26 - 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑟𝑎ℎ

18.9K 722 19
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

Shabiya berpikir keras, batinnya berkecamuk dengan semua masalah rumah tangganya. Mungkin ia terlihat bodoh dengan semua usaha yang dilakukan agar rumah tangganya tetap utuh. Lalu apa alasannya, jika rasa cinta tidak akan hadir diantara mereka atau menyerah adalah jalan yang tepat seperti yang dikatakan Althaf sebelumnya.

"Shabiya!"

Suara lengkingan tersebut menyadarkan Shabiya dari lamunannya. Lalu menatap sahabatnya itu jengah.

"Kamu kenapa sih, ada masalah? dari tadi aku lihat kamu bengong mulu." Ucap Puput menyelidik.

"Gak ada kok, aku gak ada masalah."Balas Shabiya cepat.

"Beneran?"

"Iya"

"Kalau ada masalah cerita aja sama aku, kan aku sahabat kamu." Ucap Puput meyakinkan Shabiya.

"Iya, tapi aku gak papa." Ucap Shabiya kesal. Jangan sampai Puput tau masalah rumah tangganya dan Althaf.

"Kita berteman sudah lama Bi, Aku kenal kamu begitu pun kamu yang sudah lama mengenalku. Aku tau saat ini kamu punya masalah, tapi kalau memang kamu belum siap buat cerita aku gak akan maksa." Ucap Puput.

"Maaf Put, Kalau udah saat nya Aku akan cerita semuanya ke kamu." Shabiya memandang Puput dengan senyum pahit, begitu menyedihkan, sampai sahabatanya sendiri menyadarinya.

"Aku ngerti Shabiya, tapi kamu janji harus cerita ke aku kalau udah siap!"

Shabiya hanya mengangguk sambil tersenyum simpul pada sahabatnya itu.

Mungkin disaat hatiku sudah tidak bisa menampung Luka yang selalu di berikan Althaf. Batin shabiya.

***

"Mau langsung pulang?" tanya Puput setelah mata kuliah usai.

"Gak tau." hanya itu jawaban Shabiya, ketika dirinya masih bingung dengan masalah rumah tangganya bahkan untuk pulang ke rumah rasanya ia enggan. Mungkin berjalan jalan dengan Puput adalah pilihan yang tepat untuk melupakan masalahnya sejenak.

"Mau jalan sama kamu aja, mau gak? Ajak Shabiya akhirnya.

"Emang boleh?" Tanya Puput membuat Shabiya menyeritkan dahinya.

"Maksudnya?"

"Ya kan kamu udah jadi istri tuh, kalau Althaf gak bolehin gimana?"

Yang benar saja, apa peduli pria itu dengannya. Pikir Shabiya.

"malah bengong. Cepet hubungin suami kamu, minta izin sana kalau gak diizinin yang sabar, resiko punya suami apa apa harus izin dulu."kikik Puput, mungkin alasannya masih sendiri sudah tepat.

Shabiya memutar bola mata nya jengah, sahabatnya ini memang benar benar, ngapain coba harus minta izin dulu sama makhluk kutub itu. Batin Shabiya.

"Ayo cepetan izin sama suami kamu!" desak Puput.

"gak sabaran, ini juga baru--"

"Ah, kelamaan."

"Put jangan, balikin gak ponsel Aku!" Pekik Shabiya karena Puput sudah lebih dulu merebut ponselnya.

"Put, sini gak. Put jangan macam macam." Puput hanya mengabaikan teriakan Shabiya lalu mengacak acak ponsel Shabiya dan menemukan kontak "Althaf" nama kontak yang sungguh tidak menarik, bagi seorang istri, buru buru Puput menggantinya mungkin sebutan "My Hubby" cukup romantis. Kikik puput. Lalu mengetik pesan, berniat meminta izin kepada pak CEO ganteng itu.

"PUPUT BALIKIN GAK!!" Pekik Shabiya dengan muka yang sudah merah padam.

"Aduhh, bawel banget sih, nih aku balikin." ucap puput sambil menyerahkan ponsel Shabiya.

Ting..

dengan gerakan cepat Shabiya merebut ponselnya di genggaman Puput sebelum, sahabat laknatnya itu membacanya.

Dan seketika kekesalannya bertambah ketika melihat balasan si makhluk tak berperasaan itu.

Terserah

Dasar menyebalkan! Rutuk Shabiya, mengerucutkan bibirnya dan beranjak sambil menghentakkan kakinya, kalau saja bukan Puput yang maksa buat meminta izin terlebih dulu mungkin Shabiya tidak akan melakukakannya. Ingat, TIDAK AKAN.

"Bi tungguin!!"

Shabiya tetap berjalan tanpa menghiraukan teriakan Puput, ini semua kerena sahabatnya itu.

***

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now