38 - 𝑀𝑒𝑛𝑔𝑎𝑘ℎ𝑖𝑟𝑖

20.2K 989 173
                                    

~𝓒𝓲𝓷𝓽𝓪 𝓭𝓪𝓵𝓪𝓶 𝓵𝓾𝓴𝓪~

***

Azzam menghela nafas kasar ketika melihat senja hampir rampung, tetapi Shabiya belum juga kembali. Rasanya Azzam ingin memaki Althaf yang kini hanya terlihat tenang. Oh, Ya Ampun bagaimana bisa adiknya yang super cerewet bisa hidup bersama pria es batu seperti ini. Keluh Azzam.

"Sebenarnya dimana Shabiya?Kenapa belum juga kembali?"tanya Azzam dengan penuh amarah, andai saja tidak ada Abi dan Uminya mungkin Azzam sudah melayangkan pukulan di wajah dingin Althaf.

Sementara Althaf, Bukannya menjawab pertanyaan Azzam tapi malah membalas dengan tatapan datar.

"Kenapa kau hanya diam, kau ini suami Shabiya, bukannya mencarinya kau malah duduk tenang seperti ini!"Bentak Azzam yang sudah tersulut emosi.

"Azzam hentikan ini bukan salah Althaf, bukankah ia sudah menjemput Shabiya tapi kau tahu sendiri bagimana adikmu itu, Shabiya wanita yang sangat keras kepala, jadi tenanglah, pasti Shabiya akan kembali."Tenang Haris dengan tegas. Bukannya ia tidak menghawatirkan putrinya tapi saling menyalahkan juga bukan hal yang harus dilakukan dalam keadaan seperti ini.

"Tapi Abi, Shabiya kemana? bahkan Shabiya tidak bisa dihubungi, dan lihatlah di luar hujan sangat deras bagaimana jika putri kita kenapa napa?"Sahut Sarah dengan nada khawatir.

"Tenanglah umi, Shabiya pasti baik baik saja."Balas Haris mencoba menenangkan sang istri.

"Aku akan mencari Shabiya."Ucap Azzam lalu meraih kunci mobilnya. Azzam tidak akan tenang jika belum memastikan kalau adiknya baik baik saja di luar sana.

"Aku ikut."Sahut Althaf.

Azzam hanya mengabaikan ucapan Althaf dan segera melangkah keluar disusul Althaf yang juga berjalan mengikutinya.

Sebenarnya apa yang terjadi antara Shabiya dan Althaf, Ia tahu kalau Shabiya berbohong dengan beralasan ingin ke toko buku bersama Puput, seperti yang di utarakan Althaf sebelumnya. Tapi ketika ia menghubungi Puput, sahabat adiknya itu menjawab kalau hari ini dia tidak pernah janjian ke toko buku dengan Shabiya. Lalu dimana Shabiya sekarang dan apa yang di sembunyikan Shabiya, melihat tingkah Shabiya akhir akhir ini memang sangat jelas kalau adiknya itu menghindari Althaf.

Tapi Azzam hanya bisa menahan diri, ini bukan waktu yang tepat bertanya secara langsung kepada Althaf mengenai masalah apa yang sebenarnya terjadi diantara keduanya.

Ketika keduanya hendak masuk kedalam mobil, sebuah mobil lain yang terlihat asing memasuki pakarangan rumah. Membuat keduanya menyeritkan dahinya, bingung.

Lalu dilihatnya seorang pria yang nampak tidak asing bagi Azzam begitu pula Althaf, ia melihat pria tersebut berlari mengitari mobil dan segera membuka pintu untuk wanita yang sudah membuat semuanya khawatir. Melihat hal tersebut tanpa sadar kedua tangan Althaf terkepal kuat, ketika pria tersebut dengan manisnya membuka jaketnya untuk melindungi Shabiya dari hujan.

****

Kini Shabiya hanya bisa menundukkan kepala ketika melihat suasana di ruang tamu jadi hening sebelum Azzam membuka suara.

"Jelaskan sama kakak dari mana saja kamu sehingga baru pulang sore seperti ini, dan bagimana bisa kamu pulang diantar dengan pria asing, bukankah itu salah?"

Shabiya meneguk ludahnya kasar mendengar tuntutan pertanyaan dari sang kakak. Hah, kalau seperti ini habislah ia, dan kenapa kakaknya marah marah seperti ini.

Sementara Ardan yang sebelumnya hanya diam, kini menatap Azzam kakak dari Shabiya yang nampak diluputi amarah yang juga balas menatapnya, bukan hanya Azzam pria yang dikenalnya sebagai suami Shabiya pun juga menatapnya tajam, beda dengan pria paruh baya yang hanya menatapnya tenang dengan tampan berwibawa. Dan Erlan tahu itu adalah Abi Shabiya.

"Kak Azzam dia Ardan sahabat aku bukan pria asing."Ucap Shabiya akhirnya.

Sementara Ardan hanya tersenyum canggung kepada semua yang menatapnya.

"lalu kenapa kamu kembali bersama sahabatmu ini, sementara Althaf datang menjemputmu."Balas Azzam.

Shabiya lalu menatap Althaf yang juga menatapnya. Memangnya aku harus menjawab apa? Aku tidak mungkin pulang satu mobil dan menyaksikan adegan romantis yang begitu berhasil menyayat hatiku, sampai akhirnya aku memilih berbohong. Batin Shabiya.

"Shabiya kenapa kau hanya diam, kakak bertanya kenapa kamu menolak ketika Althaf menjemputmu dan memilih pulang bersama pria lain?"

"Aku ke toko buku bersam Puput, bukankah Mas Althaf sudah menyampaikannya sehingga aku menolak ajakannya untuk menjemputku."jawab Shabiya lirih.

"Kakak tau kamu berbohong."

****

Di dalam Kamar, dimana Shabiya berada, sambil menekuk wajahnya di atas meja, tanpa sadar isakan lolos begitu saja. Bagaimana tidak ketika mengingat apa saja yang terjadi hari ini begitu membuatnya pusing dan sekaligus membuatnya sedih. Kenapa masalah lain muncul ketika masalah sebelumnya belum selesai. Ketika dirinya mencoba lari dan menghindar tapi kenapa kesedihan lain muncul begitu saja.

"berhentilah menangis, itu tidak akan menyelesaikan masalah."Shabiya tidak mengiraukan suara dingin tersebut.

Athaf menghela nafas kasar lalu mendekat dimana Shabiya sekarang tidak berhenti menangis membuatnya jadi tambah pusing.

"Ku bilang hentikan, kau hanya membuatku tambah pusing dengan menangis seperti ini!"Bentak Althaf.

Shabiya lalu mendongakkan wajahnya dan balas menatap Althaf dengan tajam.

"Kau, apa kau belum puas. Kau melarangku menangis seperti ini, lalu apa yang kau inginkan? Apa kau ingin aku tersenyum sementara disini aku tersiksa dengan semua kelakuanmu Mas."Balas Shabiya lirih dengan air mata yang tidak berhenti menetes.

"Maka dari itu mari kita akhiri pernikah ini."

Shabiya menatap pria yang ada dihadapannya ini dengan tatapan tidak percaya. Sebuah kalimat yang begitu menyakitkan keluar dengan ringan dari mulutnya.

"Apa maksudmu Mas?" Tanya Shabiya akhirnya dengan nada yang terdengar bergetar.

"Lalu apa Shabiya? Kau ingin aku selalu berpura pura sementara aku tidak bisa melakukan itu semua. lihatlah bahkan Kakakmu mulai curiga dengan hubungan kita."Balas Althaf dengan nada frustasi.

"Tapi kenapa harus dengan jalan seperti ini Mas, kenapa harus berpisah. Sekarang apa lagi kesalahanku." isak Shabiya.

"Shabiya aku melakukan ini juga karena untukmu, aku tahu kamu tidak bahagia dengan pernikahan ini."

"Mungkin jika kau mencoba menerimaku, aku tidak akan merasa seperti itu Mas. bahkan ketika kamu terus menyakitiku tidak ada pikiran terlintas untuk mengakhiri pernikahan ini. Tapi berkali kali kau meminta itu dariku, meskipun hati ku menolak tapi jika itu memang hal yang kau inginkan. Maka baiklah mari kita berpisah."

****

Cinta Dalam LukaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang