32 - 𝐾𝑒𝑖𝑛𝑔𝑖𝑛𝑎𝑛 𝑀𝑎𝑚𝑎

17.8K 774 41
                                    

~𝒞𝒾𝓃𝓉𝒶 𝒹𝒶𝓁𝒶𝓂 𝓁𝓊𝓀𝒶~

***

Shabiya dan Althaf benar benar kerepotan ketika Arumi memutuskan untuk menginap beberapa hari dan itu semua membuatnya bersusah payah memindahkan barang barang Shabiya ke kamar Althaf. Apalagi Arumi sempat curiga ketika melihat peralatan mandi Shabiya semuanya tertata rapi di dalam kamar ruang tamu yang selama ini Shabiya tempati.

"Apa sudah selesai? Uh, aku sangat lelah!" keluh Shabiya sambil menepis keringat di dahinya.

"Pakaianmu terlalu banyak itu tidak muat di lemari pakainku."Ucap Althaf, sambil menata pakaian Shabiya ke dalam lemari.

"Itu karena kamu tidak menatanya dengan baik." delik Shabiya.

"Apa maksudmu? Aku bahkan sudah melipatnya dengan begitu baik."Sela Althaf.

"Aku capek, aku ingin istirahat dulu, jika Mama datang bangun kan Aku."Ucap Shabiya sebelum merebahkan badannya ke atas kasur tapi baru saja ia ngin memejamkan matanya. "Hei! Jangan sentuh itu!" pekik Shabiya ketik Althaf baru saja hendak meraih pakaian dalamnya dan memindahkannya ke dalam lemari.

"Bisakah kau tidak usah berteriak seperti itu, kau bisa membuatku jantungan. Ucap Althaf.

"Bagaimana tidak, kau hampir saja menyentuh--" Shabiya tudak melanjutkan ucapannya ia memalingkan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus.

Althaf mendengus,"kalau begitu rapikan pakaian mu sendiri sebelum Mama kembali, Lagi pula aku tidak tahu kalau itu pakaian dalammu, apa kau sangat menyukai kucing?" Ucap Althaf sambil tersenyum mengejek, Shabiya yang sadar apa yang dimaksud Althaf mendelik sebal.

"Ya, aku sangat sangat menyukai kucing, tidak usah mengejekku seperti itu." Omel Shabiya.

"kenapa bukan hello kitty? Kurasa itu cocok untukmu lagi pula mereka sama sama kucing."Ucap Althaf sebelum berlari keluar kamar meninggalkan Shabiya yang sudah melotot, marah.

"Apa!!, Kau benar benar mengejekku Dasar menyebalkan!" Pekik Shabiya.

***

"Astaga, Shabiya benar benar menggelikan."Gumam Althaf sembari terkekeh geli. Sebenarnya ia sudah tau kalau Shabiya sangat menyukai kucing, tapi dirinya tidak pernah menyangka jika wanita itu juga memilih gambar kucing untuk pakaian dalam.

"Berhentilah tertawa seperti itu, kamu membuat Mama takut." Ucap Arumi, ketika mendapati putra nya duduk di ruang tamu sambil tertawa. Dan anehnya lagi Althaf tertawa sendiri, itu membuatnya merinding apalagi Arumi tidak pernah melihat putranya seperti ini, jangankan tertawa, tersenyum saja jarang.

"Eh, Ma udah pulang."

"Kamu ini bagaimana sih! Ya, iyalah Mama udah pulang kalau tidak mana mungkin Mama ada di depan kamu sekarang. Kamu kenapa sih, kok jadi aneh begini?

Althaf mendengus sebal."Aneh apa nya sih,Ma?" menjawab Althaf Malah bertanya balik.

"Ah, sudahlah bicara sama kamu bikin Mama pusing, mendingan Mama masak aja, kamu pasti rindukan sama masakan Mama, iyakan?"

"Enggalah, lagian masakan Shabiya lebih enak dari masakan Mama." Ucap Althaf santai membuat Arumi melotot. Walaupun sebenarnya dia kurang tau bagaimana rasa masakan Shabiya secara selama ini ia sangat jarang memakan masakan Shabiya.

"Yaudah Mama mau ajak Mantu Mama masak, sekalian belajar bikin masakan enak, sampai sampai membuat suaminya melupakan masakan Mamanya." Sindir Arumi, membuat Althaf terkekeh pelan.

Shabiya dan Mamanya memang komplit sama sama bar bar, tapi menyenangkan. Batin Althaf, Dirinya baru sadar kalau selama ini ia sangat tidak menyukai sifat Shabiya yang menerutnya bar bar dan kekanakan tapi dirinya baru tau kalau dibalik sifatnya itu Shabiya bisa membuatnya tertawa tanpa beban.

***

Susana malam ini rasanya sangat ramai. Walupun hanya ada mereka bertiga tapi Shabiya dan Arumi tidak berhenti berceloteh, membuat Althaf jengah.

"jadi kapan Mama gendong Cucu?"pertanyaan Arumi yang tiba tiba, membuat suasana menjadi hening. Sementara Althaf yang tadinya berbaring di sofa seketika terbangun.

"Kok, pada diam sih? Emang salah kalau Mama pengen cucu dari kalian? Ucap Arumi sambil mamandang malas keduanya yang hanya mematung.

"Padahalkan Mama pengen banget punya Cucu, kalian gak kasian sama Mama, Mama tuh bisanya suka sedih kalau Mama pergi jalan sama teman teman Mama pasti mereka semua bawa cucunya, hanya Mama saja yang belum punya Cucu."Rajuk Arumi.

Althaf menghela nafas. Mamanya ini memang kekanakan."Ma, mungkin untuk sekarang Althaf belum kepikiran untuk memiliki anak, apalagi Shabiya masih kuliah." Ucap Althaf mencoba menenangkan Arumi.

Sementara Shabiya hanya menahan nafas mendengar ucapan Althaf, padahalkan ia tidak keberatan jika memang Althaf menginginkan anak darinya tapi mengapa Althaf harus menutupinya dengan beralasan bahwa dirinya masih kuliah.

"Ah, pasti ini cuma alasan kamu doang, iyakan? Kamu itu selalu sibuk jadi gak punya waktu untuk istri kamu, mangkanya sampai sekarang Mama belum punya cucu,lagi pula Shabiya pasti sudah siap untuk hamil, Iyakan Sayang? Ucap Arumi sambil memelas pada Shabiya.

Shabiya yang tidak tau harus menjawab apa hanya bisa mengangguk pasrah.

"Tuh kan, Shabiya udah siap jadi Ibu kamu aja yang gak ada waktu. Pokoknya Mama mau cucu, jadi kalian harus ngasih Mama cucu secepatnya." Ucap Arumi tegas.

"Tapi tidak segampang itu Ma."Ucap Althaf palan.

"Ya gampang aja sih, kalian hanya perlu honeymoon."ucap Arumi girang.

"Honeymoon!?"Pekik keduanya bersaman.

"Hmm." angguk Arumi.

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now