loh duduknya di belakang!" Reno memelas, bukannya kasian Shabiya malah pengen muntah melihat wajah memeles Reno.

"Mobil, mobil siapa?"

"Mobil Shabiya!"

"Yang numpang siapa? Tanya Shabiya lagi.

"Reno!"

"yaudah makanya nurut aja, kan yang numpang situ, dari pada gue suruh lu naik ojek, mending jadi supir sementara Biya aja, kan gratis tanpa memungut biaya!" kata Shabiya sambil menahan senyumnya melihat wajah pasrah Reno. sebenarnya alasan Shabiya hanya ingin menjaga jarak dengan pria yang bukan mahrumnya, walaupun itu adalah sahabatnya Reno, yang sudah Shabiya anggap sebagai saudara sendiri, tapi Shabiya selalu mengingat nasihat Abinya untuk tidak terlalu berbaur sama pria yang bukan mahrumnya.

***

Di tempat lain, tepatnya di perusahaan besar di kota bandung, seorang CEO mudah sedang berkutat dengan tumpukan tumpukan berkas yang entah kapan akan selesai,CEO mudah tersebut adalah Althaf Khalaf Murtaza.

"Al, gue dengar loh udah tunangan?" Tanya Raka sahabat sekaligus sekretaris Althaf.

"Di jodohin! Balas Althaf singkat.

"Kok bisa?" Tanya Arka sambil menyeritkan dahinya.

"Ya bisa, kan mama sama papa yang minta, katanya dulu di hutang budi sama sahabatnya itu, makanya gue di jodohin sama anak sahabatnya, Lucukan? Gue pikir jaman nurbayan yang kayak gitu, ternyata di jaman milenial ini masih ada yang namanya perjodohan!" ucap Althaf tanpa memalingkan wajahnya dari tumpukan berkas yang ada di hadapannya.

"Kok loh ngomong gitu sih, mestinya loh bersyukur karena Allah mempertemukan lo dengan jodoh loh melalui perjodohan ini!"Jelas Raka.

"Tapi loh tau kan gue terima perjodohan ini cuma karena terpaksa, gue gak mau ngecewain orang tua gue!" Ucap Althaf dengan tampang frustasi.

"Terpaksa?" dan loh pasti taukan, semua sesuatu yang di lakukan dengan keterpaksaan akan berakhir dengan sia sia, gue peringatin ya, kalau loh memang terpaksa jalanin perjodohan loh itu, mendingan gak usah di lanjutin dari pada loh nyakitin hati tuh cewek!" kata Arka memperingati.

"mana bisa, orang tua gue pasti kecewa kalau gue sampai batalkan perjodohan ini, gue belum pernah bahagiain mereka mungkin dengan menerima perjodohan ini adalah salah satu cara untu membahagiakan mereka."

"Loh suka sama cewek lain?" tanya Raka tiba tiba membuat Althaf kaget, bagaimana bisa sahabatnya berpikir seperti itu.

"Kenapa gak jawab?" gue perhatikan sebelum perjodohan loh ini, loh selalu nampak bahagia jelas banget kalau loh lagi jatuh cinta, tapi setelah loh dijodohkan semua nya tergantikan dengan sikap loh yang selalu diam, selalu nyebukin diri sama pekerjaan lo!" tebak Raka.

"Kalau memang loh gak Cinta sama cewek yang bakalan di jodohin sama loh, lebih baik batalin perjodohan ini sebelum lo menyesal!" peringat Raka lalu keluar dari ruangan sahabatnya itu, Raka gak habis pikir dengan Althaf seharusnya Althaf berpikir sebelum menerima perjodohan itu. Batin Raka.

***

Vote & Komen dong:'(!

Cinta Dalam LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang