41 - 𝑊𝑎𝑛𝑖𝑡𝑎 𝑚𝑢𝑟𝑎ℎ𝑎𝑛

24.7K 1.1K 221
                                    

~Cinta dalam luka~

***

Seperti janjinya kepada sang Mama, bahwa ia akan mencoba melupakan Hisqa dan mencoba menerima Shabiya. Semua dilakukan seorang Althaf demi membuktikan baktinya pada sang mama.

Althaf melakukan semuanya dengan baik, seperti saat ini ketika Sudah terbilang beberapa hari Althaf merawat Shabiya, menemani wanita itu di rumah sakit, ia seakan membuktikan jika akan membahagiakan wanita itu. Setelah apa yang dilakukannya selama ini.

"kenapa kau selalu datang kemari? dan berhentilah berpura pura menjadi suami yang baik untuk Shabiya karena itu percuma, setelah apa yang kau lakukan kepada adikku aku tidak akan ridho menerimamu bersama Shabiya lagi."Murkah Azzam dengan menatap tajam yang dilayangkan pada Althaf yang kini berdiri dengan wajah tenang.

"Walaupun kamu menolakku, tapi aku tetaplah suami Shabiya dan aku sudah mengatakan jika aku akan mencoba memperbaiki semua kesalahanku pada Shabiya."Jawab Althaf.

"Heh, tidak perlu. Bahkan melihat wajahmu aku tak sudi."Jawab Azzam menatap remeh Althaf.

"Azzam hentikan Nak, biarlah Althaf bersama Shabiya. Althaf benar dia masih suami Shabiya, jadi Nak Althaf masih berhak atas Shabiya. Kita hanya menunggu Shabiya sadar dan menunggu keputusan apa yang akan dipilih Shabiya."Ucap Umi sarah.

"Tapi Umi, pria ini sudah menyakiti Shabiya. Dan Azzam tidak akan terima itu."Ucap Azzam tegas.

"Aku berjanji akan menebus semua kesalahanku pada Shabiya dan mencoba menerimanya Shabiya sebagai istriku."

"Aku tidak yakin."Jawab Azzam sambil menatap tajam Althaf.

****

Althaf menatap lurus dimana Shabiya kini terbaring lemah. Jika mengingat semua kesalahannya pada Shabiya selama ini, memang ia adalah pria yang paling jahat dan Althaf menyadari itu. Maka dari itu ia berjanji akan membahagiakan wanita itu bagaimana pun caranya. Mungkin ini memanglah takdirnya untuk hidup bersama Shabiya sebagai sepasang suami istri dan melupakan Hisqa untuk memulai hidup baru bersama Shabiya.

Althaf berjalan menghampiri Shabiya yang sampai saat ini masih betah menutup matanya, lalu Althaf menatap lekat wajah Shabiya. Wanita mungil dengan kepribadian kocak. Pikir Althaf lalu tersenyum kecil.

"Shabiya, aku sadar bahwa selama ini aku banyak salah padamu. Jadi bukalah matamu dan lihat aku, aku berjanji setelah ini aku akan membahagiakanmu Shabiya dan mencoba menerimamu sebagai istriku. Jadi cepatlah sembuh."Gumam Althaf lalu mengusap pelan jemari Shabiya.

Sementara seorang pria dibalik pintu tidak sengaja melihat apa yang dilakukan Althaf. Di lubuk hatinya ia, ia senang Althaf mencoba menerima Shabiya tapi disisi lain ia sedih karena tidak akan pernah memiliki Shabiya.

"Shabiya jika setelah ini kamu kembali tersakiti maka janganlah ragu berlarilah padaku, aku akan selalu menerimamu disisiku. Tapi ku mohon bertahanlah."Ucapnya lirih lalu meninggalkan Keduanya dengan perasaan kecewa.

****

Hari demi hari tapi Shabiya belum juga sadarkan diri membuat Althaf selalu menemani Shabiya, merawat wanita itu dengan baik. Bahkan Ia harus membagi waktunya untuk mengurus perusahaan dan sebagian waktunya untuk merawat Shabiya. Walaupun Azzam selalu melarangnya untuk menemui Shabiya.

"Kak Azzam!"

Azzam dan Althaf menoleh secara bersamaan ke arah suara pekikan Puput.

Sementara gadis itu hanya menggaruk tengkuknya yang sama sekali tidak gatal, karena telalu gugup ketika Azzam menatapnya lekat. Buru buru Puput mengalihkan tatapannya pada Althaf yang juga mentapnya tapi segera di balasnya dengan sebuah delikan tajam dan mendengus kasar.

"Puput kenapa kamu berlari seperti ini?"Tanya Azzam heran.

"Itu Kak, Shabiay, Shabiya.."Ucap Puput dengan nafas memburu kerena habis berlari dari ruang rawat Shabiya.

"Ada apa dengan Shabiya?"Tanya keduanya bersamaan.

"Shabiya.."Ucap Puput tapi sebelum ucapannya selesai, keduanya sudah berlari menuju ruang rawat Shabiya.

"Kalau sampai terjadi apa apa dengan Shabiya aku tidak akan pernah memaafkanmu."Ucap Azzam lalu segera memasuki ruang rawat Shabiya.

Sementara Althaf hanya berlari dengan perasaan gusar. Apa yang akan terjadi pada Shabiya? Apa tidak ada kesempatan untuk menebus semua kesalahnnya pada Shabiya?"Batin Althaf.

Ketika Althaf sudah diambang pintu tiba tiba tubuhnya menegang. Apa yang kini dilihatnya sekarang. Ya Allah apa ini nyata? Batin Atlthaf.

****

Sementara di tempat lain, tepatnya di sebuah cafe tempat dimana Hisqa bekerja. Erlan datang menghampiri wanita itu. Ketika dihari dimana semuanya terbongkar jika Hisqa memiliki hubungan dengan Althaf suami Shabiya.

Ardan menatap Hisqa lekat. Lalu menghembuskan nafas kasar ketika Hisqa juga membalasnya dengan tatapan heran.

"Berhentilah menatapku seperti itu."Sahut Hisqa kerena tidak merasa nyaman ketika Ardan menatapnya lekat.

"Aku tidak percaya ini Hisqa."Gumam Erlan lantas menggeleng tidak percaya.

"Apa maksudmu?"tanya Hisqa.

"Kau masih bertanya? Apa kau tidak menyadari kesalahanmu!"Ucap Ardan dengan tatapan marah.

"Kesalahan apa yang kau maksud, aku tidak mengerti."Elak Hisqa.

"Kau berubah Hisqa, aku tidak menyangka kau melakukan itu semua. Apa kau pikir merebut suami sahabatmu sendiri bukanlah kesalahan?"Tanya Ardan membuat Hisqa gusar tapi segera di tutupinya dengan menatap Ardan tajam.

"Aku tidak pernah merebut siapapun ingat itu, kalau pun ada yang merebut itu adalah Shabiya dia yang sudah merebut Althaf dariku."Elak Hisqa dengan tatapan nyalang.

"kamu benar benar tidak tahu diri Hisqa, kau berubah hanya karena cinta dan kamu merelakan sahabatmu sendiri, apa kau tidak memikirkan bagimana posisi Shabiya ketika kau malah berselingkuh dengan suaminya?"

"Kenapa kau menyalahkanku? Kenapa? Kenapa semua orang menyalahkanku, aku juga sakit disini lalu semua orang hanya membela Shabiya, Shabiya dan SHABIYA!"Murkah Hisqa lalu tertawa sumbang.

"Tapi kamu memanglah salah disini Hisqa, Kamu merebut suami sahabatmu, ingat Hisqa sebelum ini kau menganggap Shabiya seperti adikmu sendiri apa kau tidak merasa bersalah disini?"

"Aku tidak peduli."Ucap Hisqa marah.

"Walaupun kau tahu kalau Shabiya sakit."

Hisqa menatap Ardan lalu kembali membuang mukanya.

"Apa maksudmu, Shabiya sakit?"Tanya Hisqa sambil tersenyum mengejek.

"Ya, Shabiya sakit."Jawab Ardan .

"Aku turut perihatin, kasihan sekali mungkin Shabiya selalu kepikiran karena suaminya tidak pernah cinta sama dia."Ucap Hisqa tersenyum mengejek.

"Aku tidak menyangka kamu sejahat ini. Hisqa Aku berharap kamu akan segera menyadari perbuatanmu dan kalau itu tiba semoga kamu tidak menyesal dan dengar sebentar lagi kau akan kehilangan Althaf."Ucap Ardan .

"Apa maksudmu?"Tanya Hisqa dengan tatapan nyalang.

"Apa kau tahu bahwa sekarang Althaf telah melupakanmu dan berniat kembali pada Shabiya."

"Itu tidak akan pernah terjadi."balas Hisqa angkuh.

"Aku pastikan itu akan terjadi."Aku sendiri mendengar ketika Althaf berniat meninggalkanmu dan kembali bersama Shabiya yang bersataus sebagai istrinya dan aku berpikir itulah seharusnya, maka bersiaplah kehilangan Althaf bahkan jika kamu menolak."Ancam Ardan .

"dan kupastikan itu tidak akan terjadi. Jika pun Althaf meninggalkanku itu hanya demi Mama nya. Dan aku tahu Althaf hanya berpura pura seperti yang dilakukan sebelumnya. Ah aku tahu pasti ini cuma rencana Shabiya, ya wanita itu pasti berpura pura sakit dan meminta Althaf untuk berpura pura menerimanya seperti, Cih murahan sekali."

"Jaga ucapanmu, Aku bahkan bisa membedakan siapa yang murahan disini."Ucap Ardan tegas dan meninggalkan Hisqa dengan tatapan kecewa.

****

Cinta Dalam LukaWhere stories live. Discover now