39 - 𝐽𝑎𝑡𝑢ℎ𝑛𝑦𝑎 𝑡𝑎𝑙𝑎𝑘

25.6K 1.4K 746
                                    


"𝒦𝒶𝓊 𝓂ℯ𝓃ℊ𝓊𝒸𝒶𝓅𝓀𝒶𝓃 𝒾𝒿𝒶𝒷 𝓀𝒶𝒷𝓊𝓁 𝓉𝒾𝒹𝒶𝓀 𝓈ℯ𝓂𝓊𝒹𝒶𝒽 𝓀ℯ𝓉𝒾𝓀𝒶 𝓀𝒶𝓊 𝓂ℯ𝓃𝒿𝒶𝓉𝓊𝒽𝓀𝒶𝓃 𝓉𝒶𝓁𝒶𝓀 𝓊𝓃𝓉𝓊𝓀𝓀𝓊."

***

Hari yang sudah dinantikannya sejak lama, dan hari dimana seharusnya kebahagian menghiasi wajahnya ketika impiannya kini telah terwujud menjadi sarjana dan segera menggantikan Abinya. Yah itulah cita cita yang sering diutarakan dari gadis bernama Shabiya.

Tapi kini semua menjadi tabu, tidak ada kebahagiaan yang nampak dari wajahnya, yang hanya ada kepedihan ketika mengingat dimana hari itu ia menyetujui untuk berpisah dengan Althaf, suaminya. Walaupun berat dilakukan tapi untuk apa, bahkan pria itu tidak lagi menginginkannya.

Seakan terbukti, ketika Shabiya memandang satu persatu kelurga yang hadir di hari pentingnya tapi hanya pria itu yang tidak hadir. Begitu tidak berarti kah ia dimata Althaf. Batin Shabiya.

"Shabiya selamat ya!"Uacap selamat sudah berulangkali terlontar untuknya tapi mengapa ia masih menunggu ucapan dari pria itu.

"Iya, makasih ya karena sudah datang." balas Shabiya dengan senyuman tipis.

"Kok kamu terlihat tidak semangat. Tidak seperti Puput lihat tuh udah kayak cacing kepanasan."Canda Ardan.

Shabiya lagi lagi hanya tersenyum tipis sebagai balasan.

"Hei, semangat dong. Bukannya ini cita cita kamu sejak lama."Ucap Ardan sambil memberikan Shabiya senyum lebarnya.

"Aku semangat kok."balas Shabiya yang juga membalas dengan senyum yang sebisa mungkin dipaksakan.

"Tapi kamu terlihat pucat."Ucap Ardan sambil menatap Shabiya lekat.

"Shabiya sayang, mantu kesayangan Mama selamat ya, akhirnya kamu jadi sarjana."Lengkingan tersebut membuat Shabiya tersentak dan membuat perhatiaanya teralih kepada Sang mertua dan melupakan Ucapan Erlan.

"Sekali lagi selamat ya sayang."Ucapnya sambil merangkuh tubuh mungil shabiya.

Shabiya hanya tersenyum dan membalas pelukan sang Mama tak kalah erat. Mungkin setelah berpisah dengan Althaf Shabiya tidak akan bisa menemukan Mama mertua sebaik Arumi.

Shabiya lalu menyadari jika papa mertuanya juga hadir. Shabiya menyalimi papa dari Althaf tersebut.

"Selamat ya nak."Ucap Papa Althaf.

"Iya pah, makasih sudah datang."balas sahabiya dan dibalas dengan anggukan dari papa mertuanya itu.

"Tapi kok Mama gak lihat Althaf, dimana anak itu?"Ucap Arumi ketika menyadari hanya Althaf yang tidak ada di hari penting istrinya ini, bahkan semua keluarga dan sahabat Shabiya juga hadir membuat Arumi kesal karena Althaf yang notabenya suami Shabiya.

"Tadi katanya masih di jalan, tadi Azzam udah telfone."Sahut Azzam membuat Arumi dan tentunya Shabiya lega.

"Kamu cantik banget sayang."Ucap Arumi memuji kecantikan Shabiya menantunya. "Jangan lupa setelah ini kamu harus kasih Mama hadiah."sambung Arumi mebuat Shabiya menyeritkan dahinya.

"Tapi kan yang wisuda Shabiya, tapi kenapa Mama yang minta hadiah?" Ucap shabiya polos membuat semuanya terkekeh melihat tingkah Shabiya.

"Aduh mantu Mama, maksudnya setelah wisuda ini kamu harus kasih Mama cucu yang banyak." Ucap Arumi membuat Shabiya mebelalakkan matanya. Mana mungkin, itu tidak akan terjadi bahkan ia dan Althaf sudah setuju untuk berpisah walaupun masalah tersebut belum diketahui oleh keluarganya. Shabiya akan mengatakan itu di waktu yang tepat.

"Shabiya ingin ke toilet sebentar."Izin Shabiya, Mencoba menghindari pertanyaan yang akan dilayangkan Mama mertuanya itu.

Ketika Shabiya berjalan menuju toilet, seketika tubuhnya membeku, dadanya sesak. Cobaan apalagi ini ya Allah. Rintihnya dalam hati. Mengapa aku harus melihat semua ini, dimana pria yang masih berstatus sebagai suaminya dengan teganya malah asik berpelukan dengan wanita lain, ketika dirinya berharap dihari bahagianya seperti ini, Suaminya Althaf akan datang dan membawa sebuket bunga sebagai ungkapan selamat untuknya meski hanya berpura pura Shabiya tidak masalah dengan semua itu. Tapi apa, apa yang dilihatnya sekarang, Althaf malah memberi bunga untuk Hisqa sebagai ungkapan yang juga telah menerima gelar sarjananya. Membuatnya jatuh berkali kali menyaksikan semua ini.

Dengan penuh kekecewaan serta bururaian air mata wanita rapuh itu mencoba melangkah sesekali menyeka air mata yang kini membanjiri wajahnya.

"Mas Althaf!" pekik Shabiya dengan pancaran amarah yang nampak diwajahnya. Cukup selama ini ia selalau bersabar melihat tingkah kedua manusia yang tidak tahu malu ini. Demi Allah Aku masih istri Althaf dan aku berfikir ini adalah hal yang salah.

Keduanya lantas menoleh dan seketika wajah keduanya nampak terkejut melihat Shabiya berjalan ke arah mereka.

"Kenapa kalian terkejut?"Ucap Shabiya dengan tersenyum miring mengejek keduanya.

"Shabiya.."Ucap Althaf dengan eksepresi yang sama.

"Kenapa Mas, apa salahku? Kenapa kamu tega melakukan semua ini padaku?Apa, apa belum cukup semua penderitaan yang kau berikan, kanapa kau selalu melukaiku Mas, aku selalu bersabar selama ini kau membenciku dan tidak pernah menganggapku sekalipun aku tidak pernah marah, bahkan ketika kau meminta cerai aku pun menerimanya. Tapi kenapa kau malah membalasku seperti ini, tidak bisa kah sedikit saja kau berikan aku kebahagiaan Mas? Dan sepertinya kau ingin membuktikan dihadapan mereka jika wanita ini adalah kekasihmu!"Ucap Shabiya dengan menunjuk Hisqa.

"Shabiya hentikan."Bentak Althaf.

"Mereka semua tahu kau adalah suamiku dan aku adalah istrimu, lalu apa dengan mengumbar kemesraan dengan wanita lain didepan semua orang adalah hal yang membanggakan menurutmu?"Ucap Shabiya tidak menghiraukan bentakan Althaf.

"Shabiya aku bilang hentikan!"bentak Althaf sekali lagi, Apalagi melihat tatapan semua orang yang tertuju pada mereka.

"Kenapa Mas, biar ku bantu. Kau ingin semua orang tahu aku adalah wanita yang tidak pernah kau inginkan bukan? Dan dia adalah wanita yang kau cinta, begitu? Kau ingin semua orang tahu bukan fakta tersebut."Ucap Shabiya tertawa sumbang.

"Shabiya apa kau sudah gila!"Kini giliran Hisqa, sang kekasih yang amat dicintai suaminya.

"Ya, aku sudah gila. Hisqa dengarkan aku, Aku mengucapkan selamat atas kemenanganmu dengan merebut SUAMI ORANG, dan aku akan mengatakan bahwa kau adalah wanita yang sungguh tidak tau malu!"

"SHABIYA!"

"Kenapa Mas, itu adalah hal yang benar dia memang wanita tidak tau malu dan tidak tau diri.."

"Shabiya Vanessa kanzia dengan ini, saya menjatuhkan talak padamu!" ucap Althaf dengan lantang.

Shabiya membeku, kepalanya pening dan tubuhnya seketika lemas. Meski begitu Shabiya dengan jelas mendengar ungkapan talak dari Althaf. Ya Allah sungguh aku ikhlas jika ini memang takdir yang telah engaku berikan, Aku akan menerimanya meski hati ku sakit. Sungguh aku tidak kuat lagi dan hari ini aku mengatakan jika aku menyerah. Bersamaan dengan ungkapan batinnya, shabiya pun ambruk dengan keadaan rapuh.

***

~Vote & Komen~

Cinta Dalam LukaOnde histórias criam vida. Descubra agora